Trapped

2.3K 20 0
                                    

“Yang.. bangun yang.. udah jam 11 ni..”

Setengah sadar aku mendengar suara perempuan dan merasakan tubuhku diguncang.

“Kamu kok tidurnya kaya orang mati sih? Bangun dong..”

Kembali tubuhku diguncang. Kali ini aku mengenali suara perempuan yang berbicara. Ku angkat kepalaku, mataku mengerjap mencari fokus pandangan. Lama ku pandangi plafon rumahku. Berkali-kali kepalaku menggeleng menghilangkan pusing. Kulihat Lena berjongkok disampingku. Ternyata aku tertidur di sofa ruang tamu. Aku bangkit dan duduk untuk menyatukan kesadaranku.

“Ambilin minum dong.. palaku pusing..” aku meminta pada Lena

“Kamu kemaren mabok ya?” Lena bertanya dengan nada curiga.

“Engga..” jawabku singkat.

“Kok bisa tidurnya disini?” Lena tambah curiga.

“Aku.. aku ga inget..” jawabku sambil kembali menggelengkan kepala mencari fokus pada mata.

Aku sering minum alkohol dan mabuk, tapi tidak pernah merasa seperti saat ini. ini jauh lebih pusing tetapi aku tidak muntah begitu bangun tidur.

“Ambilin aer dulu.. sama aspirin.. kepalaku pusing ni..” kembali aku meminta pada Lena.

Lena mengambilkan air putih dan sebiji aspirin untukku. Aku segera meminum obat peghilang sakit kepala itu untuk meredakan pusingku. Aku bersandar di sofa dan memejamkan mataku, menunggu pengaruh aspirin membawa dampak yang lebih baik untuk kepalaku. Perutku terasa lapar tapi badanku malas untuk bergerak. Pusing dan lapar adalah perpaduan sempurna untuk menyiksaku.

Lena duduk di sebelahku, telapak tangannya menempel di dahiku.

“Kamu sakit yang?” Lena bertanya khawatir, “kok badannya dingin?”

Aku menggeleng, tubuhku lemas tak bertenaga.

“Kamu mau makan apa?” Lena bertanya tanpa mengerti apa yang kurasakan.

“Masakin spaghetti aja.. dikasi bakso sama sosis..” jawabku lemah.

“Ya udah.. tunggu bentar ya..” Lena mengecup pipiku dan berjalan ke dapur.

Aku mencoba mengingat kejadian semalam. Nina, wawancara, Rolling Stones, gadis cantik berkacamata, suara terbata orang gugup, brownies dan jus jeruk. Potongan ingatan acak berputar dikepalaku, bagai menonton film di dvd bajakan. Semuanya buram.

Kudengar suara air mendidih dari arah dapur.

“Yang.. pake saus bolognese atau tuna pedas?” Lena bertanya dari dapur.

“Terserah.. yang penting enak..” jawabku padanya.

Masakan Lena memang enak. Untuk ukuran anak orang kaya yang lulusan fakultas manajemen, Lena termasuk pandai memasak.

Beberapa menit kemudian, Lena datang membawa sepiring spagheti di tangannya, “kamu makan dulu ya.. biar ga sakit..”.

Aku hanya mengangguk dengan mulut penuh saat dia menanyakan rasa masakannya.

“Tar sore kita jalan yuk? Kan jarang kita punya hari libur..” kata Lena mengajakku.

Aku menoleh padanya, mengangguk dan meneruskan makanku.

“Kita ke pantai di Anyer,” katanya lagi.

Kembali aku mengangguk pada Lena.

“Nanti kita nginep disana.. jadi bisa liat sunset.. bisa berenang.. hmm... pasti romantis..” Lena berkhayal dengan mata melihat ke atas.

Alcohol, Sex and Rock N' RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang