“COPPPEEEEETTT!!!”, seorang ibu-ibu berteriak nyaring.
Suara langkah berderap ramai. Seorang gadis kecil berkulit sangat putih, bermata sipit dan berambut lurus dikepang berlari terburu buru di antara krumunan para pedagang di gang sempit pasar pagi. Beberapa pemuda terlihat mengikuti, mengejar lebih tepatnya, gadis kecil itu. Gadis kecil itu berlari keluar pasar dan menyebrang jalan raya yang ramai.
“Dugh..”, sebuah mobil sedan hitam menyenggol gadis kecil yang berlari kencang itu.
Aaahhhh..”, semua orang yang melihatnya menjerit tertahan.
Gadis itu berguling di jalan, bangun, mengusap lututnya yang berdarah dan kembali berlari.
“Duuuhhh... Gustiiiii...”, ibuku mengelus dada melihat kejadian itu.
***** Life Fast Die Young*****
Kilat menyala menyilaukan mata, “srshhhhhhh... jedhuaaarrrr!!”, petir menggelegar membuat seisi panti ketakutan. Kaca jendela bergetar getar akibat suara petir tadi. Hujan deras membuat suhu udara menusuk kulit. Aku menarik selimut menghangatkan diri
“Hu’u.. uuu.. uuu.. hu’uu... uuu... uuuu...” sungguh mati aku ketakutan mendengar suara itu
“Stt... Deet.. Deet...” Erick berbisik dari bawah ranjangku, “kamu denger ga?”.
“Iya.. itu suara hantu..” aku berbisik juga sambil menutup kepala dengan selimut.
“Hssttt.. bukan.. itu suara anak kecil nangis... coba dengerin..” Erick berbisik lagi pada orang yang tidur di ranjang sebelah atas.
Kusibak selimut dan menajamkan telingaku, “iyah.. hantu anak kecil menangis..”, kembali aku berlindung dalam selimut putih bergaris abu2 ini.
“Bukaaaann.. mana ada hantu di dunia ini?” Erick masih berbisik. Dia bergerak pelan, menuruni ranjang.
“Ayoh ikut”, kata Erick mengajakku, masih dalam bisikan. Kusibak selimutku dan kulihat Erick sudah memegang gagang pintu.
“Kemana?” kutanya tanpa suara.
“Sudah ayo...” Erick memaksa
“Kau saja.. aku takut..” aku ikut berbisik seperti Erick, sebenarnya aku takut hantu itu mendengarku.
“Aahhh..” Erick menggeleng kesal. “ayo.. jangan jadi pengecut begitu,” Erick menarik kakiku dari bawah.
Akhirnya dengan terpaksa aku turun dari ranjang. Kami berjingkat keluar, takut ketahuan suster karena ini sudah jam malam. Erick mengambil senter besar dan kunci yang tergantung pada paku di tembok.
“Kau ambil payung itu..” bisik Erick menunjuk kumpulan payung yang ditaruh dalam tabung besi di samping rak sepatu.
Aku mengambil payung berwarna hijau. Kami berjalan ke arah pintu depan.
“Kau siap?” bisik Erick menanyakan kepastianku.
Aku menggeleng, “bagaimana kalau itu hantu sungguhan?”
“Tenang... ada Erick disini,” katanya berlagak.
Jeglek! kami membuka pintu depan. Berdua kami berjalan menyusuri halaman panti.
Sebuah cahaya amat terang muncul tiba2, “srshhhhhhh... jedhuaaarrrr!!”, kilat besar menyambar dikejauhan bagaikan seekor naga turun dari langit. Alangkah indahnya pemandangan itu jika kami berdua tidak berdiri ditengah guyuran hujan dan suasana mencekam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcohol, Sex and Rock N' Roll
Документальная прозаSepenggal kisah tentang kehidupan Radeet, seorang rockstar yang memiliki band rock and roll ternama. Diwarnai dengan kehidupan liar personelnya, persahabatan, penghianatan, persaudaraan dan cinta. Realita yang tertutupi gemerlap kehidupan bintang. A...