****Keesokkan harinya, seperti biasa hariku diawali oleh mimpi-mimpi yang ku tulis sendiri scenarionya.
Tiba-tiba hayalan itu terhenti sesaat, dan terlintas dibenakku untuk mengajak Tasya berjalan-jalan keluar.
Baru semenit ku telfon, Tasya segera meluncur kerumahku. Seperti biasa, degan gaya dan kecerewetannya yang membuatku selalu kagen dengannya.
"Mau kemana niih. Tumben ngajakin deluan, biasanyakan dipaksa dulu baru mau gerak." katanya sambil bercermin memperbaiki tatanan rambutnya.
"Terserah kamu deeh mau kemana." jawabku singkat, sambil menarik tangannya keluar.
Sekuter kesayangan Tasya membawah kami ke sebuah rumah makan, yang dimana akhirnya mimpiku kembali menulis scenarionya.
"Makan dulu yuuk" ajak Tasya, sambil menarik tanganku masuk.
Langkah kami terhenti ketika mata kami melihat sosok yang sangat dikagum-kagumi oleh cewek-cewek kemarin.
"Dia ada disini. Lagi makan disini. Dia.." perkataanku terhenti, ketika Tasya menarikku untuk mendekati pria itu.
Maklum Tasya yang gayanya seperti itu tidak akan menyia-nyiakan waktu, walau hanya minta berfoto sekalipun.
"Hai boleh foto bareng ngak??" Tasya siih cerewet, malu-maluin aja ocehku dalam hati.
Pria itu cuman tersenyum dan pergi dikawal oleh beberapa bodygard.
Hhmm.. mungkin karena dia artis dari luar, makanya kemana-mana pake pengawal segala."Yaah kok dia pergii siih" Tasya yang cerewet mulai bersedih.
Terus kuliati dia yang berjalan ke mobil hingga mobilnyapun hilang dari pandanganku.
"Ya udah makan aja yuuk" ajak Tasya.
Belum sempat Tasya duduk, ku tarik tangannya keluar dan menyuruhnya mengikuti mobil itu.
"Apa. Kamu gila yaa ??" tanya Tasya yang kaget melihat sikapku.
"Udaah pake niih helm, ayoo cepat." jawabku serius.
Aku ngak boleh nyia-nyiain kesempatan ini. Kali aja aku bisa mengubah mimpi-mimpiku menjadi nyata, fikirku.
****
Tepat disebuah kebun binatang, sekuter Tasya berhenti. Ternya kebun binatang merupakan kunjungan ke duanya.
Kami berduapun terus memperhatikannya, yaa walaupun dinamakan penguntit yang penting jangan sampai kehilangan dia deeh.
Sampai tiba saatnya pria itu terpisah oleh ke-2 bodygardnya, dan tanpa membuang waktu lagi aku dan Tasya berniat mendekati pria itu.
Tapi tiba-tiba segerombolan fans berlarian ke arah pria itu. Dengan langkah cepat ku tarik tangan pria itu dan membawahnya pergi dengan sekuter Tasya.
Entah apa yang ku fikirkan saat itu, dan entah bagaimana nasip Tasya yang ku tinggalkan dengan membawah skuternya.
Setelah merasa agak jauh dari kerumunan orang, ku hentikan sekuter itu dan menyuruh pria itu turun.
"Terima kasih" terlintas satu kata dari mulut pria itu, yang membuatku berfikir bahwa dia itu ternyata tidak bisu ( habisnya ngak pernah ngomong siih ).
"Kalau kamu ngak ada tadi, mungkin aku sudah dijambak-jambak tadi" katanya sambil terbatah-batah.
Ooh aku baru sadar, ternyata dia belum terlalu lancar berbahasa indonesia ( maklum mahluk luar, hhhh ).
Beberapa lama kami berbincang dan kami pun saling tahu nama asli masing-masing.
Lee Dong-min, ya itulah namanya. Cha Eun-woo ternyata hanyalah nama panggungnya saja.
Setelah sadar bahwa ternyata malam ini adalah malam konser Lee Dong-min, akupun bergegas mengantarnya pulang ke penginapannya untuk bersiap-siap.
"Sekali lagi terima kasih. Saya tidak akan melupakan kebaikan kamu" kalimat itulah yang mengakhiri pertemuan kami sore itu.
****
Seperti mimpi yang jadi kenyataan, akupun terus menghayalkan kejadian itu. Sampai tiba saatnya hayalan itupun buyar ketika suara ocehan Tasya terdengar didalam kamarku.
"Kamu dari mana aja siih, kamu tau ngak aku tuh pusing nyariin kamu" ocehan Tasya. Aku hanya tersenyum dan melanjutkan hayalan tadi.
"Eeh malah senyum, gila yaa.. Ayooo" ajak Tasya.
"Kemana ??" tanya ku.
"Kamu ngak mau nonton konsernya artis Korea itu ??" tanya Tasya.
"Ooh iya. Aku lupa"
Kamipun pergi ke tempat konser Cha Eun-woo, aah maksudku Lee Dong-min karena kami telah sepakat dengan nama itu, yang kini namanya selalu melayang dibenakku.
Setelah tiba, ternyata konser itu sudah selesai. Konser itu dipercepat karena kondisi Cha Eun-woo yang kurang stabil.
Apa mungkin kerena ku ajak kabur tadi, pikirku dalam hati.
Kamipun pulang dengan kecewa, terutama Tasya yang terus mengoceh tidak terima.
Ketika sekuter Tasya berbunyi, tiba-tiba seorang pria keluar dari mobil dan menghampiri kami.
"Hai. Ketemu lagi kita" suara itu jelas suara Cha Eun-woo yang ku dengar sore tadi.
Tasya yang tadinya mengoceh kini ocehannya terhenti ketika melihat pria itu menghampiri kami.
"Cha Eun-woo aahh maksudku Lee Dong-min. Kamu kok bisa ada disini. Aku fikir kamu sudah kembali ke Korea malam ini" kataku menjawab sapaannya.
"Mana mungkin aku pergi tanpa menemui malaikat penyelamatku dulu" katanya sambil tersenyum.
Akupun tersipu malu, dan Tasya yang terheran-heran melihat kami berdua yang sudah cukup akrab.
"Aku boleh pinjam tangan kamu ??" tanya Eun-woo yang mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
Ditariknya tanganku dan ada sesuatu yang ku rasakan ditaruh ditanganku.
"This is my email" ucapnya sambil tersenyum.
Dia memberiku sebuah alamat emailnya, dimana disitulah cerita kami dimulai. Ooh, bukan. Tapi disitulah dimana mimpi yang selama ini ku hayalkan menjadi kenyataan..
.
Bersambung~~.
.
.
Mohon bantuan dan dukungannya yaa ^_^
.
#Jangan lupa tekan Bintangnya
.
#Saran dan Kritik yang membangun juga sangat saya butuhkan ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Struggle
FanfictionPernah berada diantara impian dan keluarga..?? Pilih yang mana diantara keduanya..?? Disaat engkau hampir menggapai impian mu, suara keluarga yaitu kedua orang tua mu memanggil dan membutuhkan bantuan mu. Disaat engkau sedang sibuk memikirkan untuk...