Chelsea keluar dari rumah sakit sejak tiga hari lalu. Ia kembali menjalani aktivitasnya sebagai seorang siswa. Setelah mendengar cerita dari Bagas, bahwa Raffi dan ia saling mengenal bahkan dengan Alvin, membuat Chelsea berfikir bahwa mereka memang tidak pernah dijauhkan sejak awal. Mereka selalu terlibat bersama. Meskipun di satu siai, cara Bagas memang kurang tepat, tapi di sisi lain, Chelsea di libatkan bersama seseorang yang bisa jadi memang di takdirkan untuknya sejak awal.
"Chel, nih." Bagas menyodorkan kotak makan kepada Chelsea.
"Lo bawa bekal? Tumben. Atau ini dari penggemar lo lagi?" tanya Chelsea.
"Dari Angel." jawab Bagas singkat. Chelsea mengangguk. Tentu saja gadis itu masih berusaha memenangkan hati Bagas. Tidak ada yang salah dengan itu. Sebab, setiap orang berhak memperjuangkan cintanya masing-masing termasuk Angel. Chelsea jadi penasaran, karena bisa jadi yang di takdirkan untuk Bagas mungkin saja bukan dirinya, tapi Angel. Gadis itu juga sudah terlibat dengan Bagas sejak lama.
"Hei. Ada apa?" tanya Bagas. Chelsea menggeleng dan membuka kotak makan tersebut lantas mulai mengunyah isinya.
"Gas, kalau ternyata kita gak berjodoh, gimana?" tanya Chelsea.
"Ya udah. Berarti, Tuhan mempertemukan dan membuat kita terlibat, supaya kita bisa mendapat pembelajaran dari yang sudah terjadi di antara kita. Mungkin gue bakalan merasakan proses kecewa, sedih, marah, patah hati, atau bahkan putus asa kalau ternyata kita gak berjodoh. Tapi, gue bersyukur seenggaknya pernah diberi kesempatan terlibat sama lo." ucap Bagas. Chelsea hanya terdiam dan menutup kembali kotak makan tersebut.
"Mungkin gue juga bakalan mengalami proses itu dan justru menyesali pertemuan kita." balas Chelsea.
"Kenapa sih? Pagi-pagi udah ngomongin jodoh." tanya Bagas.
"Gak ada. Lagi kepikiran aja." senyum Chelsea. Gadis itu kembali menghadap depan setelah mendengar bel masuk. Kini fikirannya di dominasi oleh mata pelajaran yang di terangkan oleh guru.
Selepas istirahat, Chelsea berjalan menuju kelas Gilang. Ia harus membicarakan beberapa hal soal penyiarannya yang terakhir sebelum kelulusan. Ia berjalan menuju kelas Gilang dan menemukan pria itu tengah berbincang dengan Angel.
"Lang, gimana?" tanya Chelsea
"Oh iya! Ini konsepnya, Chel. Dan seperti biasa, Angel yang bakalan jadi penyiarnya. Acara ini bakalan di adakan saat classmeeting jadi seharian penuh. Kamu ada jadwal ngisi juga, kan di hari kedua? Jadi, kita bakalan mengadakan penutupan di hari pertama." jelas Gilang dan di angguki oleh Chelsea.
"Yah... Padahal aku masih oengen satu studio sama Kak Chelsea. Tapi, ternyata udah mau lulus aja, ya?" Chelsea tersenyum melihat Angel mendadak lesu. Gadis itu tahu kalau Angel penggemarnya, meskipun adik kelasnya itu juga menyukai orang yang sama dengannya, tapi, jiwanya sebagai penggemar tidak hilang begitu saja. Chelsea juga sebenarnya menyukai Angel, sebab gadis itu bisa bersikap profesional dengan membedakan urusan pekerjaan dan asmara. Angel tidak lantas merelakan Bagas begitu saja setelah tahu bahwa pasangan Bagas adalah seseorang yang ia gemari. Angel mau berusaha dan hal itulah yang membuat Chelsea mengharhai perasaan Angel.
"Chel, thanks ya. Selama tiga tahun ini kamu mau bantuin aku ngisi di radio, meski kesan anak-anak sama kamu kurang baik. Kamu seolah memberi jawaban pada mereka lewat musik, kalau kamu juga bisa di cintai dengan musik." senyum Gilang.
"Aku melakukannya karena aku menyukainya. Terlepas dari apa yang terjdi dalam kehidupan pribadiku." balas Chelsea. Ia baru menyadari bahwa sebenarnya Chelsea adalah manusia paling beruntung sebab memahami keinginannya. Dengan musik Chelsea menjadi dirinya sendiri. Dan yang paling penting, ia bahagia dengan bernyanyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Me On You
FanfictionKalau Chelsea boleh memilih, ia tidak ingin bertemu atau mengenal Bagas Rahman. Tapi Chelsea hanya bisa berencana, selebihnya Tuhan yang memutuskan. Dan pada akhirnya, Tuhan justru membuat Chelsea harus terlibat terus menerus bersama Bagas.