RIDE OR DIE
01
x The Confidence x
Semua sorakan itu tak bisa dibedakannya. Karena seluruh dukungan maupun teriakan hinaan untuknya terasa seimbang. Walau begitu, ia sangat menyukainya.
Berada dalam ketegangan dalam lintasan balap—yang jauh dari kata resmi itu—membuat seorang Lalisa Manoban sangat bahagia. Ketika semua orang bersorak agar ia menang ataupun memaki agar ia kalah. Tetapi pada akhirnya, ia yang selalu berada di puncak. Sehingga menjelaskan mengapa ia memiliki begitu banyak penggemar dan pembenci.
Gadis berambut oranye itu bersandar di samping mobil sport berwarna hitam miliknya. Begitu kontras dengan warna cerah rambutnya dan juga warna merah dari jaket kulit yang dikenakannya. Rambutnya yang ia ikat kuncir kuda di atas begitu acak namun itu membuatnya semakin terlihat berbahaya. Dan sebenarnya, musuh-musuhnya tahu bahwa ia berbahaya.
Apa yang membuat banyak orang ingin menjatuhkannya bukan hanya karena skill-nya yang hebat dan liar, tetapi dengan taruhan yang ia berikan, yang berbeda dari apa yang seharusnya dipertaruhkan.
Jika biasanya mereka ingin mengikuti balapan liar ini harus memberikan taruhan berupa uang, Lisa memberikan taruhan dengan mobilnya. Yang harganya jauh berkali-kali lipat daripada taruhan jalanan seperti ini. Juga, hanya Lisa yang menggunakan mobil sport di lingkungan ini. Sementara yang lainnya menggunakan mobil stock, mobil touring atau mobil curian yang telah mereka modifikasi.
Di malam ini, hanya satu orang yang bertaruh. Tetapi tentu tidak membuat penontonnya sedikit. Informasi untuk balapan liar ini hanya lewat mulut-ke-mulut dan juga dari orang yang bertugas sebagai pemberi informasi. Dan trek yang digunakan adalah wilayah di pemukiman kosong, dimana banyak jalanan kasar, berlubang, walau ada bagian yang mulus.
Lisa tak pernah merasa takut walau banyak yang ingin menjatuhkannya. Dia tahu kemampuannya, dia percaya akan itu. Sehingga Lisa akan selalu bisa pulang membawa uang ke flat rumah susun sewaannya atau terkadang menginap di hotel murah sesekali, setidaknya dengan itu dia bisa mandi air hangat.
Sembari menunggu Olivia—seorang gadis bermata tajam dengan bibir yang menggoda—yang selalu mengibarkan kain merah untuk mereka memulai pertandingan, Lisa memperhatikan lawannya. Dia adalah seorang pemuda bertubuh agak kekar dengan mobil stock miliknya. Dari caranya menatapa Lisa juga, ia seperti meremehkannya. Tetapi Lisa sama sekali tak takut. Justru ia pun menatapnya cukup meremehkan juga.
Lisa hanya tak sabar mendapatkan pundi-pundi uang yang membuatnya bisa makan enak lagi tengah malam nanti.
Setelah beberapa lama menunggu, muncullah sang pemegang uang taruhan—Franco, pengendali balapan liar di kota kecil ini—yang menyuruh Lisa dan lawannya untuk berjabat tangan sebelum masuk ke dalam mobil. Di belakangnya, Olivia datang. Tatapannya yang dingin justru membuat orang-orang menyukainya. Terlebih dengan pakaiannya sekarang—mini dress ketat sepaha tanpa tali dan lengan—yang membuat beberapa dari penonton bersiul.
Lisa masuk ke dalam mobilnya setelah jabatan tangan tersebut, mengikuti perintah dari Franco. Gadis itu pun mulai mengenakan seatbelt dan menyalakan mesin mobilnya. Lalu dia melirik ke kiri, dimana sang lawan juga melakukan persiapan sepertinya.
Seringai yang diberikan Lisa membuat lawannya mengeraskan rahang. Lalu dia menatap ke depan, dan menatap Olivia yang berjalan ke bagian tengah di depan mereka—sekitar lima meter di depan. Dan sepanjang jalan awal trek, di tepian tepatnya, para penonton berjajar untuk menonton balapan tersebut. Tak lupa, mereka pun terkadang menaruh taruhan masing-masing diantara para penonton.
Waktu terasa menegangkan untuk sebagian orang, tapi tidak untuk Lisa. Ini hanya bagian dari balapan yang akan ia menangkan, begitu pikirnya.
Ketika dilihatnya Olivia menatap keduanya bergantian, dia tahu balapan akan segera dimulai.
Olivia pun mengangkat kedua tangannya ke atas secara anggun, sangat berseni dari sosok tersebut. Satu tangannya kosong, satu tangannya lagi menggenggam kain merah yang menjuntai—sekitar limapuluh sentimeter.
Lisa berada dalam fokusnya. Dia menggenggam stir mobil dengan erat dan menatap lurus ke depan, pada kain tersebut.
Dan ketika kedua tangan Olivia bergerak ke bawah dengan cepat tak seperti saat terangkat, itu adalah pertanda bahwa balapan tersebut dimulai.
Lisa segera menginjak gas, dimana lawannya pun melakukan hal yang sama. Keduanya mengendarai mobil tersebut lurus ke depan, untuk mendapatkan awalan yang bagus.
Sayangnya, kedua mobil tersebut terus berada sejajar sampai enamratus meter jauhnya. Lisa pun mulai mengatur strategi. Dia mengatur gigi dengan cekatan, sembari melirik ke samping. Namun ternyata, lawannya berhasil menyusulnya. Dari sekitar duapuluh senti, kini menjadi satu meter. Lisa menjilat bibir bawahnya dan fokus mengemudi ke depan, dimana ia tahu, sang lawannya pasti tengah merasakan kemenangan di awal.
Bukan Lisa jika ia mudah menyerah dan putus asa. Gadis itu memiringkan kepalanya, seiringan dengan laju mobilnya yang bertambah. Dia merendahkan semuanya. Lawan, mobil lawannya, jalanan bahkan suasana malam tersebut.
Karena Lisa tahu, ia selalu menang.
Karena selama ini, tak ada yang mengalahkannya.
Dan seringai itu mengantarkannya untuk lebih maju. Lisa berhasil menyusul mobil sang lawan dan tanpa belas kasih, dia dengan cepat berada dua meter di depannya.
Sembari melirik ke spion tengah, Lisa terus mengemudikan mobilnya dengan baik. Dia tahu dia baru saja membuat sang lawan kesal. Sehingga saat dia tahu bahwa sang lawan ingin membenturkan mobilnya, Lisa dengan cepat menghindar.
Gadis itu terus mengontrol laju mobilnya dengan baik. Cepat dan tak tersentuh. Semakin ia bersemangat, semakin jauh pula jarak antara ia dan lawannya.
Rasanya benar-benar menyenangkan. Membuat hatinya bergejolak dan membara. Begitu jelas terlihat dari kilatan di manik mata coklatnya.
Lisa tahu hari ini ia akan menang lagi. Kembali makan makanan yang ia sukai. Kembali mandi air hangat. Dan kembali membeli pakaian bagus.
Balapan malam ini hanya akan membantu namanya semakin naik, lagi dan lagi.
Seharusnya orang-orang menyerah saja untuk menjatuhkan dan untuk mendapatkan mobil miliknya.
Kembali melirik spion tengahnya, Lisa mendapati bahwa lawannya tertinggal jauh. Lisa terkekeh. Sungguh, lucu sekali mengingat para lawannya sebelumnya yang juga meremehkannya, seolah mereka akan menang, berakhir dengan memberikan Lisa lembaran dollar terikat untuknya.
Lisa terus mengemudikan mobilnya dengan fokus sampai disadarinya bahwa mobil lawannya semakin menjauh.
Apa ini kemenangan telak?
Hanya sejauh itukah usaha lawannya untuk menjatuhkannya?
Lisa sampai menghela napas karena merasa ini begitu mudah, lebih dari mudah, daripada biasanya. Sehingga dia menyamankan posisi duduknya dan terus mengendarai menuju garis finish. Dia hanya perlu sampai, menang dan mendapatkan uang.
Sayangnya, dari kejauhan, ia melihat sebuah cahaya. Seperti berasal dari lampu mobil juga.
Sial. Apa Franco tidak mengosongkan jalan—yang memang sudah kosong tersebut. Maksudnya, apa Franco tak memberi tahu beberapa penghuni gelap dan jalanan disana bahwa hari ini ada balapan?
Lisa menurunkan gigi transmisi saat mengurangi kecepatan. Sedangkan pandangannya terlihat waspada, takutkan menabrak sesuatu.
Namun, ketika di dengarnya suara sirine, Lisa tahu bahwa dia kacau. Semakin ia melambat dan berhenti, semakin keras suara sirine dan jelas darimana asalnya.
Dimana kini, dalam kegelapan, ia dapat melihat dua mobil polisi dengan seseorang yang masih cukup muda, yang tidak memakai seragam polisi berdiri di tengah jalanan.
Kacau.
Semuanya sangat kacau.
x-:-x
2019!
YURI IS BACK!
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ RIDE OR DIE (LIZKOOK)
FanficLalisa tinggal di jalanan dan menghidupi dirinya dengan menjadi pembalap liar, setelah ditinggalkan sosok kakaknya. Sampai suatu hari dia ditangkap pihak kepolisian, yang justru selanjutnya memperkenalkannya pada pelatih balap mobil yaitu Jungkook...