ㅡ 𝐥𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐮𝐣𝐮𝐡 ༄

770 98 12
                                    

Jungkook POV

Hari ini ini aku dibuat terkejut akan kehadirannya di sekolah. Bukan hanya karena kita satu sekolah, tapi kita juga satu kelas, bayangkan saja.

Dia itu seseorang yang ada di list pertama orang yang anti sekali untuk kutemui. Tapi tiba-tiba ia muncul di hadapan sebagai teman satu kelas? Cobaan macam apa lagi yang engkau berikan ya Tuhan.

Kehadirannya cukup membuat mood ku sangat hancur. Belum lagi tugas yang begitu banyak membuatku tambah frustasi di buatnya.

Mingyu memutar badannya agar menghadap ke arahku, "Lo mau lunch gak?"

Aku mengangkat kepalaku kemudian melihat wajahnya, dan menggeleng sekilas.

Dia tersenyum padaku "Gue tau, lo pasti shock banget kan?" Tanya nya "Udahlah terima aja lagian." Sambungnya.

Aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan malas, dan kembali menenggelamkan kepalaku ke atas meja.

Mingyu menepuk pundakku. Kudengar derap kakinya yang pergi menjauh. Ku alihkan pandanganku pada gadis yang sedang berada 2 kursi di belakangku, menatap dengan tatapan kosong keluar jendela.

Apa aku harus? Bersama dengan dia setelah kejadian itu? Aku terus merapalkan kalimat itu dalam benakku. Aku mulai mengacak rambutku frustasi, entah apa yang harus aku lakukan beberapa tahun kedepan ini bersamanya.

Aku kembali kedalam pikiranku yang berantakan ini setelah melihatnya dengan seorang gadis pergi keluar kelas. Aku memutuskan untuk pergi ke ruang UKS yang ada di lantai 5.

Sebenarnya sekolahku memiliki UKS di setiap lantainya. Tidak lucu saja bukan jika ada yang pingsan kemudian harus di bopong menuju lantai satu di bawah?

Ku buka pintu UKS dengan perlahan. Terlihat seorang wanita usia awal 20-an menyambutku. Dia melambaikan tangannya, "How are you boy?" Tanyanya dengan senyuman, "Are you okay?"

Aku memasang senyum sekilas di wajahku, "I'm okay, Miss."

Kulihat dia tersenyum dan menunjuk sebuah tirai yang terbuka disana. Itu artinya ada tempat kosong untukku. Aku hanya mengganguk dan jalan santai menuju tempat tersebut. Merebahkan tubuh adalah hal yang bisa membuat mood ku naik. Tak terasa mataku terpejam dengan sendirinya.

Saat mimpiku sedang berada pada puncak kebahagiaannya, tiba-tiba sebuah tangan membangunkanku. Sial apa lagi ini?!. Aku membuka mataku perlahan dan mendapati Mingyu yang tengah tersenyum jahil padaku. Aku memutar tubuhku membelakangi nya.

Mingyu menatapku kecewa, "Lah si anjir, oi!"

Aku membalikkan badanku, "Apa sih lo ah!" tanyaku sedikit menaikan suara.

Dia mengeluarkan ponsel dari saku, "Lo pasti nggak akan percaya ini." ia memberikan ponselnya padaku.

Aku mengubah posisi badanku, mengambil ponsel Mingyu dan mulai membaca pesan itu. Mataku seketika membulat, tidak percaya atas apa yang tertera di sana.

Aku menatapnya tajam siapa tahu tersembunyi kebohongan dalam matanya, "Becanda kan lo? Gak lucu." Tanyaku frustasi.

Mingyu balas menatapku datar, "Sejak kapan gue bercanda tentang hal kayak gini?" Tanyanya.

Aku mengusap wajahku kasar, "Kapan dia balik?" Tanyaku lagi.

"Kayaknya tadi pagi, soalnya gue papasan sama dia di kantin tadi."

"Dia udah tahu?" Tanyaku dengan tatapan panik.

Mingyu terlihat mengingat-ingat lalu menggeleng, "Tapi gue gak yakin Kook soalnya informan dia kan banyak banget."

Aku beranjak turun dan pergi keluar dari UKS. Setelah mengucapkan terima kasih aku langsung keluar diikuti Mingyu yang berada persis di belakangku.

Mingyu merangkul bahuku "Kalem Kook. Jangan buru-buru gitu, santai kali."

Aku tidak menghiraukan ucapannya. Kepalaku seperti sedang berkecamuk hebat. Terlebih lagi jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Rasanya aku ingin bertemu dengan Doraemon saja hari ini dan meminjam semua alat ajaibnya lalu menghilang dari muka bumi ini.

Setelah cobaan yang begitu berat hari ini, di tambah berbagai tugas yang aku kira sangat tidak berperikemanusiaan ini, mampu membuatku seperti orang gila.

Aku mendatangi kelasnya yang lumayan jauh dari UKS. Aku memindai seluruh isi kelas, dan tidak menemukan dia dimana pun. Aku menatap tajam Mingyu, "Lo liat dia terakhir dimana?" Tanyaku.

Mingyu balas menatap datar, "Di kantin siang tadi." jawabnya.

Tanpa aba-aba aku bergegas menuju kantin sekolah yang hanya tinggal di huni beberapa siswa. Karena jam istirahat memang akan segera usai. Aku berjalan gusar menyisir seluruh isi kantin dan aku tidak melihat ada tanda-tanda orang yang ku cari di sana. Aku mengacak rambutku frustasi.

Saat hendak melanjutkan pencarian, tiba-tiba bel kematian berbunyi. Sial! Maki ku dalam hati.

Mingyu yang berada di sampingku terlihat menatapku perihatin. Aku bergegas kembali ke kelas, karena jika telat semenit saja bu Nura tidak akan memberikan izin untuk mengikuti pelajarannya.

Hanya tinggal beberapa langkah lagi menuju kelas, mataku tiba-tiba menangkap sosok yang aku cari dari tadi. Tapi kenapa dia bersama Dahyun?

Jantungku yang tadinya tenang-tenang saja, seketika seperti di pacu begitu cepat.

Aku memilih melihat interaksi mereka berdua dari kejauhan. Mingyu yang berada di sampingku pun sama terkejutnya. Dia hanya bisa menatapku sekilas kemudian menatap kembali kepada 2 orang di depanku.

Saat kaki ku hendak melangkah mendekat, tiba-tiba sebuah tangan menghentikan langkahku. Aku melihat bingung wajah Mingyu, yang hanya di balas dengan gelengan. Kemudian ia menunjuk bu Nura yang hanya tinggal beberapa ratus meter lagi dari kami berdiri sekarang.

Mingyu sudah menarik tanganku untuk masuk kelas sebelum bu Nura yang masuk ke dalam kelas. Jadi kubiarkan saja tubuh ini mengikuti arahannya. Kembali kulihat wajah dua orang tersebut, dan kembali meneruskan langkahku ke dalam kelas.

𝐑𝐄𝐕𝐈𝐒𝐈 - 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐕𝐨𝐢𝐜𝐞 || 𝐉𝐉𝐊✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang