In My Life [END]

19

Waktu terus berputar, semuanya terus menjalankan kehidupan dan takdir masing-masing, ada yang beruntung dan ada juga yg rugi. Semua orang melewati fase kehidupan dengan cara yg berbeda-beda, ada perjuangan dan menyerah. Namun menyerah tidak akan merubah apapun, kita hanya perlu mencari solusi. Apakah dengan menyerah semua baik-baik saja? Tuhan juga tidak akan mau menerima seseorang yg melarikan diri dari takdirnya. Mungkin ada saatnya kau jatuh, ada saatnya kau bangkit, itu semua hanya suatu fase di dunia penuh keajaiban yg tdk akan pernah kau bayangkan.

"Jae ri hyung!!" Teriak seseorang dari atas sebuah kamar, namun tdk ada jawaban.

"Hyung!!" Teriaknya lagi.

"Jae ri hyung!!"

"Oh astaga, Woi bantet. Kau dengar aku atau tdk?!" Kini orang itu turun dari kamar dan mencari sang kakak.

Ia melihat sang kakak duduk dengan tenang sembari mendengarkan musik. Matanya sedang membaca sebuah buku.

"JAE RI SSI!!"

"Jey? Kau sudah bangun? Ada apa?" Jae ri membuka earphone di telinganya dan menghadap Jey.

"Aku sudah memanggilmu dari tadi jika hyung tidak tahu." Balas Jey lalu mendudukkan diri di samping Jae ri melupakan masalahnya yg kehilangan jam tangan.

"Aku tidak mendengarnya. Tapi aku dengar samar kok, kau memanggilku bantet?" Kini Jey atau Jungkook yg gelisah.

"Hehehe tidak hyung."

Jae ri tersenyum, selama lima bulan berada di Australia bukanlah hal yg mudah, di sini ia tidak menjalankan perusahaan. Ia bekerja di salah satu perusahaan ternama dengan jabatan yg baik walau tidak sebaik saat ia bersama kakaknya, ia juga menjadi model untuk perusahaannya. Jey juga telah lulus masa SMA walau tidak sekolah, ia tetap belajar secara private. Jey sekarang adalah mahasiswa di bidang musik.

Jae ri Park, seorang yg bekerja sebagai ketua di bidang management keuangan. Menjadi model karena ketampanannya, mengambil kontrak kerja 5 bulan sehingga ia sekarang tidak bekerja lagi. Jae ri atau Jimin mengubah namanya demi kebaikan Jey, adik tak sedarahnya.