ㅡ 𝐥𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐤𝐞𝐥𝐢𝐦𝐚 ༄

659 96 8
                                    

Dahyun POV

Hari ini adalah hari pertama aku bersekolah kembali. Walau pada akhirnya ada janji yang tidak bisa aku penuhi. Aku merapat kan tasku.

Membetulkan baju yang aku rasa kurang rapih. Aku keluar dari mobil silver itu, saat seorang supir yang sengaja di sewa Ibu Jungkook itu memberhentikan mobil dan mulai menunjuk ke arah sebuah gedung.

Aku langsung menoleh takjub pada gedung 5 lantai itu. "Sekolahku saja dulu tidak seperti ini." gumam ku dalam hati.

Aku mulai melangkah dengan tatapan yang tak pernah lepas dari gedung itu. Aku suka, sangat. Tapi itu belum seberapa.

Aku melenggang masuk seperti siswa-siswi lainnya. Tanpa menanggapi tatapan aneh yang tak pernah lepas dariku barang satu sentipun.

"Mungkin mereka takjub akan wajahku yang cantik." Begitu batinku dalam hati.
Aku melewati lorong itu dengan perasaan sedikit takut.

Takut bahwa aku akan menabrak seseorang sehingga membuat kesalahan.

Bruk!

Benar saja dugaanku. Baru saja aku bilang sudah ada masalah lagi.

"Aduh kalo jalan hati-hati dong gimana sih!" ucapnya sembari membersihkan bajunya yang aku kira debu saja enggan berada di sana.

Aku hanya bisa membungkukkan badanku tanda minta maaf dan ikut menolongnya untuk berdiri.

"Lain kali kalo jalan tuh hati-hati y. Lo punya mata kan!" Bentaknya lagi.

Sekali lagi aku hanya bisa mengganguk tanda meminta maaf. Untung saja aku tidak bisa mendengar apa yang ia ucapkan jadi aku tidak sakit hati mendengar ucapannya.

Terkadang tidak dapat mendengar juga ada manfaatnya. Aku kembali melangkah, mencari ruangan kepala sekolah. Itu perintah ibu Jungkook kemarin.

Katanya aku akan di temani Jungkook di sekolah. Tapi jangankan di temani, bertemu saja belum. Ponselku tiba-tiba bergetar, aku melihat nama yang muncul di layar tersebut.

Bunda
| Sudah sampai sekolah nak?


Sudah, sekarang sedang mencari|
ruang kepala sekolah|


|Hati-hati, Bunda harap disana lancar
|ya sayang

Perintah di terima kapten!|


Kembali ku masukan ponsel ke saku. Ku mantapkan langkah kaki dan menatap awas sekitar siapa tahu saja aku tersandung sesuatu.

Setelah 5 menit lamanya akhirnya aku menemukan sebuah ruangan dengan tulisan 'Ruang Kepala Sekolah' aku mengetuk pintu dan langsung masuk ke ruangan tersebut.

Aku kira akan disambut oleh ibu atau bapak tua atau yang semacamnya ternyata tidak, malah sebaliknya.

Kepala sekolah yang kini ada di hadapanku terlihat begitu cantik dan anggun. Dengan menggunakan jas berwarna ungu dan rok selutut yang senada membuatnya terkesan berwibawa.

Dia memberikan secarik kertas untukku. Tentu saja dia tahu aku tidak dapat mendengar karenanya dia memberikan aku kertas tersebut.

"Temuilah bu Nura, dia adalah wali kelasmu. Ia akan mengantarmu ke kelas."

Begitulah kiranya isi kertas tersebut. Aku tersenyum dan berjalan keluar dari ruangan itu setelah mengganguk sebagai tanda terima kasih.

Aku langkahkan kaki menuju ruang guru. Tak sulit memang menemukan ruangan tersebut karena hanya membutuhkan waktu tiga menit saja sudah sampai.

Kembali ku ketuk pintu yang bertuliskan 'Ruang Guru' kemudian mencari bu Nura. Untunglah mencarinya bukan perkara yang sulit.

Hanya tinggal melangkah beberapa langkah dari pintu masuk aku sudah menemukan meja bu Nura. Kenapa aku tahu? Tentu saja karena ada tulisan namanya di atas meja. Aku memberikan secarik kertas tersebut kepadanya dia.

Awalnya ia menatapku sekilas kemudian memalingkan wajahnya ke kertas yang aku berikan tadi. Ia membacanya dengan cepat, kemudian kembali menatapku dengan senyum. Senyumnya manis sekali. Aku bisa tebak kisaran umurnya baru 20 tahunan.

Bu Nura melangkah ke arahku dengan membawa berbagai buku dan peralatan mengajar. Dia mengganguk dan menggandeng tanganku untuk mengikuti nya ke dalam kelas. Karena jam pelajaran akan segera dimulai.

Yang aku tahu sekolah ini memulai jam pelajaran pukul 08.00 dan sekarang pukul 07.50. Beda dengan sekolahku dulu yang masuk sekolah saja pukul 07.00.

Aku terus mengikuti kemana bu Nura membawaku. Dan akhirnya kita sampai di kelas yang bertuliskan kelas XII-2.

Aku menatapnya sekilas dengan wajah yang aku pastikan pucat. Aku sangat gugup.

Di depan sana bu Nura terlihat sedang berbincang sepatah dua patah kata, hingga pada akhirnya melambaikan tangan tanda aku boleh masuk ke dalam kelas.

"Oke, aku harus masuk dan memulai hal baru." Aku memberi semangat pada diriku sendiri dalam hati.

Aku memantapkan kakiku untuk melangkah ke arah kelas. Seketika seisi kelas langsung memandang ke arahku.

Bu Nura mengelus lembut tanganku seakan memberikan sebuah keberanian untukku. Lantas ia memberikanku sebuah kapur untuk menulis di depan.

"Halo, namaku Kim Dahyun. Senang berkenalan dengan kalian semua. Semoga kita bisa berteman baik. Mohon bantuannya." tulisku lalu membungkukan badan.

Riuh yang terdengar sepi itu hanya bisa terlihat dari mataku. Aku memperhatikan sekeliling kelas dengan senyum yang lebar. Namun mataku tertuju pada satu sosok yang aku cari dari tadi pagi, Jungkook.

Bu Nura menepuk pundakku lembut dan menunjuk ke arah sebuah kursi di dekat jendela. Aku membungkuk dan berlalu meninggalkannya.

Sepanjang berjalan menunju kursiku beberapa murid melambaikan tangannya sambil sesekali tersenyum, yang aku balas dengan melakukan hal serupa. Namun tidak dengan murid yang duduk tepat dua kursi di depanku.

Ya, Jungkook. Matanya seperti pedang yang sedang menusukku hingga melewati tulang. Tak ada senyum yang ramah dari wajahnya.

Namun aku tetap memberikan senyum, yang dia balas dengan memalingkan wajahnya. Aku sedikit terkejut dan berlalu untuk segera duduk di kursi milikku.

"Jika Semesta percaya aku dapat melalui hal ini, maka pedang sekalipun tidak dapat membunuhku begitu saja."

𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈 - 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐕𝐨𝐢𝐜𝐞 || 𝐉𝐉𝐊✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang