~ RAN 2 ~

29 24 3
                                    


****

"Hah, pantai ? Mia kita ngapain kesini ?" tanya Tasya yang sedang kebingungan.

Akupun menjelaskan tentang keberadaan tempat ini.
( Baca part 3 ~ Pesan Pertama ~ )

"Udah ngerti kan ? Sekarang kita cari Ran dulu." akupun menelusuri pinggiran pantai itu.

Tasya yang bersamaku ikut mencari, alih-alih Ran ada disekitar pantai.

"Mia, itu." suara Tasya mengejutkanku.

Dia melihat sebuah penginapan yang tidak terlalu besar, berjejer di pesisir pantai. Apa mungkin Ran ada disitu ? Fikirku dalam hati.

"Yuk kesana. Mungkin aja ada yang liat Ran disana." ku ajak Tasya ke penginapan itu, berharap Ran ada disana.

"Permisi nyonya, apa nyonya pernah melihat orang ini ?" ku tunjukkan foto Ran yang ada di ponselku.

Tapi tidak ada hasil. Orang yang kutanyai menggelengkan kepala pertanda tak melihat Ran.

Aku dan Tasya pun menyusuri setiap penginapan itu. Sampai pada akhirnya ku lihat Ran yang sedang duduk di pinggir pantai, dan melihat jauh kearah pantai itu.

"Ran.." suaraku sepertinya mengejutkan Ran.

Akupun duduk disampingnya mencoba membuatnya merasa nyaman dengan kehadiranku. Tasya yang mengerti akan situasi, mencoba meninggalkan kami berdua.

"Ran.. Ran tahu, seharian ini Mia nyariin Ran. Mia khawatir, kenapa Ran ngak ikut ujian hari ini. Mia ingat, saat Mia ada masalah, Ran selalu meminjamkan bahu tempat Mia bersandar. Dan sekarang, ijinkan Mia meminjamkan bahu Mia sebagai tempat Ran bersandar disaat Ran lagi lelah melewati hal yang sulit."

Ku coba untuk menenangkannya dan membuatnya bercerita, agar bebannya sedikit berkurang fikirku.

Dan usahaku ternyata ngak sia-sia. Ran tiba-tiba memelukku, dan terdengar suara tangis yang keluar dari bibirnya.

Dapat kurasakan beban yang sedang dia alami saat ini, karena pelukkannya yang semakin kuat dan tangis yang coba ia tahan.

Ku coba menenangkannya kembali, ku usap punggungnya dan membiarkannya sejenak. Hingga perlahan ia melepaskan pelukkannya dariku.

"Maaf Mia, aku ngak ada maksud apa-apa." katanya dengan memalingkan wajahnya dariku, ku lihat ia mencoba mengusap air mata yang menetes di pipi nya.

"Jangan ditahan Ran. Menangislah jika memang setelahnya kamu merasa lebih baikkan."

"Mia, kamu tahu. Aku sebelumnya tidak seperti ini. Tapi entah mengapa hal ini terjadi pada keluargaku."

Ran pun mulai menceritakan beban yang sedang dialaminya padaku. Yaa, walaupun sebenarnya aku sudah mengetahui kejadiannya dari cerita bibi sebelumnya.

"Aku ngak ngerti, kenapa papa seperti itu. Dia benar-benar seperti orang asing bagiku. Dia dengan beraninya membawah wanita lain ke rumah, disaat mama ngak ada di...."

Kupeluk Ran dengan erat mencoba menghentikan ceritanya, karena aku tahu betapa sakitnya hal itu.

Yaah, sore itu ketika Ran pulang, ia memergoki papanya sedang bermesraan diruang tamu rumahnya. Bersama perempuan yang tidak lain adalah sekertarisnya sendiri.

Ketika Ran berusaha meminta penjelasan, papanya malah menamparnya dan menyuruhnya untuk diam.

Hampir terjadi perkelahian diantara mereka, tapi bibi yang bekerja di rumah Ran berhasil memisahkan mereka.

Tanpa berkata apapun, Ran akhirnya meninggalkan rumah.

****

Waktupun semakin sore. Ran kini terlihat lebih tenang dan kami sedikit mengobrol tentang ujian nasional tadi.

Tidak lama kemudian, Tasya datang dan membawah beberapa minuman.

"Kalian haus kan ? Niih aku bawahin minum." Tasya meletakkannya disamping kami dan ikut duduk disampingku.

"Gimana, udah enakkan ?" tanya Tasya yang ingin mengetahui perkembangan selama ia pergi tadi.

"Iya, Mia yakin Ran pasti kuat. Soalnya dulu Ran selalu kuat bantuin Mia. Iya kan.." kuajak Ran untuk bercanda sedikit, dan tampak senyuman kecil di bibirnya.

Kami pun sedikit mengobrol dan memutuskan untuk pulang. Tapi Ran sepertinya akan tetap tinggal untuk sementara di penginapan itu.

****

"Huuft.. akhirnya sampai juga. Syukurlah Ran udah sedikit tenang dan akan mengikuti ujiannya besok." ku baringkan badanku sejenak di atas tempat tidur.

Setelah sedikit melepas lelah, akupun bergerak untuk mandi.

"Non.. Non.. Non Mia.." suara bibi mengejutkanku. Padahal baru selesai mandi.

"Ada apa siih bi, teriak-teriak gitu.. Udah malam tau." akupun turun ke bawah.

"Mia sayaang, apa kabar ?" suara itu. Suara itu begitu familiar buatku..

.
Bersambung~~

.
.
.
Mohon bantuan dan dukungannya yaa ^_^
.
#Jangan lupa tekan Bintangnya
.
#Saran dan Kritik yang membangun juga sangat saya butuhkan ^_^
.

Love StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang