Encore : Lena

853 14 1
                                    

Dering handphone terdengar memecah kesunyian malam menyadarkan Lena dari buaian mimpi indahnya. Lampu kamar hotel bersinar temaram di sudut plafon. Dingin hembusan udara yang keluar dari AC membuat keinginan untuk bersembunyi di balik selimut tebal semakin kuat namun dering handphone yang tak kunjung henti memaksa Lena untuk bangun meninggalkan semua kenyamanan itu.


Dia bergerak menggeser tangan laki-laki yang tidur sambil memeluknya. Dengan pelan dia mengangkat tangan bertato itu dari atas perutnya agar laki-laki disampingnya tidak terbangun. Suara nada dering yang berulang beradu dengan hembusan nafas berat laki-laki yang kelelahan setelah tadinya bernyanyi selama dua jam di atas panggung yang di susun di lapangan Banteng, Medan.


Setelah melepaskan badannya dari pelukan Radeet, Lena mencari handphone yang terus menerus berdering. Handphone itu terlihat bergetar dengan layar berkedip-kedip di atas meja tepat di samping kanan televisi hotel. Lena bangun dari ranjang dan berjalan untuk mengambil handphone itu. Dilihatnya layar monochrome persegi yang hanya menampilkan nomor tanpa nama. Ini jam 02.30, siapa yang menelepon malam begini?


Lena menekan tombol berwarna hijau dan bersiap untuk mengucapkan 'halo' tetapi orang di seberang sana telah berbicara terlebih dahulu, "kamu kok lama amat sih ngangkatnya, sayang? Kak Lena masih bangun ya? Ato tadi keluar kamar dulu? Aku kangen looohh."


Bagai tersambar petir dia mendengar ucapan orang di seberang sana. Suara itu suara seorang perempuan dan yang lebih aneh, dia memanggil 'sayang' pada pemilik handphone ini yang tidak lain adalah Radeet, kekasihnya.

"Sayang? Kamu kok diem aja? Masih ngantuk ya?"


Belum lagi hilang keterkejutan Lena, perempuan di seberang sana sekali lagi memanggil Lena yang disangkanya pemilik handphone dengan panggilan 'sayang'. Lena berusaha mengingat-ingat, siapa perempuan yang memanggil kekasihnya dengan sebutan 'sayang' selain dirinya. Tidak, tidak ada satupun. Hanya aku... bahkan ibu pun menyebutnya 'nak', bathin Lena. Namun entah mengapa suara perempuan di seberang itu terdengar sangat familiar.

"Yaaang... ngomong dong, kok diem-dieman gini sih?" perempuan di seberang merajuk manja pada orang yang salah.


"I-ini si-siapa?" Lena akhirnya bertanya walaupun matanya mulai berkaca-kaca.
Perempuan di seberang terdiam membisu.

"Ini siapa?" Lena mengulang pertanyaannya.


"Ini Lena ya?" Perempuan itu malah balik bertanya.


"Iya, ini Lena. Kamu siapa? Ngapain nelepon pacar saya malam-malam begini?"


Tidak sampai sedetik kemudian, hubungan telepon itu diputus secara sepihak oleh perempuan yang tidak diketahui namanya. Lena menangis terisak tak kuat menahan emosi. Tubuhnya merosot pelan turun ke lantai. Jemarinya menekan tombol pada handphone di tangannya. Satu persatu log panggilan pada handphone itu diperiksanya. Terlihat nomor perempuan itu telah menelepon pada pukul 23.10 tadi.


Lena mengingat ingat kejadian sebelumnya. Tidak sekalipun Radeet sempat memegang handphonenya. Kembali dia mengingat lebih keras, merunut kejadian sebelumya. Makan, udang tepung, waiter, banci, Odan, setan, handuk, ahh betul! Tadi saat Radeet mandi, aku sendiri yang memberikan hape padanya. Ternyata dia berselingkuh di belakangku!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alcohol, Sex and Rock N' RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang