Home Sweet Home

9.5K 60 0
                                    

"Ok, yang tadi udah kerekam semua.. good job!" kata Paul sang sound engineer terdengar di headset yang ku pakai sambil bertepuk tangan diikuti anggota band lain di seberang ruangan terpisah dinding kaca.

Erick merebut mic dari Paul, "suaramu hebat man... pasti kebanyakan..." kata-kata Erick dilanjutkan dengan gerakan jari membentuk huruf "V" dengan punggung tangan di depan dan membuat gerakan seolah-olah menjilat di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Licking pussy maksud Erick, dan kuacungkan jari tengah sebagai jawaban sambil tertawa.

Lelucon vulgar Erick tidak pernah mempan untuk memancing emosiku, separah apapun itu. Pernah suatu kali dia membakar gitar B.C. Rich serie Warlord kesayanganku sambil mabuk sebagai hadiah ulang tahunku.

"Jimmy pun melakukan yang sama," katanya saat dia bersimpuh di depan gitar terbakar dan membuat gerakan tangan seolah berkata "yeah, terbakarlah.. terbakarlah kawan."

Bukannya marah, aku malah menyuruh Lena merekamnya, "bagus untuk video klip nanti," kataku.

Aku tidak pernah marah kepada Erick. Kami selalu kompak, kapan saja dan dimana saja. Kami dijuluki 3T : The Terror Two, karena keliaran, kenekatan dan kegilaan sedikit bodoh kami. Aku hitam, dia pun hitam. Aku jatuh, dia menolong. Aku terbang, dia ku pegang. Aku sibuta, dia monyetnya. Pokoknya selalu kompak dan bersatu. Keakraban yang kami bangun jauh sebelum memutuskan dalam satu wadah bermusik. Keakraban kami tercipta sejak kami belum bersekolah dengan seragam putih-merah.

"Ted.. giliran kamu yang masuk," kata paul terdengar begitu aku membuka pintu dari ruang kedap suara.

Teddy masuk dengan bass kesayangannya plus sebotol chivas. "Untuk mengurangi grogi," jawab Teddy berkelakar saat pertama kali kutanya apa dia bisa konsentrasi rekaman sambil menegak alkohol.

Kelakar Teddy ini terbukti, 5 album yang kami rekam bersama basist peminum dan ke 5 nya laku keras.

Setengah jam melihat dan mengkoreksi permainan bass teddy, Lena berbisik mengingatkanku, "sore ini, katanya kamumau ke tempat ibu."

Mendengar kata "ibu", aku jelaskan pada teman band ku, aku akan menjenguk ibu. Mereka semua mengerti siapa itu ibu dan apa arti ibu untukku.

"Gue tinggal ya guys,"aku berpamitan.

"Ya udah, ati-ati", jawab mereka kompak.

"Tar gw nyusul, gw juga kangen sama ibu," sambung Erick

Kupacu Mazda RX7 menembus jalan toll. Apartemenku dan tempat ibu memang cukup jauh, 1,5 jam perjalanan.

"Eh, yang.. tar kita singgah ke Pizzahit dulu ya, beliin anak2 oleh2," lena memberi saran padaku.

"Boleh boleh.. nanti kamu yang milih ya," kataku.

"Siippp.." balasnya.

"Puter musik ya.. biar ga sepi," aku memutar tombol volume radio mobil.

"Kembali lagi di radio galau fm, setelah tadi kita puterin lagu forshaken dari dream theatre dan sekarang request kedua dari didit di rumah aja, katanya salam buat pacarnya tercinta, komunitas anak galau komplek perumahan dan komunitas anti narkoba negeri ini. bagi kamu yang mau kirim2 salam atau sekedar nge-request lagu dengerin terus rock afternoon di radio galau fm Inilah sebuah nomor dari motley crue untuk didit dan kalian pendengar setia semuanya," suara dj radio galau fm nyaring berputar dalam mobil Lena.

You know I'm a dreamer

But my heart's of gold

I had to run away high

So, I wouldn't come home low

Just when things went right

Doesn't mean they're always wrong

Just take this song and you'll never feel

Left all alone

Take me to your heart

Feel me in your bones

Just one more night

And I'm comin' off this

Long and winding road

I'm on my way, I'm on my way

Home sweet home, tonight tonight

I'm on my way, I'm on my way

Home sweet home

Aku dan Lena berduet menyanyikan lagu ini, sambil tertawa-tawa saat salah satu dari kami lupa liriknya dan mengganti dengan "na na na na".

Aku memarkir mobil di parkiran restoran cepat saji Pizzahit. Kami pun masuk memesan 10 Pizza ukuran jumbo dengn berbagai toping. Lena sibuk membayar pesanannya. Pengunjung restoran memperhatikanku, menunjuk-nunjuk dan berbisik. Aku tak peduli dengan mereka, pikiranku menerawang. Semoga anak2 dan ibu senang dengan kedatanganku, kataku dalam hati.

10 menit kemudian, mobil kuhentikan di sebuah bangunan tahun 80an yang tertata rapi dan jauh dari kesan angker. Rumah tua besar berpagar pendek, dengan halaman depan rimbun nan hijau. Terdapat sebuah pohon mangga besar di halaman depan dengan buah gemuk yang ditutupi kresek agar tidak dicolong kalong. Di dahan terbesar pohon mangga terikat ayunan dari ban mobil penuh coretan gambar anak kecil dengan tali tambang coklat. Ku raba sebuah ukiran, atau lebih tepatnya cungkilan, pada batang pohon mangga itu.

Tertulis "Radeet was here" sebuah kalimat yang aku tulis sebelum meninggalkan tempat yang aku sebut rumah. Tempat dimana aku akan selalu diterima dan selalu bisa berkata "pulang" saat aku kembali ke tempat ini. Tak terasa 10 tahun aku pergi, kini aku telah kembali. Kembali pulang. Tak terasa air mata menetes di sudut mata kananku. Lena hanya memandangku terharu. Tak seorangpun pernah melihat ku seperti ini

Kami melangkah ke pintu depan rumah itu. Di atas pintu terdapat sebuah papan nama bergantung tinggi.

"Panti Asuhan Utopia," Lena membaca tulisan di papan.

Lena memalingkan wajahnya memandangiku. Tak dapat kutahan laju air mata ini. Semakin detik berjalan, jatuhnya semakin deras. Bukan air mata sedih yang jatuh, aku tersenyum. Aku berteriak, "ibuuuu... aku pulaaaanggg!"

I'm on my way.. Home Sweet Home..

NB : Baca juga cerita saya yang lain :

1. Alcohol, Sex and Rock n' Roll >> http://www.wattpad.com/story/22069603-alcohol-sex-and-rock-n'-roll

2. Alexander Vampire Hunter >> http://www.wattpad.com/story/22126473-alexander-vampire-hunter

3. Pelet (untuk) Cinta >> http://www.wattpad.com/story/22124152-pelet-untuk-cinta

4. Pirates Life >> http://www.wattpad.com/story/22748851-pirate's-life

5. Pendekar pedang Petir >> http://www.wattpad.com/104012308-pendekar-pedang-petir-anak-takdir

Alcohol, Sex and Rock N' RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang