11.

228 23 2
                                    

"Hai, Chel!" Chelsea cukup terkejut menyadari bahwa driver taksi yang ia pesan adalah Raffi, Kakak Gilang.

"Eh, Kak?" tanya Chelsea sembari melangkah masuk ke dalam mobil.

"Ada acara, atau cuma mau ke sana aja?" tanya Raffi

"Mau main aja, Kak." jawab Chelsea

"Gilang sering cerita soal kamu. Katanya kamu sering ngisi di radio FM ya? Dan ikut ngajar anak-anak Pelangi juga?" Raffi membuka obrolan.

"Ah... Itu, iya. Cuma nyalurin hobi, kok Kak."

"Aku denger suara kamu, dan bagus kok. Kenapa gak coba di tekunin aja, Chel? Bikin lagu sendiri dan fokus ke dunia itu." ucap Raffi. Chelsea justru tersentak sebentar. Ucapan Raffi membuat Chelsea teringat dengan Alvin. Kalimatnya persis seperti yang Alvin ucapkan padanya saat mereka masih menjadi teman, dulu. Menatap jalanan, mungkin hanya kebetulan.

"Oh iya, Chel. Kalau kamu berkenan, minggu depan ulang tahun komunitasku. Kita lagi bingung mau ngundang siapa buat pengisinya. Masalah MC aku udah minta bantuan Gilang. Kalau kamu gak keberatan, kamu bisa gak Chel ngisi di komunitasku?" tanya Raffi.

"Bisa Kak. Oh iya, aku bisa bawa temen gak Kak? Dia pinter musik juga." ucap Chelsea

"Boleh! Nanti aku kabarin kamu." ujar Raffi semangat. Ia turun dari mobil Raffi selepas sampai di tempat tujuan. Gadis itu masuk ke dalam kafe dan menyapa sebentar pemiliknya. Kafe tersebut adalah salah satu tempat yang menampung bakat menyanyi Chelsea. Gadis itu akan mengisi di sana setiap 3 kali dalam satu minggu. Bahkan separuh pelanggan sudah mengenal siapa Agatha Chelsea di kafe tersebut. Penyanyi remaja cantik bersuara emas. Seolah tidak punya celah. Cantik, dari keluarga mampu, bersuara bagus, bahkan pintar. Tapi tidak semua orang tahu kalau Chelsea memiliki trauma. Chelsea bahkan masih sering terkena serangan panik ketika berada dalam keramaian, meskipun sekarang ia bisa lebih mengendalikannya. Tidak separah dulu setelah kejadian Bagas dan teman-temannya. Ia juga masih sering ketakutan sendiri ketika kendaraan yang ia tumpangi melewati, menyalip atau berada di atas kecepatan rata-rata di jalanan. Sebenarnya ia tidak sesempurna itu. Chelsea juga hanya gadis biasa.

Menyelesaikan satu lagu dengan di iringi tepuk tangan, Chelsea tersenyum ke arah pelanggan dan turun dari panggung.

"Selalu Chelsea dengan suara merdunya." kagum pemilik kafe.

"Makasih, Om." ujar Chelsea dengan menampilkan senyum manisnya.

"Om!!" keduanya menoleh dan Chelsea cukup terkejut dengan kehadiran Angel.

"Kak Chelsea?! Ada di sini?" jerit Angel.

"Angel, hai! Anak Om" Chelsea belum sempat menjawab ketika Angel berpelukan dengan bosnya tersebut.

"Om Tian kenal sama Kak Chelsea?" tanya Angel

"Tentu saja. Dia penyanyi favorit di kafe Om. Kamu ada apa? Tumben kemari." ujar Tian.

"Angel mau pinjam studio" ringis Angel, "tapi sebelum itu, mau ngobrol dulu sama Kak Chelsea" ucap Angel dan menarik lengan Chelsea begitu saja. Sedang Chelsea hanya bisa pasrah dengan tarikan gadis itu.

"Kak Chelsea udah lama kerja di sini?" tanya Angel

"Satu tahun, mungkin." jawab Chelsea

"Kok aku gak pernah lihat ya?"

"Aku kerja cuma 3 kali dalam satu minggu." jawab Chelsea. Angel mengangguk-angguk kecil.

"Oh iya, Kak Chelsea lagi gak ada acara kan? Aku sebenernya..." Angel menggantung sebentar kalimatnya, "Kak Chelsea ada hubungan apa sih sama Kak Bagas?" tanya Angel.

"Teman sekelas." jawab Chelsea santai,

"Eh?" Angel cukup terkejut dengan jawaban Chelsea. Gadis itu berdeham sebentar, "soalnya kalian kelihatan dekat banget. Kayak orang pacaran." jujur Angel. Chelsea tersenyum melihat gadis di depannya itu melihat ke arah lain.

"Ngel, berjuang secukupnya. Jangan menyakiti diri sendiri dengan menyukai seseorang yang tidak menyukaimu. Percaya pada dirimu sendiri dan cintai dirimu." ujar Chelsea masih dengan senyum di wajah, "aku pergi dulu ya." pamit Chelsea dan segera beranjak dari tempat duduknya tanpa melihat ekspresi Angel.

_

Sesuai yang telah Chelsea sepakati, gadis itu datang ke acara ulang tahun komunitas milik Raffi bersama Bagas. Ia turun dari motor Bagas dan melihat sekeliling yang di oenuhi dengan kendaraan roda dua dan empat. Chelsea menduga komunitas Raffi adalah komunitas balap. Melangkah mendekat menuju tenda, Chelsea menyapa Raffi.

"Hai, Chel! Sudah datang? Ayo kemari dan duduk dulu." ucap Raffi.

"Ini Bagas, Kak. Teman yang aku ceritakan." Chelsea memperkenalkan Bagas.

"Loh, Bagas?"

"Bang Raffi?"

Chelsea menautkan dua alisnya melihat respon keduanya.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Chelsea

"Lo ke mana aja, Gas? Ngilang gitu aja selepas insiden Alvin." ujar Raffi.

"Tunggu! Alvin? Kak Raffi tahu Alvin?" tanya Chelsea

"Iya tahu. Siapa yang gak tahu soal Alvin. Dia selalu jadi nomor 1 di setiap perlombaan balap jalan mewakili komunitas ini." jelas Raffi. "Tunggu! Jangan bilang kalau kamu Chelsea pacarnya Alvin?!" kaget Raffi

"I-iya, Kak." gagao Chelsea. Otaknya masih berusaha mencerna informasi yang ia dapat.

"Ya ampun! Jadi ini cewek yang bikin lo nantang Alvin? Ini ceweknya Alvin yang lo pengen milikin?!" Raffi kembali berucap. Chelsea yang mendengar itu merasa pening di kepalanya. Oendengarannya serasa berdenging. Gadis itu menarik napas panjang berusaha mengendalikan diri. Ia menjauh dari Raffi dan Bagas, tidak mau jatuh sebelum penampilan. Akhirnya, gadis itu memilih duduk di dekat speaker panggung dan melihat keramaian. Ia mengusap wajahnya sebentar memikirkan apa yang barusan ia dengar. Chelsea masih bertanya-tanya, bagaimana situasi sebenarnya saat ia merasa segalanya telah berakhir.

Sampai acara di mulai dan namanya di panggil ke atas panggung, Chelsea kehilangan senyumnya. Ia menyanyikan lagu dengan lancar, tapi ekspresi wajahnya tidak mendukung. Bahkan ketika acara ouncak, perasaan panik Chelsea justru semakin menjadi-jadi.

Chelsea melihat motor berbaris dan teriakan-teriakan dari orang sekitar. Mendadak ingatan Chelsea kembali pada kejadian saat ia mendengar gas motor bersahutan dan Alvin yang tersenyum ke arahnya. Jantung Chelsea berdetak lebih cepat dan keringat dingin keluar dari tubuhnya. Bayangan masa lalu itu seolah kembali di putar terang-terangan di hadapan Chelsea. Gadis itu bergetar dan pandangannya sudah tidak fokus.

"Chelsea, lo kenapa?" ia masih bisa mendengar suara Bagas tapi fikirannya kacau. Gadis itu memejamkan mata mencoba mengenyahkan pikirannya soal bayang-bayang masa lalu.

"Chel, lo bisa denger gue?!" gadis itu bisa mendengar nada panik dari mulut Bagas. Chelsea meremas rambutnya dengan tangan bergetar. Detik selanjutnya, ia merasa sesak dan semuanya menjadi gelap.

Masa lalu tidak pernah menjadi mudah untuk di lupakan. Orang mengatakan bahwa masa lalu adalah yang membuat kita berdiri lebih kuat menghadapi masa depan. Tapi, kadang prosesnya menyakitkan. Apalagi masa lalu yang membuat seseorang menangis atau berdarah. Rasa sakit di hati tidak pernah menjadi mudah di sembuhkan meski waktu berlalu.

Jangan mencoba mengubur masa lalu, kita hanya perlu menikmati setiap prosesnya.

_

Hae ... Aku balik. Ng .. Kalau alurnya makin gaje, maafin yak. Akhir2 ini otak sedang di penuhi hal2 gak jelas juga soalnya. Hehehe makasih yg setia baca, ngasih masukan, saran, dan vote.
Sehat selalu kalian😊

Salam
Cen

Find Me On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang