8. Coklat

143 21 8
                                    


"Sekarang lo ceritain sama kita, apa hubungan lo sama si Aska?" pintah Nila serius.

"Sabar Nil, orang lagi makan juga." jawab Agatha santai.

Sedangkan Fikri hanya menggelengkan kepalanya melihat dua gadis di depannya.

"Lo sebenarnya, mau cerita atau nggak sih Tha', lo dari tadi ngulur-ngulur waktu tau nggak." pekik Nila kesal. Nila yang penasaran setengah mati, tapi Agatha tidak pernah menjawab pertanyaannya. Mulai dari tadi pagi di kelas Agatha bilang dia bakalan ceritain semuanya di kantin. Nila sudah menunggu dari tadi tapi Agatha tak kunjung menceritakan semua padanya.

Agatha yang sadar dengan nada bicara Nila, Agatha nghela nafasnya lalu meminggirkan mangkoknya, dan mendekatkan wajahnya ke arah Nila.

"Gue sama Aska nggak pacaran!"

Nila mengerutkan dahinya bingung. Fikri yang dari tadi memainkan ponselnya, ikut memperhatikan pembicaraan dua gadis itu.

"Gue deket sama si Aska."

"Sekarang lo udah move on dari pacar lo yang kita nggak tau namanya?"

Agatha frustasi, bagaimana dia menjelaskan kepada dua sahabatnya masalah Aska adalah pacar yang Amnesia.

"Tha', lo kok bisa nerima Aska di kehidupan lo. Padahal kalian baru kenal seminggu." tanya Fikri.

"Ada yang nggak kalian tau, dan gue belum siap buat nyeritain semuanya."

Fikri dan Nila menghela nafasnya kasar. Kemudian bangkit meninggalkan Agatha sendirian.

"Iya, gue bakalan ceritain semuanya!." teriak Agatha membuat langkah kedua sahabatnya terhenti. Mereka melakukan high five sebelum berbalik kembali ke tempat Agatha.

Kini Agatha menceritakan semuanya tentang hubungannya dan Aska. Nila dan Fikri menyimak secara serius.

"Gue setuju sama sih Aska, lo nggak usah nunggu ingatan dia balik. Cukup mulai aja dari awal." ujar Fikri di angguki oleh Nila.

"Dan lo Fik, harus baik-baik sama si Aska. Jangan dingin lagi sama dia." Agatha memperingatkan Fikri, yang seperti tak suka kepada Aska.

"Iya, gue kira dia bukan cowok baik-baik. Mana ada orang baru kenalan langsung main peluk aja."

***

"Atha'?"

Agatha menoleh ke arah suara itu, kemudian matanya bertemu dengan Aska yang sedang tersenyum ke arahnya.

Aska berlari ke arah Agatha yang sedang berdiri di lorong sekolah.

"Kenapa?"

"Duduk dulu yuk, capek nih!" jawab Aska menarik Agatha duduk di kursi panjang di dekatnya.

"Lo darimana?" tanya Aska.

"Dari toilet, emang kenapa?"

"Kenapa nggak ngajak?"

Agatha mengangkat kedua alisnya, lalu memukul lengan Aska pelan.

"Lo kok jadi mesum gini sih?" Cibir Agatha, membuat Aska terkekeh.

"Bercanda kali Tha'."

"Bercandaan lo bikin gue merinding." jawab Agatha bergidik ngeri, membuat Aska tertawa.

"Aska?" teriak Bara dari kejauhan

Aska yang melihat Bara berlari ke arahnya, langsung mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan memberikannya kepada Agatha.

"Ini coklat siapa?" tanya Agatha bingung

"Itu buat kamu" jawab Cakra sambil menarik tangan Agatha, menjauh dari tempat tadi.

"Aska tungguin gue woy!" Teriak Bara lagi

"Itu Bara kenapa?"

Aska tidak menjawab pertanyaan Agatha, dia menarik Agatha berlari menjauhi Bara yang semakin dekat dengannya.

"Ini ada apasih?" tanya Agatha di sela-sela larinya.

"Lari aja dulu, Gue anterin ke kelas lo."

Agatha menurut mempercepat larinya. Sesekali menoleh ke arah Bara yang sedang mengejarnya.

"Kamu cepetan masuk, entar pulang sekolah baru gue ceritain" pintah Bara saat mereka sudah sampai di depan kelas X1 Ipa 3. Kelas Agatha.

Agatha yang masih bingung, hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Aska.
"Jangan lupa di makan!" teriak Aska sebelum menghilang dari depan pintu.

Agatha tersenyum, sedetik kemudian dia berfikir

"Ini bukan curian kan?"

****

"Pelit amat sih lo, sama teman sendiri juga"

"Bukan gue yang pelit, tapi lo yang nggak modal" gerutu Bara.

Glen hanya tertawa, melihat raut wajah Bara yang sedang kesal.

"Tinggal beli aja lagi buat si Tari." ujar Aska, sama sekali tidak merasa bersalah telah mengambil coklat milik Bara.

***

"Aska?" cowok itu menoleh dan tersenyum ramah kepada gadis yang memanggilnya.

"Tolong anterin gue, nyokap gue sakit dan gue harus buru-buru ke rumah sakit"

Aska menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal, dia bingung harus menjawab apa. Dia sudah janji akan mengantar Agatha pulang.

"Please, anterin gue. Kalau gue nunggu taksi nanti nggak keburu." Tara memohon kepada Aska, membuat Aska mengangguk pasrah.

"Makasih." ujar Tara kemudian naik ke atas motor sport milik Aska.

"Tha', itu bukannya Aska sama Tara" tunjuk Nila. Spontan Agatha melihat ke arah yang di tunjukkan Nila. Agatha terdiam memandang Aska yang sedang membonceng Tara.

"Bukannya tadi janji mau nganterin lo pulang" tambah Nila lagi.

Agatha hanya mengangkat kedua bahunya. Fikri yang menyadari perubahan Agatha langsung merangkul dua sahabatnya itu.

"Kalau gitu, jalan ke Mall yuk." ajak Fikri dan langsung di angguki kedua gadis itu.

***

Agatha dan Nila berlari ke arena permainan, Sementara di belakang Fikri hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya.

Dia sengaja membawa dua gadis itu kesini, sekalian untuk menghibur Agatha. Dia tau Agatha pasti kecewa melihat Aska tadi. Mengingat Agatha adalah tipe cewek cemburuan.

Walaupun saat ini Aska dan Agatha tidak menyandang status tapi toh mereka mempunyai hubungan spesial di masa lalu yang tidak di ketahui Aska.

Agatha terus bermain bersama Nila.

"Lo berdua kok jadi malu-maluin gini?" cibir Fikri.

"Pulang aja sana!" usir Nila membuat Fikri membulatkan matanya. Bagaimana mungkin Fikri akan pulang tanpa mereka berdua. Dasar!

Setelah puas bermain, Mereka bertiga pergi ke tempat pakaian.

"Cewek emang gitu, kalau udah ke Mall , bakalan lupa pulang" ujar Fikri di belakang.

"Aska?"

Fikri dan Nila mengikuti pandangan Agatha. Terlihat jelas Tara sedang bersama Aska di toko pakaian. Agatha terus menatap mereka sampai tak sengaja kedua pandangan Aska dan Agatha saling bertemu.

"Agatha!"

My Boyfriend AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang