Chelsea keluar dari ruang penyiaran dan menemukan Bagas berdiri tepat di depan pintu, lantas menyodorkan minuman kepada Chelsea membuat gadis itu tersenyum sambil bergumam terima kasih. Angel yang menyadari interaksi keduanya mengalihkan pandangan kesal. Sementara Gilang yang tepat di belakang gadis itu cukup tahu gelagat Angel yang tidak senang dengan Bagas dan Chelsea. Setelah keduanya berlalu, Gilang menepuk pundak Angel dan mengucapkan terima kasih atas siaran yang menarik hari ini.
"Ngel, kamu ... Ada sesuatu sama Bagas?" tanya Gilang membuat Angel menolehkan wajahnya pada senior di sampingnya tersebut.
"Maksud Kakak?"
"Ah enggak. Itu, tadi aku cuma lagi gak jelas aja." jawab Gilang pada akhirnya dan berjalan mendahului Angel. Mengabaikan Gilang, Angel sedikit berlari untuk menyusul Bagas. Mulai hari ini, ia tidak ingin menyerah atau menyerahkan Bagas kepada siapapun. Termasuk Chelsea sekalipun. Ia melihat keduanya berjalan menuju kantin dan dengan cepat Angel mengikuti keduanya. Sampai di kantin, selepas memesan makanannya, Angel duduk di samping Bagas membuat Chelsea dan Bagas terkejut.
"Aku gak mengganggu kan?" senyum Angel. Ia bisa melihat raut Chelsea berubat datar, sedang Bagas bergerak tidak nyaman sambil sesekali melihat ke arah Chelsea. "Maaf deh kalau aku ganggu Kak Chelsea dan Kak Bagas. Aku pindah aja, ya? Soalnya di sini gak ada yang ku kenal, jadi kufikir bisa duduk bersama kalian." ucap Angel
"Tidak perlu. Kursi ini bebas milik siapapun, dan kami tidak merasa terganggu." senyum Chelsea. Angel bisa melihat betapa cantik seniornya itu. Pantas hampir 70% siswa di sekolahnya menyukai Agatha Chelsea.
"Kak Chelsea bagus banget suaranya. Dari dulu sering ngisi di radio sekolah, ya?" tanya Angel
"Iya"
"Kakak masih bekerja untuk radio FM juga, kan? Aku sering mendengarkan suara Kakak lewat siaran langsung radio itu." ujar Angel semangat. Ia memang ingin memenangkan Bagas. Setelah semua hal yang Angel lakukan, tidak mungkin ia menyerah begitu saja setelah mengetahui bahwa Chelsea dan Bagas dekat. Meskipun ia juga tidak bisa menampik bahwa Chelsea masih menjadi idolanya. Lihat? Tuhan selalu berhasil membuat hubungan manusia semanis dan serapi itu. Angel tidak pernah menduga bahwa ia akan terlibat dengan Bagas dan Chelsea sekaligus.
"Kamu juga penyiar yang keren. Kamu bisa mencairkan suasana dan membawakan siaran sesuai tema. Kamu penyiar juga? Aku sudah jarang tampil di radio FM. Hanya beberapa kali untuk mengisi liburan." jawab Chelsea
"Ah ... Kak Chelsea bikin malu saja. Begitu, rupanya ..." ujar Angel. Ia melihat ke atah Bagas yang diam saja dan melihat daun bawang yang Bagas sisihkan. Dengan cekatan, tangan Angel mengambil daun bawang pada mangkuk bakso milik Bagas tanpa canggung, seolah sudah sering melakukannya.
"Daun bawangnya buat aku aja, Kak. Kak Bagas gak suka, kan?" senyum Angel.
Bagas yang melihat itu mengerutkan kening heran,
"Lo gak harus sampai berbuat kayak gitu, Ngel. Gue gak minta lo buat ngambil daun bawang yang ada di mangkuk gue. Dan jujur, sebenernya gue risih kuah makanan gue harus di ambil dengan dua sendok berbeda, dan udah bekas mulut orang." ujar Bagas membuat Angel terkejut, sementara Chelsea dengan santai menyeruput kuah baksonya sambil mengamati interaksi keduanya.
"Dia bermaksud baik, lho Gas. Mungkin hanya belum tahu aja, kalau lo gak suka di perlakuin kayak gitu." ucap Chelsea
"Maaf, Kak. Aku gak tahu." Angel menundukkan kepala merasa malu sekaligus bersalah.
"Tidak apa-apa, Ngel. Kamu tidak tahu. Lagipula, niatmu baik, dan aku cukup iri karena kamu bisa tahu kalau Bagas gak suka makan daun bawang. Jadi, selama ini aku ngebiarin dia makan daun bawang saat dia gak suka. Pasti rasanya gak enak, harus memakan sesuatu atau seseorang yang tidak kita suka." senyum Chelsea "sudahlah, Gas. Jangan kayak gitu sama Angel. Jangan melupakan maksudnya meskipun caranya gak lo suka. Kata orang, baik dan buruk itu tergantung niatnya." Chelsea mengunyah bakso di mulut, sedang Bagas hanya mengamati kedua gadis tersebut sambil menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Me On You
FanfictionKalau Chelsea boleh memilih, ia tidak ingin bertemu atau mengenal Bagas Rahman. Tapi Chelsea hanya bisa berencana, selebihnya Tuhan yang memutuskan. Dan pada akhirnya, Tuhan justru membuat Chelsea harus terlibat terus menerus bersama Bagas.