16. Basketball competition

1.8K 516 190
                                    

Setelah menemui Felix di minimarket dekat rumahnya, (y/n) kembali ke rumah dan langsung meraih handphone yang sedaritadi ditinggalnya di kamar.

Haruskah ia menelpon Hyunjin lebih dulu?

Namun, bagaimana jika ia menelpon Hyunjin, lalu pria itu malah ingin menemuinya? Sedangkan ia sudah terlanjur mengiyakan ajakan Felix untuk menonton pertandingan basket sore nanti.

Benar, sebaiknya (y/n) menunda untuk menelpon pacarnya itu untuk saat ini.

(Y/n) menghela napasnya. Memang, tidak seharusnya ia bersikap seperti ini.

Namun, sudah lama ia mendambakan sosok seorang teman yang baik hati dan peduli dengannya. Tanpa rasa takut dengan Hyunjin yang selalu menjadi bayangannya.

Dan baru kali ini ia mendapatkan sosok teman seperti itu:

Felix, ya, pria itu adalah Lee Felix.

Felix selalu berusaha menjadi teman yang baik tanpa pernah sekalipun mengungkit Hyunjin yang biasanya selalu 'dibawa-bawa' oleh teman sekelasnya yang lain.

Walau mungkin Felix memiliki perasaan yang lebih dari sekedar teman, tapi (y/n) tidak pernah memiliki perasaan itu yang sama seperti pria itu.

Perasaannya untuk Felix murni hanya sebagai seorang teman atau mungkin lebih dari itu: sahabat.

Ya, tidak lebih dari seorang sahabat. (Y/n) dapat menjamin itu.

🍭🍭

Sore harinya, Felix menjemput gadis itu ke rumahnya. Ia tampak mengenakan pakaian terbaik dan memperlihatkan senyum terbaiknya begitu (y/n) keluar dari rumahnya.

"Kenapa terlihat sangat bersemangat?" sapa (y/n) pada pria itu.

"Karena akan pergi denganmu," jawabnya jujur.

"Aku kira karena akan menonton pertandingan itu," lanjut (y/n).

"Keduanya, aku tidak akan se-excited ini jika hanya karena salah satunya. Hm, maksudku, jika hanya karena competition itu saja," lalu Felix meraih tangan (y/n), mengisyaratkan untuk jalan sambil berpegangan dengannya.

Namun (y/n) segera menolak, ia menarik tangannya kembali secara perlahan. Ya, ia memang tidak seharusnya sedekat ini dengan Felix.

Namun kembali lagi pada alasan sebelumnya: baru ini ia merasakan memiliki teman yang tulus dengannya, dan ia tidak ingin kehilangan sosok teman yang tulus seperti Felix ini lagi.

Felix, we're just friends, right?

Setelah menghabiskan waktu satu jam diperjalanan menuju Incheon, akhirnya mereka berdua tiba di gedung olahraga indoor tersebut.

Wajah Felix tampak bahagia bukan main begitu memasuki gedung olahraga itu. Melihat hal ini (y/n) jadi ikut bahagia. Walau sebenarnya ia tidak begitu mengerti tentang pertandingan yang akan segera berlangsung ini.

"This is what they called basketball," jelas Felix sambil tersenyum kearah (y/n).

"I know," lanjut (y/n) sambil tertawa. Memangnya siapa yang tidak tahu basket di dunia ini?

Tak lama, pertandingan akhirnya dimulai.

Selama menonton pertandingan, Felix tak henti-hentinya mengatakan hal-hal lucu yang berhasil mengundang tawa (y/n).

Seperti:

"Kenapa saat memasukkan bola basket ke ring harus menggunakan tangan?"

Lagi-lagi (y/n) menggeleng karena tidak tahu.

"Karena kalau menggunakan kaki, itu namanya sepak bola," jawab Felix sambil terkekeh. Seperti biasa, setelah mendengar lelucon Felix yang aneh, (y/n) selalu memukul lengan pria itu pelan.

Lelucon aneh pria itu terus berlanjut hingga pertandingan selesai. Sampai-sampai (y/n) mulai merasa lelah karena terus tertawa setelah mendengar lelucon Felix.

🍭🍭

Setelah selesai menonton pertandingan itu, mereka buru-buru pergi meninggalkan gedung olahraga itu dan berjalan menju halte bus untuk menaiki bus terakhir malam ini.

Halte itu berada di sebrang gedung olahraga yang menjadi tempat pertandingan basket itu.

Saat ini lampu lalu lintas menunjukkan warna merah bagi pengendara, dan lampu hijau untuk pejalan kaki. Melihat lampu hijau yang sudah menyala, Felix segera meraih tangan gadis itu untuk menyebrang bersama.

"Gomawo, sudah menemaniku malam ini," kata Felix sambil berjalan pelan menyebrangi zebra cross itu.

"Sama-sama. Lain kali aku tidak mau menemanimu lagi!" jawab (y/n) sambil tertawa. Ya, baginya itu hanya candaan.

Felix tersenyum, "Benar, kau tidak akan menemaniku lagi setelah ini."

"Wae? Kau mau pindah ke Australia lagi?" (y/n) masih tersenyum menjawab ucapan Felix.

"Ani, mungkin aku akan pindah ke tempat yang lebih jauh dari Australia."

"Yaa!" (y/n) memukul lengan Felix pelan.

Ia benar-benar tidak siap jika harus kehilangan sahabatnya lagi.

Memangnya kemana pria itu akan pindah?

Namun belum sempat (y/n) bertanya, hanya dalam hitungan detik setelahnya, sebuah mobil yang sedang berhenti karena lampu merah tiba-tiba saja melaju dengan sekencang-kencangnya.

BRAK

Menabrak Felix dan (y/n) yang sedang menyebrang.

Lalu pandangan keduanya langsung menggelap seketika.

To be continued



🥀🥀



Hi! Jadi sejak part 15 yang lalu, aku liat komentar-komentarnya pada kzl sama Felix dan (y/n)😂 dan ujung-ujungnya kayaknya pada oleng ke Hyunjin. Tapi setelah baca pengakuan (y/n) yg sbrnya gimana? masih kzl juga gak? :")

📌 Untuk part selanjutnya, aku jadi takut (y/n) semakin dihujat wkwkwk.
So, get ready for the plot twist!

📌PR: baca ulang part 1-2 cerita ini ya, diinget dan dipahami. Biar ketika baca part 17 engga lupa-lupa ingat hehe *aku udh kyk ibu guru ajaya* lol




🌙Part 17 mau aku bikin fast update ah, mau diupdate nanti malam (4/1/19) ((mengingat aku up part ini dini hari di tgl 4 jan😂)) atau lusa (5/1/19) nih?



Jangan lupa untuk selalu vote & spam komen💕

Call it love? (SK & you)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang