ㅡ 𝐥𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚: 𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐭𝐮 ༄

922 115 5
                                    

Dahyun hanya diam tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Apakah dia harus memeluk Bunda yang kini tengah bersedih, atau menguatkan hatinya untuk menerima semua kejadian yang datang secara tiba-tiba.

Bunda melepaskan pelukannya. Wajahnya terlihat kusut, tapi Dahyun yakin hatinya kini lebih dari sekedar sakit. Jungkook yang ada diantara mereka hanya diam, seperti memberikan ruang antara Dahyun dan Bunda untuk menerima semua kenyataan ini.

Bunda membalikan badan ke arah Jungkook, "Terima kasih sudah menjaga anak saya, saya harap kamu tidak keberatan."

Jungkook mengangguk, "Tidak apa-apa, sudah sewajarnya saya bertanggungjawab atas semua ini"

Bunda melirik sekilas ke arah Dahyun yang kini tengah menatap kosong ke luar jendela.

"Semoga perkataanmu bisa saya pegang nak." ucapnya.

Jungkook menunduk lemah, perasaan bersalah dan juga tanggungjawab yang mungkin tidak bisa di pikulnya kini berada di pundak nya. Berat.

Saat suasana tengah hening-heningnya, seorang wanita paruh baya kira-kira seumuran dengan Bunda datang dengan tergesa-gesa dan langsung memeluk Dahyun dengan tangis yang sudah tidak bisa ia bendung lagi.

"Dahyun, maafkan tante nak." ucap wanita itu yang tidak lain adalah Ibu Jungkook.

Dahyun terlihat terkejut, namun ia kali ini paham, setidaknya untuk memberikan sebuah pelukan dan juga usapan lembut di punggung wanita itu.

Wanita itu melepaskan pelukannya. Dahyun hanya bisa tersenyum seadanya. Apalagi setelah kepergian dua orang terkasih, mana bisa ia kini tersenyum.

"Semoga Dahyun tidak kehilangan semangat hidupnya." ucap Bunda.

Ibu Jungkook yang mendengar perkataan itu pun langsung berbalik ke arah Bunda. Wajahnya terlihat marah namun, rasa bersalahnya lebih besar.

"Saya sangat-sangat minta maaf, semua ini hanya kecelakaan."

Bunda menatapnya sedikit tidak percaya akan apa yang sudah di ucapkan oleh wanita itu.

"Maaf? Anda bilang hanya kecelakaan? Bagaimana bisa anda menyebut kata itu dengan mudahnya setelah anda kehilangan separuh dari hidup anda?!" Ucap Bunda dengan nada tinggi diiringi isakan.

Ibu Jungkook, hanya diam dan segera berlutut di kaki Bunda.

"Sungguh, saya meminta maaf atas semua kejadian ini. Saya berjanji akan menanggung semua kebutuhan hidup keluarga anda dan tentunya Dahyun."

Bunda memalingkan wajahnya masih tidak percaya atas apa yang kini telah ia terima. Sedangkan Dahyun, hanya bisa diam dan berusaha menebak-nebak apa yang kini telah terjadi.

"Tidak semua bisa dibeli hanya dengan uang. Kehilangan nyawa bukan seperti kehilangan barang yang bisa anda beli dengan mudah." ucap Bunda kemudian.

Ibu Jungkook bangkit dari posisi berlututnya.

"Saya paham, nyawa memang tidak bisa diganti oleh apapun. Setidaknya biarkan saya mengurangi rasa bersalah saya."

Bunda hanya bisa menatap wanita itu dengan perasaan yang campur aduk. Setengah marah dan setengah iba. Bunda kembali menatap Dahyun yang kini juga tengah menatapnya seperti meminta penjelasan atas apa yang sudah terjadi.

Dahyun tahu dia baru saja kehilangan dua orang terkasih nya, tapi yang menjadi pernyataan kenapa Ibu Jungkook dan Jungkook juga harus merasa bersalah?

Bunda yang tidak tega melihat malaikat kecilnya kini tengah berbaring lemah, akhirnya menyetujui bahwa seluruh kebutuhan hidup nya dan Dahyun di tanggung keluarga Jungkook.

"Walaupun hati dan separuh hidupku telah pergi, tapi aku masih punya Dahyun yang harus aku jaga. Jangan jadikan kejadian ini sebagai hal yang membuat nya kehilangan harapan Ya Tuhan. Biarkan aku saja yang menanggung semua beban rasa kehilangan ini tolong jangan bebankan perasaan ini pada anakku. Biarkan Dahyun bahagia dengan apa yang masih bisa ia perjuangkan. Perjalanan hidupnya tidak boleh berhenti sampai sini." Doanya dalam hati.

Ibu Jungkook sekali lagi menatap Dahyun dengan wajah bersalah. Setelah berbincang-bincang dengan Bunda akhirnya mereka berdua pamit untuk pulang.

Ibu Jungkook berpamitan kepada Dahyun dengan mengelus lembut rambut Dahyun. Sedangkan Jungkook menatap Dahyun dengan tatapan marah sekaligus bersalah.

"Bajingan! Kalau saja kau tidak lewat semua ini tidak akan terjadi." ucapnya pelan dan berlalu meninggalkan ruangan menyusul sang ibu.























Braakkk!


Jungkook membanting pintu kamarnya dengan kencang. Ia merebahkan tubuhnya di kasur dengan kasar. Rasa kesal, marah dan bersalah terus menyelimuti dirinya.

Ia mengacak-acak rambutnya kesal.

"Kenapa mobil si brengsek itu harus lewat!"

Ia bangkit dan merubah posisinya menjadi posisi duduk. Ia melemparkan apa yang ada di sekitarnya seperti kesetanan, lantas terbaring lemah sambil menangis.

Sang Ibu yang mendengar kekacauan dari kamarnya bergegas berlari dan memergoki anaknya yang kini tengah jatuh di lantai sambil terisak. Dipeluknya Jungkook berusaha menenangkan.

"Jangan menyakiti dirimu sendiri, nak." ucapnya sambil mengelus lembut Jungkook.

Jungkook hanya bisa menanggis dalam pelukan Ibunya. Semua perasaan yang dia rasakan di tumpahkan dalam pelukan jagoannya.

"Kenapa mobil itu harus lewat? Jika mobil itu tidak lewat, mungkin kita tidak akan seperti ini." ucapnya lirih.

Sang Ibu mengelus lembut punggung Jungkook.

"Ini sudah takdir yang di gariskan oleh Tuhan, jangan pernah menyalahkan takdir. Yang kini bisa kita lakukan hanyalah memperbaiki apa yang bisa di perbaiki."

"Tapi aku tidak mau bertanggung jawab atas semua ini."

Dilihatnya wajah anak satu-satunya ini.
"Kamu sudah dewasa, pertanggung jawabkan apa yang sudah kamu lakukan."

"Tapi yang salah bukan aku bu!"

Plak!

Tamparan itu telak mendarat di pipinya.

"Sudah Ibu bilang pertanggungjawabkan apa yang sudah terjadi. Masih beruntung kamu tidak dipenjarakan." ucap Ibunya lantas berlalu meninggalkan Jungkook yang kini masih terbaring sambil menangis.

"Salah apa aku Tuhan?! Brengsek kau Kim Dahyun! Arghhhhh!."

𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈 - 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐕𝐨𝐢𝐜𝐞 || 𝐉𝐉𝐊✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang