Betrayer

2.2K 20 0
                                    

Sejak kejadian "hari Minggu pagi" yang meresahkan, aku berusaha menghindari bertemu dengan Nani. Aku memikirkan berbagai cara untuk membuat Nani pergi dari rumah ini. Kembalinya Lena dari menjenguk orang tuanya, membuat semua rencanaku mengalami jalan buntu. Aku tidak mendapatkan alasan yang tepat untuk menjelaskan pada Lena jika Nani nantinya pergi pindah dari rumahku.

Dua minggu sudah aku menghindari Nani. Kami hampir tidak pernah satu sama lain. Hanya menyapa dan berbicara seperlunya. Nani bersikap seakan tidak pernah terjadi apa2. Nani selalu memasang wajah polos tak berdosa bila Lena ke rumahku. Untungnya kesibukanku sangat mendukung, sehingga aku tidak perlu berduaan dengan Nani dalam jangka waktu yang panjang di rumah.

Peluncuran album keenam bandku membuat banyak wartawan dari berbagai majalah, tabloid dan infotainment memburu aku, Teddy, Abe dan Erick untuk melakukansebuah sesi wawancara eksklusif. Abe dan Erick yang merupakan "media darling", dengan senang hati menerima tawaran wawancara ini. Teddy yang lebih tertutup pada media, tidak pernah terlihat sendirian baik di layar kaca maupun foto di media cetak. Teddy hanya mau berbicara pada media saat dia bersama kami. Sebagian fans menganggapnya pemalu tapi Teddy hanya tidak ingin diganggu kehidupan pribadinya oleh pemberitaan media.

Beberapa kuli tinta pun sempat meneleponku untuk mengadakan perjanjian wawancara eksklusif. Aku mengatakan pada mereka untuk menghubungi manajer pribadiku, Lena. Lena memang sangat berhati-hati memilih media yang akan memberitakan berbagai hal tentang kehidupanku. Dia tidak ingin media menyebarkan berita bohong sensasional yang hanya menguntungkan pihak tertentu. Akupun tidak ingin mencari ketenaran semu yang hilang ditelan waktu. Yang aku ingin adalah tempat di hati masyarakat yang menilaiku sebagai seorang musisi, bukan selebritis.

Lena mengatakan padaku bahwa 2 hari lagi, hari Selasa, akan datangseorang wartawan dari majalah Rolling Stones I untuk melakukan interview di rumahku. Aku menyerahkan semua keputusan padanya, karena memang dia yang mengatur semua jadwal kegiatan ku sebagai seorang rock star. Kerja Lena sebagai manajerku sangatlah profesional, diluar perannya sebagai teman dan kekasihku. Lena bersikap disiplin saat menjadi manajerku. Dia tidak segan untuk memarahiku saat aku lupa mengikuti kegiatan yang sudah terjadwal. Terkadang dialah yang datang menjemputku saat aku telat bangun tidur. Dia adalah seorang manajer yang galak sekaligus pacar yang manis.

****** Life Fast Die Young ******

Sore itu aku tiduran di sofa sambil menonton tv. Seharian aku di rumah, menikmati waktu senggang yang jarang ku dapat beberapa minggu terakhir. Minggu depan Traffic Light akan mengadakan Tour promo album ke seluruh provinsi yang akan menjadi hari yang melelahkan selama setengah tahun kedepan.

Aku menonton layar tv yang menayangkan kumpulan video klip musik luar negeri di Chanel Vi.

"Huuaaaaahhmmm.." aku menguap menahan kantuk, mataku berair.

Aku membetulkan letak bantal yang menopang kepalaku. Badanku tak bertenaga karena mengantuk dan lapar. Kudengar suara langkah kaki menuruni tangga.

"Kak... barusan kak Lena sms aku, katanya entar ada orang mau dateng, mau interview sama kak Radeet," Nina berkata padaku.

"Iya.. kamu dah makan?" aku basa-basi padanya.

"Belom kak.. kak Radeet dah makan?" Nina balik bertanya.

"Belom.." jawabku singkat.

"Kalo gitu Nani masakin ya? kak Radeet mau makan apa?" Dia menawakan.

"Hmmm... kamu telepon delivery aja.. aku mau makan pizza," aku menjawab tanpa melihatnya.

"Owwhh.. ya udah.." Nina berjalan mendekati telepon rumah yang menempel di dinding dapurku.

Begitulah jenis obrolan kami, hanya basa-basi dan seperlunya. Lebih sering kami bicara tanpa melihat satu sama lain. Bagaikan dua orang asing yang tinggal dalam satu atap.

Alcohol, Sex and Rock N' RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang