Twelfth [Sudah Direvisi]

1.3K 266 53
                                    

Author POV

Jam udah hampir menunjukkan waktu pukul 9 malam. Meski malam ini bintang ataupun bulan sama sekali gak keliatan, Eunbin masih betah natap langit dari jendela kamarnya yang sengaja dia buka sejak sekitar 20 menit yang lalu.

Sesekali dia menatap jendela kamar Yedam yang posisinya berhadapan dengan jendela kamarnya. Eunbin terpikir bagaimana caranya untuk membuat laki-laki itu supaya ingin segera mengakhiri hubungan mereka dan membuat segala sesuatu di antara mereka menjadi seperti sedia kala.

Eunbin benci merasa canggung di dekat Yedam. Padahal sebelumnya, berada di sisi laki-laki itu adalah tempat ternyaman bagi Eunbin. Biasanya, Eunbin bisa bebas bertingkah seperti apapun di depan Yedam, bebas menunjukkan segala macam sisi dirinya tanpa takut Yedam akan berpikir begini atau begitu.

Tapi semenjak ada status antara mereka berdua, Eunbin bahkan selalu ciut tiap bertatapan dengan laki-laki itu. Lalu beban pikiran Eunbin bertambah lagi, bagaimana kalau begitu dirinya dan Yedam putus nanti Eunbin akan kehilangan pacar sekaligus teman terbaik dalam hidupnya selama ini?

Rasanya Eunbin masih berharap bahwa semua ini adalah mimpi—perasaan yang Yedam punya untuknya, juga status mereka berdua sekarang.

Klek!

Jendela kamar Yedam yang semula tertutup rapat tiba-tiba terbuka. Satu detik kemudian bisa Eunbin lihat wajah laki-laki pemilik kamar itu yang tubuhnya telah berbalutkan piyama merah marun.

"Eh, kok belum tidur sih?" tanya Yedam kaget mendapati Eunbin sedang berdiri memandang keluar dari jendela kamarnya yang terbuka.

"Belum ngantuk," sahut Eunbin jujur.

Yedam sama sekali gak keheranan. Biasanya kan pada waktu ini Eunbin masih keluyuran di luar sana.

"Lo sendiri kenapa belum tidur?" Eunbin balik bertanya.

"Sama kaya lo, belum ngantuk," ujar Yedam.

Suasana berubah hening setelah Eunbin bergumam 'oooh' sambil mengangguk-angguk pelan.

"Kak."

Yedam bersuara lagi.

"Apa?"

Ada jeda sebelum Yedam bersuara lagi. Dia menatap Eunbin dengan sorot yang susah diartikan.

"Gua harap lo bisa untuk tetap bersikap kaya biasa meskipun kita berdua pacaran sekarang. Gua tau lo ngerasa canggung tiap kali cuma berdua sama gua."

"Ca-canggung? Nggak tuh, kenapa harus canggung?" Eunbin berlagak gak mengerti sama ucapan Yedam barusan.

"Tanya sama diri lo sendiri, kenapa harus ngerasa canggung? Tapi gua ngerti sih, soalnya hari ini gua sempet ngerasa kikuk untuk pertama kalinya waktu tatap-tatapan sama lo. Mungkin karena grogi kali ya hahaha...."

Eunbin mau nangis rasanya.
Bukan apa-apa, dia berpikir kenapa laki-laki di hadapannya harus se-blak-blakan ini? Dia harus kasih respon kaya gimana tiap kali Yedam blak-blakan kaya gini?

"Lo harus tetap bersikap kaya biasa di depan gua, karena gua juga bakal selalu jadi Yedam yang kaya biasanya buat lo. Yedam yang udah terbiasa liat segala macam tingkah lo, liat bawelnya lo, keras kepalanya lo, manjanya lo, gua juga bakal selalu jadi seseorang yang paling bisa lo percaya buat jaga rahasia lo, jadi sandaran kapanpun lo butuh, dan jagain lo semampu gua. Yang harus berubah tuh cuma cara lo yang selalu terbiasa mandang gua sebagai anak kecil."

Eunbin bahkan tiba-tiba merasa gugup sekali sampai susah bicara.

"I-itu aja?" tanyanya.

Yedam mengangguk. Lalu dia menatap langit di atas sana. "Pantesan malem ini gak ada bintang ..." celetuknya.

Officially Missing You || Bang Yedam✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang