ㅡ 𝐥𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐤𝐞𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 ༄

748 97 6
                                    

Jungkook POV

"Ingat pesan Ibu, kamu tidak boleh membiarkan dia sendirian, temani dia selalu." ucap sang Ibu.

Aku mengacak-acak gusar rambutku, sangat menjengkelkan rasanya mengingat kembali pesan itu. Bagaimana bisa seorang yang amat aku benci menjadi bagian dari keluargaku? Dasar takdir sialan!

Aku keluar rumah dengan perasaan yang amat kacau, rasanya seluruh kebencian dan dendam menyatu jadi energi gelap yang tidak bisa lagi aku bendung.

"Sudah siap tuan?" Tanya pak Won sambil membuka pintu mobil.

Aku mengganguk sambil jalan memasuki mobil. Disusul pak Won yang duduk di kursi supir.

"Berangkat sekarang pak, sudah telat." pintaku.

Pak Won segera menyalakan mobil dan melajukannya dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan aku hanya bisa memandang mobil dan orang-orang yang berlalu lalang. Pikirku jauh melayang tepat ke hari dimana kecelakaan itu terjadi. Kalau saja si brengsek itu tidak muncul aku tidak akan menanggung dosa sebanyak ini.

Aku menghela napas panjang masih tidak mengerti dengan jalan pikir Ibu, Ibu memintaku menemani wanita itu seharian. Memang Ibu kira aku pembantu? Jadi yang sebenarnya anak siapa? Aku atau dia?

"Sudah sampai tuan, saya hanya bisa antar sampai sini. Ini pinta nyonya, saya harus pulang cepat agar bisa mengantarkan nyonya." ucap pak Won menyadarkanku dari lamunan.

Aku bergegas keluar dari mobil, "Tolong beritahu Ibu jangan lupa untuk minum obat dan makanannya. Juga jangan lupa ke Bibi Young ㅡpekerja rumah tangga sekaligus istri pak Wonㅡ tolong buat masakan kesukaan Ibu." pintaku.

"Baik tuan akan saya sampaikan." jawab pak Won yang langsung ku sambut dengan dua jempol dan berjalan mundur sedikit menjauh.

Aku melihat mobil hitam yang tadi aku naiki sudah hilang di perempatan jalan. Aku pun berjalan malas pergi ke dalam sekolah. Tapi karena masih pukul 07.15 dan sekolah mulai pukul 08.00, aku melangkahkan kakiku menuju kantin untuk sekedar sarapan.

Aku berjalan sekitar 5 menit dan langsung mengambil tempat duduk yang menurutku nyaman dan memesan seporsi kentang ukuran sedang. Tak lupa jus jeruk hangat.

Sebenarnya saat aku bilang sudah telat, itu hanya bualan. Aku mengumpulkan kemungkinan besar bagaimana bisa aku tahan dengan gadis yang bahkan berada di list orang pertama yang tidak ingin aku temui. Tidak ingin sama sekali. Apa lagi semenjak kejadian itu

"Woy!" Tiba-tiba suara itu mengejutkan ku dari lamunan.

"Anjir lo Gyu."

Dia tertawa singkat sambil menaruh tasnya di meja, ia duduk di depan ku dan tanpa sungkan mencomot sedikit kentang yang tadi aku pesan.

"Lo ngapain di sini? Pake ngelamun segala. Hutang lo belum lunas?"

"Emang kenapa? Nggak boleh kalo gue ngelamun?" Jawabku diplomatis.

"Ya boleh, tapi aneh. Seorang Jungkook ngelamun, mana masih pagi di kantin sendirian gak malu apa?" Jawabnya sambil menepuk jidat.

"Suka-suka gue lah." jawabku sengit.

"Emang lo mikirin apa sampe kaya mau bunuh orang?"

"Iya gue mau bunuh lo puas lo?" jawab aku frustasi

"Anjir! Santai kali bro. Oh, gue tau pasti lo lagi mikirin si anak baru kan?"

"Tuh lo tau. Parahnya gue harus nemenin dia keliling sekolah seharian."

"Ya temenin lah gitu aja repot lo."

Aku menjitak kepalanya, dia mengaduh kesakitan, "Gampang banget kalo ngomong. Sini gantiin posisi gue." jawabku sinis.

"Hahaha, sorry Kook bukan maksud gue gitu. Cuman udah kejadian, orangnya juga cantik kan? Lumayan buat cuci mata."

"Serah lo aja dah." jawabku singkat sambil meninggalkan Mingyu pergi ke kelas.

"Bu, uangnya ada di bawah piring kentang." teriakku pada Ibu penjual gorengan tadi.

Mingyu merangkul bahuku, "Udah nikmatin aja." sarannya.

Kami berjalan bersama ke kelas, beberapa siswa menetap ke arah kami dengan muka penuh pertanyaan.

Semenjak ada gosip tentang murid baru yang bisu dan tuli namun cantik yang ternyata adalah orang yang sangat dekat denganku, para murid khususnya perempuan langsung menjejaliku dengan berbagai macam pertanyaan.

Tentu saja aku tak peduli, aku duduk di tempatku lalu memasang earphones dan memutar lagu favoritku.

Mataku terbuka saat kurasa ada tepukan hinggap di bahuku.

"Mau ngapain lo?" Tanyaku kemudian.

"Lepas earphones lo. Guru udah dateng." titah Mingyu.

Aku matikan lagu yang sedari tadi menemani dalam lamunan. Tak lupa ku lepas earphones yang masih terpasang di telinga dan menyimpannya di tas.

Belum selesai aku merapihkan isi tasku agar semuanya muat, terdengar langkah kaki. Ku hiraukan saja, karena aku yakin itu pasti Bu Nura ia adalah wali kelaskuㅡ

Dan benar saja dugaanku, Bu Nura datang dengan beberapa tumpukan buku di tangannya.

"Selamat pagi semua."

"Pagi juga Bu." jawab kami serempak.

"Kali ini ibu ada kabar gembira untuk kalian semua."

"Kita mau libur ya Bu?" Tanya Deka.

Bu Nura melirik Deka dengan tajam "Kalau gak libur ya makanan, tapi aneh ya kamu ga gendut-gendut. Atau kamu cacingan, Deka?"

Seluruh kelas pun pecah dengan tawa, ada yang terbahak-bahak ada yang hanya cengengesan atau bahkan memukul-mukul meja.

"Sudah-sudah berhenti semuanya. Hari ini kita akan kedatangan murid baru, jadi jangan berisik."

Bu Nura terlihat melambaikan tangannya kepada seseorang. Dan tak berapa lama kulihat seorang gadis memasuki kelas. Mataku membulat seketika setelah mengetahui siapa gadis yang bu Nura maksud.

Teman-temanku menyambutnya dengan sangat antusias, termasuk Mingyu. Tapi aku tidak. Aku masih pada posisi terkejut karena aku kira kita hanya akan satu sekolah, tidak dengan satu kelas.

Dia menulis sesuatu di papan tulis, "Halo, aku Kim Dahyun. Senang berkenalan dengan kalian semua. Semoga kita bisa berteman baik. Mohon bantuannya." lalu membungkukan badan sambil tersenyum.

𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈 - 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐕𝐨𝐢𝐜𝐞 || 𝐉𝐉𝐊✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang