13. Bingung

114 13 0
                                    

Aska kini berjalan menuju parkiran. Hari ini dia tidak pulang bersama Agatha. Agatha ada urusan mendadak. Sejak kejadian bersama Agatha tadi, dia terus memikirkan mengapa Agatha dan Arnold muncul secara samar-samar di ingatannya. Aska tersadar dia sudah berjanji kepada Agatha tidak akan memikirkan hal-hal berat.

"Gue yakin, Ada yang nggak gue tau tentang kita" gumamnya, mengingat Mama Aska juga melarangnya memikirkan hal-hal yang berat.

Sebelum Aska mengambil motornya dari parkiran dia bertemu dengan Arnold.

"Lo yang di kantin tadi kan?" ujar Aska.

Arnold yang merasa di ajak bicara, memasang muka datarnya "Kenapa? Lo tersinggung sama apa yang gue bilang tadi. Nggak usah lo pikirin. Percuma! Gue udah nanggung semuanya!" sinisnya melangkah pergi.

"Lo sebenarnya siapa?" teriak Aska

"Gue Arnold! Ingat Arnold!" jawab Arnold tegas.

"Arnold" gumam Aska. Dia mencoba berfikir tapi nihil tidak ada sama sekali yang di ketahuinya.

***

"Lo ngapain ngajak ketemuan disini?"

"Ada yang pengen gue bicarain!"

"Masalah Aska?"

Agatha mengangguk ragu, Arnold mengusap pucuk kepala Agatha "Lo tenang aja, gue bakalan buat dia perlahan ingat sama kita!"

Mata Agatha membulat, dia menggenggam tangan Arnold erat "Gue mohon Nold, lupain semuanya. Itu cuma masa lalu. Kalaupun Aska tau semuanya nggak bakalan berubah. Yang ada cuman bikin dia sakit." mohon Agatha.

Arnold menarik tangannya dari genggaman Agatha, raut wajahnya berubah menjadi datar dengan tatapan yang di tajamkan.

"Gue kira lo juga ngertiin gue Tha', ternyata nggak" ada raut kecewa terukir di wajah cowok itu

Agatha menggeleng "Bukan gitu Nold. Tapi-

"Tapi apa Tha'? Lo nggak ngerti gimana rasanya gue hidup dengan rasa bersalah, Ibu itu meninggal Tha'! Gue tau gue egois tapi gue cuma mau dia juga ngerasain apa yang selama ini gue rasain"

Agatha terdiam. Matanya kini memanas mendengar semua perkataan sahabatnya itu, dia bisa merasakan apa yang Arnold rasakan selama itu. Tapi menurutnya Aska tidak perlu tahu semua itu.

"Lo tau nggak, gimana rasanya gue di kurung di dalam kamar selama dua tahun. Sementara Aska dia bisa menghirup udara segar"

"Tapi itu semua kecelakaan Nol. Lo tau itu. Apa yang lebih sakit dari yang dirasakan Aska? Yang di ingat di dunia cuman Mamanya!"

Arnold tersenyum sinis " Itu lebih baik Tha', daripada harus mengingat semuanya. Apalagi sekarang dia sama lo! Gue rasa itu lebih baik"

"Tapi sekarang lo juga sama gue. Lo bisa lupain semuanya pelan-pelan!"

"Maafin gue Tha', semuanya nggak segampang itu!" ucap Arnold sebelum beranjak pergi.

"Gue mohon Nold, Jangan bikin Aska sakit lagi!" ucap Agatha pelan di sertai air mata yang turun dari pipinya.

Arnold terhenti pelan, dia memutar tubuhnya dan memeluk Agatha "Tapi gue juga sakit Tha', lo tau rasa bersalah itu terus datang!"

Agatha membalas pelukan Arnold disertai tangis yang pecah "Gue ngerti perasaan lo, tapi kita bisa lupain semua itu pelan-pelan. Itu udah dua yang lalu. Nggak ada yang mau hal itu terjadi!"

"Gue nggak bisa janji Tha' sama lo!" ujar Arnold lembut.

***

Aska melempar tasnya sembarang Arah. Hari ini rasanya sangat lelah. Dia mengganti pakaiannya kemudian meraih ponselnya di atas meja. Dia mengetikkan sesuatu di benda segi panjang itu.

Pikiran Aska mengingat ucapan Arnold di kantin tadi. Apa yang dia tanggung sendiri? Arnold ? Lagi-lagi dia tidak merasa asing dengan nama itu.

Kringg

From: Atha Syg
Gue udah sampe rumah.

"Aska"

"Iya Ma!" sahut Aska.

"Anterin mama ke rumah teman!"

"Siap!"

Aska menghembuskan nafasnya, kemudian bangkit mengambil hoodie hitam miliknya dan berjalan keluar menemuinya Mamanya.

***

Aska kembali bingung menatap rumah yang di datanginya bersama Mamanya. Seorang perempuan menyambut mereka dan mengajaknya masuk ke rumah.

"Kamu naik aja As, Agatha ada di kamarnya!"

Aska memandang Mamanya yang sibuk berbicara dengan Mama Agatha. Aska pun menaiki tangga menuju kamar Agatha. Tapi sebelum itu dia mengotak atik Ponselnya mencari nomor telfon seseorang

**

Agatha terus memikirkan perkataan Arnold tadi. Hpnya berdering tanda panggilan masuk. Senyum Agatha mengembang melihat nama penelpon tersebut.

"Halo?"

"Gue ada di bawah di ruang tamu. Cepetan turun!"

"Kok tiba-tiba sih?" kata Agatha, tergesa-gesa keluar dari kamarnya. Dia membuka pintu dan betapa terkejutnya melihat Aska yang sudah berdiri di depan pintunya dengan senyuman manis di wajahnya tak lupa ponsel yang masih di tempelkan di telinganya.

"Aska, lo bikin gue jantungan tau nggak?" kesal Agatha memukul-mukul kepala Aska.

Aska hanya memohon Ampun sambil tertawa. Kemudian menarik Agatha kepelukannya "Gue kangen!"

Agatha tidak bisa menahan senyumnya,dia membalas pelukan cowok itu. Kemudian mendongakkan wajahnya menatap Aska yang juga menatapnya "Kan tadi ketemu di sekolah!"

"Tapi kangen lagi!" ucapnya mengeratkan pelukannya.

Agatha terkekeh "Aska kok lo jadi alay gini?" ucapnya pelan.

"Alaynya cuma sama kamu kok!"

Aska kembali tertawa, mendengar Aska yang kadang memakai lo-gue dan Aku-kamu. Dia baru mengingat tadi di sekolah Agatha sempat ketularan memakai kata aku-kamu.

"Lo sama siapa kesini?" tanya Agatha sambil melepaskan pelukannya.

"Sama Mama!"

Mata Agatha membulat sempurna "Sama Mama kamu?" tanyanya antusias. Aska yang heran melihat raut wajah senang Agatha hanya mengangguk.

Agatha berlari menuruni tangga, meninggalkan Aska yang kebingunan.

"Tante Luna?" teriak Agatha bahagia lalu berlari ke pelukan Luna.

Luna yang sempat kaget, hanya tersenyum membalas pelukan gadis itu.

"Agatha kangen!"

"Tante juga kangen"

Agatha melepaskan pelukannya, senyum di pipinya terus mengembang bahkan lesung pipi di sebelah kanannya, kini terlihat.

"Aska mana nak?" tanya Vera.

Agatha menunjuk Aska dengan dagunya yang sedang berjalan menuruni tangga dengan tampang lesunya karna di tinggalkan oleh Agatha.

"Kamu tau nggak Tha', tante takut banget waktu tau Aska punya pacar dan ternyata itu kamu!"

Agatha hanya terkekeh. "Mana bisa Aska pacar sama cewek lain selain aku Tan," ucap Agatha percaya diri.

"Kalian udah saling kenal? Mama kok nggak pernah cerita" tanya Aska heran.

Vera yang melihat wajah bingung Aska, menariknya untuk duduk "Udah jangan di pikirin! Tehnya di minum aja!"

Lagi, semua seolah menghindar atas pertanyaan yang di lontarkan Aska, membuatnya semakin bingung.

My Boyfriend AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang