I Want Out

2K 17 0
                                    

Anton sang manajer band, melihat gelagat aneh dari penonton itu. Dia segera berteriak menyuruh pihak keamanan untuk menangkap orang itu. Pistolnya yang mengarah ke atas panggung berubah arah. Ujung phyton revolver itu kini menempel di kepala pemiliknya. Kru keamanan bergerak cepat menghentikan aksi orang itu. Mereka bergerak cepat menerobos kerumunan orang panik. Jaraknya hanya 4 baris dari bibir panggung. Namun kru keamanan terlambat.

Sebuah letusan yang mirip letusan sebelumnya, kembali terdengar. Raut Wajah Anton berubah ngeri, begitu juga kru keamanan. Mereka tidak menyangka bahwa orang itu akan melakukan bunuh diri. Penonton yang tadinya panik, makin berhamburan. Saling dorong antar penonton tak terelakan. Konser Traffic Light malam itu berubah menjadi kerusuhan.

****** Life Fast Die Young ******

Suara tawa Ester menggema di tengah ruang tamu. Televisi layar datar yang menempel di dinding ruang tamu sedang menayangkan acara stand up comedy. Gadis yang duduk disebelah Ester hanya tersenyum melihat layar televisi. Keduanya duduk di atas sofa panjang hitam empuk dengan meja kaca di depan mereka. Dua buah jus stroberi dan setoples kacang mete diletakkan di atas meja kaca.

Kembali terdengar tawa Ester saat seorang pelawak yang dikenal dengan nama Arie Kriting melemparkan lawakannya pada penonton.

"Orang Papua satu ini hebat memang, B yakin Dong pasti juara," kata Ester memuji Arie Kriting.

"Iya, bisa juga, tapi saingannya hebat-hebat lho... ada Fico, ada Babe Chabiita."

"Ahh, B yakin Dong pasti menang... Yakin sa," sahut Ester yang membuat gadis disebelahnya tersenyum manis. "Eh, Lu pi mana? Sebentar lagi mulai ini."

Gadis yang dipanggil menyahut, "mau ke toilet, Ester sayang..."

"Ohh... Cepat su."

Langkah kaki gadis itu terhenti saat anchor breaking news kompos tv menyebutkan kata "konser, penembakan, panik dan Traffic Light". Dengan cepat gadis itu menghentikan Ester yang hendak mengganti chanel televisi.

Tampak di layar kaca, seluruh penonton berlarian panik, beberapa diantaranya terinjak oleh yang lain. Saat kamera mengarah ke atas panggung, terlihat beberapa orang berkerumun pada satu titik di atas panggung. Gadis itu mengenal mereka. Ada ada Erick, Abe, seorang soundman, dan beberapa kru yang biasa ikut serta dalam setiap konser Traffic Light. Tapi ada yang kurang...

Hati Gadis itu berdetak makin kencang. Rasa dingin mulai meyarap dari kakinya. Ketakutan itu, seumur hidup tak pernah ia rasakan. Air matanya mulai mengalir turun. Mulutnya membisikan sebuah kata. Sebuah nama.

Ester segera memeluk sahabatnya. Air mata Ester pun mulai mengalir. Keharuan gadis itu dalam sekejap dapat dirasakan oleh kawannya. Di layar televisi nampak tim medis sedang mendekati kerumunan. Seseorang dengan rambut hitam panjang ditarik dari kerumunan. Nampaknya dia menangis histeris dan berteriak-teriak, tak terima di tarik begitu saja.

"Itu... itu Radeet!!" gadis itu berteriak dan segera menghapus air matanya. Ketakutan yang hampir menguasainya tadi hilang dalam sekejap. Hampir saja bibir tipisnya menyunggingkan senyum.

"Trus kenapa kau menangis??" sahut Ester kesal.

Jadi siapa?? Pikirannya terus mengingat. Pertanyaan gadis itu segera terjawab. Kembali air matanya mengalir begitu foto tersenyum Teddy muncul di layar televisi.

"Teddy... dia orang baik... dia orang baik..." gadis itu histeris menunjuk layar televisi.

Ester sesaat memperhatikan layar televisi dan kembali memeluk sahabatnya.Gadis itu menangis keras dalam pelukan Ester. Dia menggeleng dan histeris, tak dapat menerima kenyataan. Bukan lelaki yang dia cintai, namun salah seorang yang telah dianggapnya saudara sendiri.

Alcohol, Sex and Rock N' RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang