Kembali

1.6K 15 2
                                    

(Mulai dari sini kita akan memakai sudut pandang orang ke tiga)

"Deet!! Ayo, mereka sudah mememanggil kita!!" Teddy mengajak Radeet yang masih terdiam menatap layar handphonenya untuk naik ke atas panggung.

Sudah sebulan sejak kepergian Lena, tak ada satupun kabar yang terdengar. Bagai ditelan bumi gadis itu menghilang tanpa jejak. Traffic Light sengaja menutupi kabar inin dari media. Rangkaian tour tetap berjalan. Pak Raka dengan menunjuk Anton, orang kepercayaannya untuk sementara menggantikan Lena sebagai manager band.

Kepergian Lena tanpa alasan yang jelas tampaknya masih membuat pemuda itu bersedih. Dengan malas Radeet melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju panggung yang masih gelap gulita. Hanya selotip flourscene berwarna hijau muda membentuk jalur terang sebagai penunjuk arah. Teriakan penonton yang sudah tak sabar menunggu keterlambatan satu jam dari jadwal seakan tak menggugah perasaan pemuda itu. Permainan gitarnya masih sama, kualitas suaranya nyaris tak berubah. Namun dia memainkan alunan musiknya dengan jiwa yang kosong. Pikirannya pergi mencari pencuri hatinya.

Abe, Teddy, dan Erick mengkhawatirkan keadaan teman mereka. Mereka mengadakan rapat dan sepakat membatalkan tour tapi disanggah oleh Radeet. "Apapun yang terjadi, tour ini harus tetap berjalan!! Gue gak mau masalah pribadi dicampur sama kerjaan!! Gue disini kerja, bukan main-main!" Radeet berkata dengan nada tinggi sebelum membanting pintu dan meninggalkan kawan-kawannya.

****** Life Fast Die Young ******

Seekor kepiting melintas di depan seorang gadis manis berambut panjang terurai yang melintas pada jalan kapur setapak menuju pantai berpasir putih. Dengan santainya gadis itu melangkahkan kaki jenjangnya menuju kearah laut. Hari ini angin tidak bertiup kencang, ombak pelan menyapu bibir pantai. Cahaya matahari masih benderang walaupun hari sudah mulai sore.

Gadis itu berhenti di bawah pohon kelapa dan mulai membentangkan kain pantainya. Tanpa banyak bicara gadis itu duduk dan menekuk kakinya dan memandang ke laut lepas. Pandangannya tidak bisa dibilang kosong, namun tak dapat juga dikatakan berfokus pada suatu hal. Hanya lurus pada titik dimana nantinya matahari akan terbenam. Tanpa bicara dan nyaris tanpa ekspresi. Anak-anak kecil yang bermain air beberapa meter di depannya pun tak mampu memancing senyumnya.

Setiap hari gadis itu melewati jalan yang sama, menuju tempat yang sama dan melakukan hal yang sama. Sudah belasan hari dia melakukannya. Bagaikan suatu rutinitas, namun juga tampak seperti ritual. Seluruh penduduk sekitar tidak ada yang tahu apa yang sedang dilakukan gadis itu. Mereka enggan bertanya banyak pada gadis itu, karena tahu gadis itu tak akan menjawab satupun pertanyaan yang mereka ajukan. Hanya satu hal yang mereka tahu, gadis aneh itu merupakan kerabat pemilik hotel Nembrala, Ester Halla, istri dari Estofanus Halla.

Matahari mulai tenggelam. Sinar jingganya menghiasi garis cakrawala. Gadis itu mengambil handphone nya dan mulai memutar sebuah lagu. Lagu yang tak pernah berubah sejak hari pertama sejak dia mulai rutinitas "memandang laut"-nya. Lagu yang awalnya asing di telinga penduduk pulau Rote dan kini, penduduk sekitar mulai hapal lagu itu. Sebuah lagu yang memang belum begitu terkenal, karena hanya dirilis pada album terbaru Traffic Light.

"...dalam enggan janji ingatkan

Satu selalu ada harapan

Agar selalu terucap

Ungkapkan penuh makna

Rasa ini jangan pernah berakhir

Genggam erat hatiku

Raih juga tanganku kekasih

Aku kembali..."

* Boomerang-Kembali

Alcohol, Sex and Rock N' RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang