5. Am I your friend?

2.4K 691 73
                                    

Hari-hari berikutnya, Felix masih menjadi teman sebangku (y/n). Dan sebisa mungkin (y/n) selalu keluar kelas lebih cepat di jam istirahat agar Hyunjin tidak dapat melihat hal ini.

"(Y/n), apa kau akan cepat-cepat ke kantin lagi hari ini?" tanya Felix 10 menit sebelum istirahat.

(Y/n) mengangguk, "Maafkan aku, Felix. Tidak bisa menemanimu selama jam istirahat."

"Apa itu karena.. your crazy boy.. ah, mian, that is not my business," Felix tidak jadi mengatakannya.

"Begitulah, jadi kau sudah tahu? Pasti teman-teman yang lain yang memberitahunya padamu ya?"

"No, I found it by myself."

Rrrringg...

Akhirnya bell istirahat berbunyi, namun Felix segera meraih tangan (y/n) agar gadis itu tidak langsung meninggalkannya ke kantin. "I will move to another chair if you.."

"Ani, kau bisa tetap duduk disini, Felix," (y/n) tersenyum lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk pergi menemui Hyunjin. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat senang memiliki teman sebangku yang baik hati seperti Felix.

"She's so kind, why she found a boy like her boyfriend?" gumam Felix sepeninggal (y/n).

"Jauhi dia atau kau akan bernasib sama sepertiku," kata Seungmin yang tiba-tiba muncul di di dekat Felix.

"What happened to you bro?" Felix menatap Seungmin heran.

"Som, dia nanya apa?" ternyata Seungmin tidak mengerti, dan bertanya pada Somi yang sedang melintasi mereka.

"Katanya kau jelek!" jawab Somi asal sambil pergi meninggalkan kelas.

"YAA!"

🍭🍭

"(Y/n), kenapa beberapa hari ini.. Kau seperti lebih suka menemuiku lebih dulu ya? Biasanya kau tidak se-excited ini," tanya Hyunjin sambil menghisap rokoknya. Saat ini (y/n) sedang bersamanya di halaman belakang sekolah yang menjadi tempat Hyunjin sembunyi untuk merokok.

"Itu karena aku merindukanmu," jawab (y/n) bohong. Siapa yang sanggup merindukan pria kejam seperti Hyunjin?

Pria itu tersenyum, lalu menghembuskan asap rokoknya tepat di wajah (y/n).

"Uhuk, uhuk," gadis itupun langsung terbatuk.

"Kau kira aku percaya?" wajah Hyunjin langsung berubah.

"K-Kenyataannya memang seperti itu, H-Hyunjin."

"Baiklah, aku senang jika memang kenyataannya seperti itu. Love you!" lalu Hyunjin mencium bibir (y/n) dengan kasar. Sebenarnya (y/n) ingin menolak, namun.. gadis itu tidak ingin menempatkan dirinya di dalam bahaya jika menolak apapun yang dilakukan Hyunjin padanya.

🍭🍭

Setelah itu, (y/n) kembali ke kelas. Ruang kelas terlihat masih sangat berantakan karena guru belum juga masuk.

(Y/n) tersenyum saat mendapati Felix tersenyum kearahnya. Namun saat gadis itu baru saja duduk disampingnya, pria itu segera bangkit, menarik tangan (y/n), lalu membawa gadis itu untuk pergi dari kelas.

"Ada apa, Felix?" tanya (y/n) heran sambil tetap mengikuti Felix yang masih membawanya keluar kelas sambil tetap memegang tangan gadis itu.

Felix masih tetap diam, ternyata pria itu membawa (y/n) pergi ke lorong sekolah yang lumayan sepi.

"Katakan padaku ada apa, Felix?" tanya (y/n) lagi.

Felix mencari sesuatu di saku celananya, lalu megeluarkan sebotol.. parfum?

"Pakailah ini," katanya sambil menyodorkan parfum itu.

"M-Maksudmu apa?!"

"I hate to say this but, you got that smell," Felix mengisyaratkan tangannya seolah sedang memegang rokok.

Bau rokok.

Saat ini (y/n) pasti bau rokok karena ulah Hyunjin tadi.

(Y/n) segera meraih parfum itu, lalu menyemprotkannya di seluruh tubuhnya. "Terima kasih sudah mengingatkan, Felix."

"No problem. That is what friends are supposed to do, right? Wait, Am I your friend?" tanya Felix lagi.

(Y/n) tersenyum sambil mengangguk. "Of course you are."

"Eat with me then," lanjutnya.

(Y/n) hanya tertawa. Itu hal yang tidak mungkin.

"If we can't do that at school, let's do that in another place."

(Y/n) mulai berpikir.. Felix sudah menyelamatkannya. Lagi pula, dia teman yang baik dan sopan. Kenapa tidak jika niat mereka hanya untuk berteman?

"Okay!"

"I'll call you ya," kata Felix sambil mencubit pipi (y/n). Setelah melakukan itu, ia hanya tersenyum sambil memperhatikan wajah (y/n) yang mendadak cemberut, lalu Felix pergi meninggalkan gadis itu.

"Yaa!" (y/n) langsung menyusulnya, namun pria itu tiba-tiba saja menghentikan langkahnya secara mendadak. Membuat tubuh (y/n) mendarat sempurna di punggungnya. "M-Mian," tunggu, kenapa (y/n) jadi gugup?

"Yaa," Felix membalikkan tubuhnya, membuat wajahnya berhadapan langsung dengan wajah (y/n). Sangat dekat.

"Aku yang berhenti mendadak, seharusnya aku yang meminta maaf," lanjutnya.

(Y/n) segera melangkahkan kakinya ke belakang. Berdiri begitu dekat dengan Felix benar-benar bukan hal yang baik untuk jantungnya.

"You go first. Just saw your boyfriend standing in front of our class."

"Lalu kau bagaimana, Felix? Kau tidak kembali ke kelas?"

Felix tersenyum, "Tidak usah pikirkan aku, your boyfriend is waiting."

🍭🍭

Malam harinya, (y/n) memandangi langit-langit kamarnya sambil tersenyum lebar. Astaga, kenapa (y/n) membayangkan wajah Felix disana? Gadis itu pasti sudah gila.

"Yaa, apa yang sedang kau lakukan di langit-langit kamarku, Felix?" (y/n) segera meraih selimut dan menutupi wajahnya yang mulai memerah itu. Setelah itu, ia kebali membuka selimutnya, lalu..

"Yaa, kenapa sekarang malah wajah si gila Hyunjin?" (y/n) langsung mengerucutkan bibirnya. Lalu ia menghempaskan tubuhnya ke samping. (Y/n) memang sangat kesal dengan Hyunjin.

"Ya Tuhan, kenapa Hyunjin seperti itu?" air matanya tampak menetes ketika kepalanya kembali memutarkan kejadian-kejadian menakutkan yang sudah dilaluinya bersama Hyunjin.

"Please send me an angel, not a demon," katanya lagi di dalam isakannya.

Namun tiba-tiba saja, handphone-nya berdering.

Telpon dari pria itu.

Pria yang baru saja dipikirkannya.

(Y/n) menarik napasnya, lalu mengangkat telpon itu.

To be continued

Call it love? (SK & you)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang