ㅡ 𝐥𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚: 𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐝𝐮𝐚 ༄

953 119 2
                                    

Seminggu setelah kejadian mengenaskan itu. Dahyun dan Bunda sepakat untuk pindah rumah. Rasanya terlalu banyak kenangan antara Dahyun, Bunda, Yerim, dan Ayah.

Dahyun memang bukan gadis kecil lagi, ia cukup mengerti untuk tidak menangisi sesuatu hal yang sudah terjadi. Tapi namanya juga manusia kehilangan merupakan hal yang selalu di tangisi.

Dahyun menatap sayu ke arah langit. Di luar cerah namun di matanya turun rintik-rintik hujan. Dahyun ingin sekali mengikhlaskan kepergian, tapi rasanya sulit sekali.

Bunda yang melihat gelagat aneh dari putrinya, segera menuju ke tempat Dahyun berada. Bunda mengelus pundak Dahyun lembut. Dahyun yang menyadari sentuhan itu segera menghapus air matanya.

"Anak Bunda baik-baik aja?" tanya Bunda Dahyun dalam gerakan tubuh

Dahyun menggeleng sekilas.

Bunda mengambil sebuah kertas lantas menuliskan sebuah kalimat di atasnya,

"Dahyun, jangan berpikir dengan kehilangan orang terkasih, Semesta mu sudah tiada lagi. Hidupmu masih panjang untuk sekedar menangisi yang sudah pergi. Dahyun, walau kini kita hanya berdua, Bunda akan berusaha membuat kita seperti keluarga yang utuh tanpa merasa ada yang pergi."

Dahyun membaca surat itu dengan meneteskan air mata yang sulit sekali berhenti. Bunda memeluk erat Dahyun. Ia menangis dalam pelukan erat Bunda nya.

Tin tin!

Suara klakson itu menyadarkan Bunda yang otomatis melepaskan pelukannya.

Terlihat Ibu Jungkook datang dengan membawa sebuah kantung di tangannya. Keluarga mereka memang dekat setelah kejadian itu, karena Ibu Jungkook merasa harus menepati janjinya.

Bunda menyambutnya dengan hangat. Ibu Jungkook memberikan kantung itu kepada Bunda sebagai tanda terima kasih karena di izinkan berkunjung.

Ibu Jungkook menuliskan sesuatu dalam selembar kertas, "Hai Dahyun apa kabar mu?"

"Sehat. Bagaimana dengan Tante?"

"Tentu sangat baik." jawab Ibu Jungkook.

Bunda mengajak mereka untuk melanjutkan obrolan di dalam. Dan Ibu Jungkook tidak keberatan dengan itu.

Dahyun mengobrol berdua dengan Ibu Jungkook, setelah Bunda meminta izin untuk pergi ke dapur. Mengobrol dengan ibu Jungkook selalu menjadi hal yang dia suka setelah kecelakaan.

Mereka membicarakan apapun. Bahkan seperti apa kartun favorit Dahyun. Apa warna kesukaan nya. Dan seperti apa barang yang ingin Dahyun beli.

Hal-hal sederhana yang membuat ruang kosong dalam dirinya mulai terisi kembali. Hingga Bunda datang dengan nampan berisi hidangan yang mengentikan percakapan antara Dahyun dan Ibu Jungkook.

Ibu Jungkook terlihat mengeluarkan selembar kertas dan ia berikan kepada Bunda. Bunda membaca surat itu dengan mata yang berkaca-kaca. Dan tidak henti-hentinya mengangguk memberi ucapan terima kasih.

Dahyun tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun, Dahyun percaya jika Bunda tersenyum pasti ada hal baik yang akan terjadi.

Bunda menatap Dahyun dengan senyum mengembang di wajahnya. Walaupun Dahyun tidak mengerti apa yang terjadi, ia tetap membalas senyum itu.

Bunda mengusap bulir air mata yang ada di pipinya. Lantas mengambil selembar kertas dan mulai menulis di atasnya,

"Dahyun, beberapa minggu lagi kamu akan kembali bersekolah." Tulisnya dalam secarik kertas.

Dahyun terkejut membaca tulisan dari ibunya, air matanya jatuh tatkala tahu bahwa ia akan kembali bersekolah.

"Apakah benar?" Tanya Dahyun memastikan.

Bunda hanya membalas dengan anggukan dan senyum terpancar dari wajahnya.

Ibu Jungkook menatap Dahyun sembari memegang tangannya erat, dengan wajah meyakinkan bahwa Dahyun akan segera memulai lagi kehidupan yang sempat tertunda.

Menjemput lagi harapan-harapan yang perlahan menghilang. Melengkapi warna puzzle dalam hidupnya. Memenuhi kembali ruang kosong yang sepi.

"Tante harap kamu akan menyukai hal ini Dahyun." tulisnya.

Dahyun mengangguk.

"Jangan pernah merasa bahwa Semesta mu sudah tiada karena rasa kehilangan itu."

Dahyun memeluk ibu Jungkook dengan sangat erat, berucap terima kasih.

Mereka saling melepas pelukan, Ibu Jungkook menatap Dahyun dengan penuh rasa kasih sayang, layaknya seperti ibu pada anak perempuannya, dan ia memberikan secarik kertas kepada Dahyun.

SMA Hanlim
























Jungkook dengan gusar sedang menunggu sang Ibu. Setelah tadi pagi ia tahu Ibunya itu berkunjung ke rumah Dahyun.

Ia kalang kabut bukan main. Sebab ada kabar bahwa Dahyun dan ia akan satu sekolah. Jungkook tidak bisa menerima itu begitu saja. Ia sudah bertekad untuk tidak berhubungan dengan Dahyun apapun yang terjadi.

Sudah cukup baginya untuk jatuh ke jurang yang dibuat oleh Dahyun. Cukup baginya untuk tidak berhutang nyawa lebih banyak lagi.

Tin!

Suara mobil yang di tunggu Jungkook pun akhirnya sudah tiba. Tak lama Ibunya masuk dengan menenteng sebuah tas belanjaan besar.

"Apa itu?" Tanya Jungkook

"Beberapa alat tulis dan juga beberapa berkas persyaratan masuk sekolah."

"Jadi Ibu serius dengan apa yang Ibu bicarakan?"

Ibu melirik Jungkook dengan tajam "Memangnya siapa yang bercanda? Kamu lupa siapa yang membuat keluarga kita harus menanggung beban seperti sekarang? Katakan siapa!"

Jungkook hanya bisa tertunduk, namun jarinya mengepal erat dan kebencian dirinya akan Dahyun makin menjadi.

Ibunya mengusap wajahnya kasar, "Tolong jangan buat ini lebih keruh lagi. Jadi jaga Dahyun selagi ia bersekolah mulai minggu depan. Jangan sampai ada yang melukai dia." ucapnya dan berlalu pergi.

Jungkook menatap punggung wanita itu sambil menghela napas panjang,

"Akan aku lakukan yang sebaliknya."

𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈 - 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐕𝐨𝐢𝐜𝐞 || 𝐉𝐉𝐊✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang