11. Ruang Seni Musik

1 1 0
                                        

Bulan menggigit bibirnya cemas, pikirannya tidak karuan. Takut Mars akan berbuat yang tidak-tidak dengan Abella.

Bulan juga masih menunggu Mars diparkiran mobil. Sudah lima belas menit ia menunggu Mars, dan yang ditunggu-tunggu tidak datang-datang.

Ya allah, Mars. Batin Bulan dalam hati. Mars benar-benar tidak kunjung datang, membuat Bulan semakin khawatir.

Abella sudah terlihat meninggalkan parkiran, padahal dia jelas-jelas melihat Bulan diparkiran mobil. Entah kenapa Abella terlihat sangat santai tanpa takut Mars akan memarahinya, seperti perkiraan Bulan.

Bulan masih berdiri, kemudian ia berjongkok karena kakinya sudah merasa pegal menunggu Mars. Sampai beberapa siswa SMA Pelita Angkasa memandangnya dengan tatapan aneh.

Bulan mengeluarkan ponselnya, masih ada waktu lima belas menit sebelum bel sekolah berbunyi. Ia masih saja menunggu Mars.

Akhirnya suara deruman mobil Mars terdengar, Bulan langsung beranjak berdiri, merenggangkan kedua kakinya. Ia tersenyum. Akhirnya yang ditunggu datang juga.

Bulan memundurkan langkahnya saat mobil Mars masuk area parkiran, ada perasaan gugup juga yang dirasakan Bulan saat ini, menunggu Mars keluar dari mobilnya.

Mars keluar dari mobilnya, menatap Bulan yang berdiiri mematung, kemudia dia berjalan melewati Bulan begitu saja.
Tanpa menyapa dan juga tanpa senyum. Mars melewati bulan begitu saja, setelah Bulan menunggunya lebih dari duapuluh menit.

Bulan melongo saat Mars melewatinya begitu saja. Ia bingung harus menghampiri Mars atau hanya memanggilnya saja. Ia menjadi salah tingkah.

“Mars!” seru Buan, dengan suara seperti memaksakan diri.
Yang dipanggil juga tidak menoleh, dan malah berjalan seenaknya. Bulan berdecak sebal. Ia berlari untuk menghampiri Mars.

“Mars!” seru Bulan lagi.

Bulan berlari-lari untuk menyeimbangi langkah kaki Mars, Mars sama seklai tidak menolehkan kepala, bahkan merespon saja tidak.

Sungguh Mars sangat menyebalkan. Tidak menghargai orang yang sudah rela menunggunya sampai kaki Bulan terasa kesemutan karena berdiri terlalu lama.

“Mars, aku mau ngomong sama kamu!”

“Mars!”

“Apaan sih!” balas Mars dengan suara ketusnya.

“Kamu kenapa putusin pacar kamu?” pertanyaan pertama dari Bulan.

Mars tidak menjawab sama sekali. Ia malah berdiri dihadapan Bulan, dan menatap Bulan kesal.

Merasa pertanyaannya tidak akan dijawab oleh Mars, Bulan diam dan berpikir. Kemudian dia mendongakkan kepalanya untuk menatap Mars lekat-lekat.

“Kamu gak bakalan mararin abella kan?” kali ini Bulan memberikan pertanyaan untuk memastikan baahwa tidak ada permasalahan yang akan timbul dan menyangkut dirinya lagi.

Lagi-lagi Mars hanya berdiam menatap bulan.

Bulan bingung dengan tatapan Mars yang sama sekali tidak merespon pertanyaannya, malah hanya diam dan menatapnya, membuat Bulan menjadi salah tingkah saat beradu tatap dengan Mars.

Buru-buru bulan langsung menundukkan kepalanya. Ia takut gerak gerik salah tingkahnya terbaca oleh Mars.

Mars memutar bola matanya. Dan langsung berjalan meninggalkan Bulan sendirian di pinggir lapangan bola basket. Bahkan saat Mars meninggalkannya bulan tidak menaydarinya. Sampai bel masuk pun berbunyi. Membuat bulan tersadar.

Bulan langsung berlari setelah mendengar bel. Dlaam hatinya mengumpat keras, mengutuk Mars yang bersikap sangat kelewatan sekali.
***
“Aku mau ngomong sama kamu!”

Bulan mendekati Mars yang saat itu tengah asik nongkrong di kantin. Tatapannya begitu seriius, membuat teman-teman mars kaget melihat bulan yang datang dengan tiba-tiba.

Tangan bulan segera meraih tangan mars, menarik tangan mars.

“apa-apaan sih lo!” seru mars mencoba melepaskan genggaman tangan bulan.

Bulan tidak menghiraukannya, ia terus menarik tangan mars, membawa masuk kedalam ruang seni musik. Setelah masuk, bulan langsung mengunci pintu ruang seni musik.

Dia berdiri ditengah-tengah pintu, menghalau jika mars akan menerobos keluar. Bulan melipat tangannya diatas perut, mars telihat membuang mukanya, tidak menatap bulan sama sekali.

“dasar.” Bulan berkata pelan namun mars bisa mendengarkannya, hanya tatapan tajam yang dilakukan mars saat itu.

“aku mau masalah soal foto ciuman kamu beres hari ini, gak ada lagi acara kamu marah-marahin abella atau siapalah! Anggap masalah in udah selesai, aku gamau masuk dalam masalah kalian!”

Bulan berbicara sangat ketus. Tapi tetap tidak mendapatkan reaksi apapun dari mars. Mars hanya diam, masih juga membuang mukanya tidak menatap bulan.

“kamu dengerin gak sih!” gereget bulan karena mars tidak merespon.

Mars hanya bergumam tidak jelas, matanya menerawang jauh ke seluruh sudut ruang seni musik. Bahkan mars menganggap bulan tidak ada bersamanya.

TARRRRR!!!!

Suara benda jatuh terdengar. Membuat bulan melonjak kaget dan memegang tangan mars erat. Mars sama sekali tidak bereaksi, sampai bulan sadar telah memegang tangan mars dan langsung melepaskannya.

Bulan menjadi kikuk, dia yang membawa mars ke ruang seni musik dan mengunci dirinya didalam berdua dengan mars yang seperti patung tanpa berbicara.

“mars!” seru bulan.

“Ya?”

“kamu dengerin yang aku bilang tadi?”

“Ya.”

“jadi kamu gak bakalan memperkeruh masalah ini lagi kan?”

“gak.”

Kemudian bulan diam. Tidak ada reaksi lagi dari mars. Mereka sama-sama diam dan juga masih sama-sama berada diruang seni musik, suasana yang awkard ini terasa diantara mereka.
Mars berjalan menuju pintu, tapi bulan menahannya, bulan dan mars kini saling tatap beberapa detik kemudian mars dululah yang membuang muka untuk tidak melihat bulan.

Mond Und MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang