Chelsea menatap sekitar ruangan dan menemukan Gilang tengah berbincang dengan beberapa temannya. Menghampiri pria itu, Chelsea menepuk pelan bahu Gilang.
"Hei, Chel! Maaf tidak menyambutmu. Kamu cantik sekali." ucap Gilang.
"Tidak masalah. Jadi, aku akan tampil kapan dan lagu apa yang harus kubawakan?" tanya Chelsea
"Pertama. Kamu akan tampil pertama. Dan untuk lagunya, kamu bebas membawakan apapun." senyum Gilang dan Chelsea hanya mengangguk paham.
"Berangkat dengan siapa?" tanya Gilang
"Dengan taksi." senyum Chelsea "ini penyambutan anggota baru, kah?" tanya Chelsea
"Sebenarnya lebih kepada perpisahan anggota lama." ringis Gilang
"Ah ... Berarti kamu ..."
"Bukan. Aku tetap masih ikut sampai kelulusan. Jadi, ini perpisahan anggota yang sudah lulus." jelas Gilang.
"Begitu rupanya ... Kalian kompak banget." senyum Chelsea
"Sering berada di lapangan bersama, melawan musuh yang sama, panas yang sama, membuat kami belajar lebih mengahargai sesama. Karena kita tanpa satu orang, tidak akan menjadi kuat." jelas Gilang sedang Chelsea hanya mengangguk singkat. "Ah, kamu bisa tampil setelah ini." ujar Gilang begitu melihat kode dari temannya. Chelsea mengangguk dan memikirkan lagu apa yang akan ia bawakan.
Setelah namanya dipanggil, Chelsea naik ke atas panggung dan mendapat siulan dari para lelaki. Beberapa menyapa sedang yang lainnya sibuk memotret.
"Selamat malam semuanya" sapa Chelsea "malam ini aku akan membawakan lagu yang mungkin tidak asing untuk kalian, Perpisahan Termanis. Selamat menikmati." ucap Chelsea dan mulai memetik gitarnya,
~bila nanti kita berpisah, jangan kau lupakan, kenangan yang indah, kisah kita ~
Chelsea menikmati lagunya,
~jadikan ini perpisahan yang termanis, yang indah dalam hidupmu sepanjang waktu. Semua berakhir tanpa dendam dalam hati, maafkan semua salahku yang mungkin menyakitimu~
Chelsea menutup nyanyiannya dan segera tepuk tangan meriah. Chelsea tersenyum sampai pandangannya bertemu dengan Bagas. Gadis itu berdehem kecil sembari melengos.
"Seperti biasa Chel. Penampilan yang luar biasa." ungkap Gilang
Chelsea tersenyum dan pamit untuk mengambil makanan. Ia baru ingat kalau Bagas juga anggota klub basket. Tentu saja pria itu akan ada disini. Chelsea meneguk minuman dan mengedarkan sejenak pandangan sampai retinanya menangkap sosok Bagas yang tengah duduk dan memangku gitar di atas panggung. Tidak lama kemudian, lagu Flashlight - Jessie J keluar dari mulut Bagas. Chelsea mendengarkan dengan saksama lagu tersebut hingga selesai dan bergegas pamit ketika acara dan kerjaannya sudah selesai. Gadis itu baru akan melangkah keluar ketika mendengar suara gaduh. Urung pulang, Chelsea justru melangkahkan kembali kakinya dan masuk ke aula tersebut.
"Brengsek!!" Chelsea mendengar umpatan tersebut dan baru melihat dengan jelas bahwa Bagas tengah berkelahi dengan seorang pria.
"Gas udah!!" teriak Gilang melerai keduanya.
"Sekali lagi lo bicara kotor soal Chelsea, kepala lo gue penggal!!" teriak Bagas lagi membuat Chelsea sedikit terkejut karena namanya dibawa-bawa.
"Ada apa ini?" akhirnya Chelsea buka suara membuat semua orang di ruangan terkejut.
"Chel ... " Bagas bergumam pelan. Melihat wajah memar Bagas entah apa yang Chelsea fikirkan. Gadis itu menarik lengan Bagas dan membawanya keluar ruangan.
"Dimana motor lo?" tanya Chelsea dan Bagas menunjuk motornya bingung.
"Anterin gue, ayo." ucap Chelsea dan segera diangguki oleh Bagas. Masih bingung dengan oerlakuan Chelsea, Bagas hanya mengikuti apa yang diinginkan gadis itu. Mereka berhenti di apotek dan Bagas membiarkan Chelsea masuk sementara ia di luar.
"Duduk" perintah Chelsea yang segera diikuti Bagas. Dengan telaten, gadis itu membersihkan luka Bagas. Jelas pria itu kaget dengan apa yang dilakukan Chelsea.
"Kenapa saling memukul? Membela gue? Apa orang itu melakukan sesuatu yang buruk sama gue?" tanya Chelsea tanpa melepas tangannya yang cekatan membersihkan luka Bagas.
"Dia bilang lo model majalah dewasa." cicit Bagas membuat Chelsea menghentikan sejenak gerakan tangannya.
"Terus kenapa lo musti marah?" tanya Chelsea
"Karena itu gak bener. Aww!" jerit Bagas ketika Chelsea memasang plester dengan sedikit menekan luka Bagas.
"Jangan terlibat perkelahian karena gue. Lo gak perlu merasa bersalah terus menerus dan jadi membela gue. Gue benci di lindungi dengan alasan gue gak mampu. Lo juga gak perlu menyiksa diri sendiri karena gue ... " Chelsea menggantung kalimatnya,
"Gue ... Gue udah maafin lo." ucap Chelsea dalam satu tarikan napas yang berhasil membuat Bagas membelalakan mata kaget. Untuk sesaat, Bagas tidak bereaksi apapun dan hal itu membuat Chelsea salah tingkah. Gadis itu membenahi tasnya dan beranjak sebelum Bagas menghentikan gerakannya.
"Makasih, Chel." Bagas memeluk Chelsea erat membuat gadis itu giliran membelalakan mata. Chelsea bahkan tidak mampu bersuara. Debar jantungnya tidak normal mencium aroma cokelat kuat dari tubuh Bagas. Beberapa saat dan Bagas sadar dengan tingkahnya. Segera pria itu melepas pelukannya yang entah kenapa membuat Chelsea sedikit tidak rela.
"Kalau gitu, gue antar lo pulang." senyum Bagas yang hanya di angguki oleh Chelsea.
Tidak ada suara selama di perjalanan. Chelsea sibuk mengatur debar jantungnya, sementara Bagas tidak kunjung menarik turun sudut bibirnya. Sampai di depan rumah Chelsea, Bagas tersenyum ke arah gadis itu membuatnya salah tingkah.
"Makasih ya Chel. Pasti sulit buat lo maafin gue, tapi lo rela mengkesampingkan perasaan lo. Gue bener-bener berterima kasih sama lo." ucap Bagas
"Gue masuk" balas Chelsea canggung. Namun baru beberapa langkah, gadis itu kembali menoleh, "hati-hati di jalan, Gas." ucap Chelsea dan berlari masuk ke dalam rumah. Bagas yang melihat itu hanya tersenyum,
"Lucu." gumamnya
Chelsea berlari ke kamarnya dan menutup wajah di atas bantal.
"Ya Tuhan Chel, kenapa kamu bisa seberlebihan itu? Sangat memalukan." gerutu Chelsea.
Memaafkan memang bukan hal mudah. Chelsea bahkan harus menekan egonya dalam-dalam. Tapi selama liburan, Chelsea menyadari bahwa yang Bagas lakukan selama ini adalah untuknya. Pasti berat bagi Bagas dibebani perasaan bersalah setiap waktu. Chelsea sudah pernah dan masih merasakan hal itu, jadi ia menyadari bahwa menjadi Bagas tidak semenyenangkan kelihatannya. Chelsea juga mengakui bahwa setelah memaafkan pria itu, kini perasaannya berubah lega. Seolah satu bebannya terangkat dan semuanya menjadi normal.
Yah, siapa yang tahu perasaan seseorang? Tuhan maha membolak-balikan hati setiap kaumnya, bukan? Dan Chelsea tidak menyesal telah memaafkan Bagas.
Gadis itu bangun dan mengambil figura di atas nakas yang berisi fotonya dan Alvin.
"Al, aku sudah memaafkan pria itu. Rasanya melegakan. Ah iya, mulai sekarang aku juga akan berusaha memaafkan diriku. Aku mendoakan yang terbaik untukmu." ujar Chelsea dan tertidur setelahnya. Untuk pertamakali, Chelsea merasa ia akan tidur dengan nyenyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Me On You
FanfictionKalau Chelsea boleh memilih, ia tidak ingin bertemu atau mengenal Bagas Rahman. Tapi Chelsea hanya bisa berencana, selebihnya Tuhan yang memutuskan. Dan pada akhirnya, Tuhan justru membuat Chelsea harus terlibat terus menerus bersama Bagas.