6.

249 24 7
                                    

Chelsea masuk ke dalam kelas dan tidak lama kemudian di susul Bagas. Setelah meletakkan ranselnya, Bagas menepuk bahu Chelsea membuat gadis itu menoleh,

"Lo mau ikut gue sore ini? Gue mau ke makam Alvin." ucap Bagas dan hal itu berhasil membuat Chelsea terkejut. Apa Bagas sering datang ke pemakaman mantan kekasihnya itu? Melihat ekspresi Chelsea, Bagas menarik kembali tangannya,

"Maaf kalau gue lancang. Gue fikir bisa pergi sama lo karena lo udah maafin gue. Tapi kalau permintaan gue lo anggap di luar batas, gue minta maaf." ucap Bagas.

Chelsea berfikir sejenak. Ia memang sudah lama tidak pergi ke pemakaman Alvin. Dan tidak ada salahnya juga pergi dengan Bagas untuk melatih emosinya yang masih belum pulih sempurna. Setelah memikirkannya, Chelsea mengangguk,

"Gue ikut." jawab Chelsea yang berhasil membuat Bagas tersenyum merekah.

Akhirnya, setelah melewati jam pelajaran yang melelahkan, keduanya berjalan menuju area parkir bersamaan. Tentu saja hal itu menarik perhatian anak-anak di sekitar mereka. Chelsea yang terkenal anti dengan Bagas mendadak mengekor pada pria itu. Dan bukan hanya itu, perubahan interaksi keduanya membuat para gadis mencibir mulai dari 'sok gak suka sama Bagas' sampai 'kena karma tuh'. Mengabaikan hal itu, Chelsea dengan santai naik ke atas motor Bagas. Gadis itu bahkan mengabaikan kehebohan Marsha yang ingin tahu soal keduanya. Lagipula Chelsea sendiri tidak tahu apa yang akan ia ceritakan, sebab memang tidak ada yang istimewa. Ia hanya memaafkan Bagas dan mencoba berdamai dengan dirinya sendiri. Itu saja.

Tidak lama kemudian, keduanya sampai di pemakaman Alvin. Chelsea duduk dan mulai bermonolog.

"Hai, Al. Aku sudah memaafkan pria ini, jadi kamu bisa memaafkanku juga, bukan? Datang ke mimpiku jangan membahasnya lagi. Cobalah kamu datang dan membahas betapa menyenangkannya disana. Aku akan sangat bahagia soal itu." Chelsea menghentikan kalimatnya sebentar, sedang Bagas masih setia mendengarnya. "Sebenarnya aku belum benar-benar bisa berdamai dengan diriku sendiri. Kamu tahu itu kan, Al? Tapi aku mencobanya sekuat tenaga. Aku yakin, kamu juga tidak akan suka kalau aku menghabiskan sisa-sisa SMA ku dengan menaruh dendam dan ketidak bahagiaan." Chelsea menatap gundukan tanah di hadapannya.

"Al, aku mencintaimu." tutup Chelsea yang berhasil membuat Bagas melengos. Bahkan gadis di sampingnya ini belum melupakan mantan kekasihnya yang sudah tiada. Sakit hati. Bagas merasa sakit hati mendengar Chelsea mengucapkan kalimat itu, tapi ia tidak bisa melakukan apapun.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Chelsea bangkit dan menepuk pelan seragamnya.

"Lo mau bilang sesuatu sama Alvin?" tanya Chelsea. Bagas giliran mendudukan badannya dan bersuara,

"Bro. Gue berhasil dapat maaf dari cewek lo. Thanks udah bantuin gue, ya?" senyum Bagas dan bangkit, "udah? Yuk, pulang." ucap Bagas dan diangguki oleh Chelsea.

"Gas, kita bisa mampir ke suatu tempat, gak?" tanya Chelsea sembari memakai helmnya.

"Boleh. Lo mau kemana?" tanya Bagas.

"Gue mau ke rumah Alvin." ujar Chelsea membuat Bagas sedikit terkejut. Akhirnya, pria itu mengemudikan motornya menuju kediaman Alvin yang sudah sangat ia hafal jalannya.

Sampai di rumah tersebut, Chelsea menarik dan menghembuskan napas panjang. Mengetuk pintu yang tidak lama dibukakan oleh seorang perempuan paruh baya yang sangat Chelsea hafal orangnya.

"Selamat sore, tante." ucap Chelsea menyalami perempuan tersebut.

"Chelsea, bagaimana kabarmu?" tanyanya,

"Saya baik, tante. Saya datang kemari untuk meminta maaf atas semua yang terjadi. Saya sangat menyesal dan tidak tahu harus bagaimana lagi. Saya menyukai anak tante, bahkan sampai hari ini. Tapi, saya tidak ingin terus-menerus dihantui perasaan bersalah. Saya sangat menyesal. Mohon maafkan saya, tante." ucap Chelsea menunduk dalam.

"Chel ... " ibu Alvin meraih dagu Chelsea dan menyuruhnya menatap matanya. "Ibu sudah memaafkanmu sejak lama. Saat itu ibu memang sangat kesal karena kehilangan Alvin. Tapi ibu tidak pernah menyalahkan kalian berdua sepenuhnya. Tuhan mungkin berbaik hati dengan mengambil Alvin lebih dulu. Dan ibu baru menyadari, bahwa kamu mungkin lebih menderita dibanding ibu." ucapnya yang membuat Chelsea menangis.

"Alvin selalu mengatakan sesuatu yang baik tentangmu. Ia tidak pernah sekalipun pulang tanpa tersenyum ketika bersamamu. Bahkan hari itu saat ia pergi, ia tersenyum pada ibu dan mengatakan bahwa yang ia lakukan adalah untuk cintanya, jadi apapun yang terjadi, tidak ada yang perlu disalahkan. Ia membelamu, karena mencintaimu. Dan Alvin tidak pernah menyesal soal itu. Jadi, kamu juga tidak perlu menyesal atas semua itu" jelas ibu Alvin oanjang lebar yang semakin membuat Chelsea menangis kencang. Secara naluriah, kedua perempuan itu berpelukan erat yang mana membuat Bagas sedikit merasa nyeri pada ulu hatinya. Betapa besar cinta Alvin untuk gadis itu.

"Sebenarnya Alvin punya sesuatu yang ingin ia berikan di hari ulang tahunmu. Sayangnya, belum sempat sampai hari ulang tahunmu, anak itu sudah pulang lebih dahulu. Sebentar, ibu akan mengambilkannya untukmu."

Chelsea mengangguk dan menunggu Ibu Alvin dengan diam. Bagas juga belum mengucapkan sepatah katapun dan hanya melihat interaksi keduanya. Tidak lama kemudian, Ibu Alvin keluar dengan sebuah kotak berwarna gelap.

"Dalam kotak ini berisi apapun yang membuat kalian terhubung sejak pertama kali bertemu hingga terakhir kalinya." ucap Ibu Alvin

Chelsea mengambil kotak tersebut. Setelah berbincang sebentar, keduanya pamit meninggalkan rumah itu.

Dalam perjalanan pulang, tidak ada yang bersuara baik Bagas maupun Chelsea. Mereka sibuk dengan fikiran masing-masing. Sampai di kediaman Chelsea, Bagas baru membuka mulutnya,

"Lo beruntung mendapatkan Alvin sebagai kekasih lo, Chel. Dan kalau boleh bilang, sebenarnya gue cemburu." ucap Bagas membuat Chelsea melebarkan mata.

"Maksud lo?" tanya Chelsea

"Gak ada. Gue pulang, ya Chel." ucap Bagas dan meninggalkan gadis itu dalam kebingungan.

Sampai di kamarnya, Chelsea membuka kotak tersebut. Ia menemukan jurnal bersampul hitam dan berlembar-lembar foto. Membuka jurnal tersebut, Chelsea menemukan curhatan Alvin ketika mereka pertamakali bertemu. Alvin bahkan menyimpan ikat rambut milik Chelsea. Hal itu membuat Chelsea tersenyum simpul. Melanjutkan ke halaman berikutnya, dan terus. Semuanya berisi bagaimana perasaan Alvin terhadapnya. Tidak ada satupun kalimat yang menyatakan bahwa pria itu tidak bahagia bersamanya. Chelsea mengambil foto-foto yang ada dan melihatnya satu persatu. Ada foto ketika Alvin menyuruh Chelsea mengerjakan tugasnya, hingga foto Chelsea yang tidur dengan posisi tidak enak dilihat. Chelsea terkekeh kecil dan memasukkan kembali foto tersebut. Tangannya beralih pada gelang berbandul bintang yang Chelsea tinggalkan di rumah Alvin sebab gelang itu pemberian dari penggemarnya. Melihat semua itu, membuat Chelsea kembali meneteskan air mata. Ia sangat bersyukur pernah memiliki Alvin dalam kehidupannya. Dan ia semakin bersyukur, sebab Alvin pernah lahir dan terlibat dalam hidupnya.

Tuhan mempertemukan kita kepada seseorang, bukan karena sebuah kebetulan. Bisa jadi, Tuhan menyengaja agar manusia berfikir seberapa penting orang tersebut terlibat, dan sebanyak apa ia berperan untuk kehidupan kita.

_

Find Me On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang