376 words
“Aku merindukan ibu.”
Jungkook menoleh, diam-diam mengucap syukur karena tidak latah untuk melempar kaleng biskuit di tangannya ketika Yoongi tiba-tiba saja membuka suara. Laki-laki bersurai cokelat itu mengerjap beberapa kali dengan kepala sedikit dimiringkan, berusaha mengingat-ingat apa yang dia tanyakan tadi sampai hyung-nya itu berkata demikian.
Butuh setidaknya limabelas detik untuk membuat Jungkook kemudian mengangguk pelan beberapa kali. Ah benar, tadi aku bertanya kenapa dia ngotot sekali ingin pulang.
“Kau diam sekitar setengah jam hanya untuk berpikir mau mengatakan tiga kata itu atau tidak, hyung? Panutan sekali.” Jungkook kembali mengunyah biskuit lantas kembali menatap layar televisi. “Aku saja sampai lupa tadi bertanya apa.”
Yoongi mendengus, sedikit merasa sebal dengan jawaban Jungkook. Padahal laki-laki yang usianya 4 tahun lebih muda darinya ini sempat mengulangi pertanyaannya sebanyak dua kali. Iya, sih, itu kira-kira setengah jam lalu, atau malah lebih. Tapi tetap saja Yoongi merasa perlu untuk membalas sebal, “Ya sudah. Aku tidak akan mengingatkan.”
“Kalau sekarang sih aku sudah ingat.” Jungkook membalas santai sembari tersenyum melihat kelakuan sepasang ulat berbeda warna yang berhasil membuat Minggu paginya terasa tidak terlalu membosankan.
Yoongi sendiri memutuskan untuk diam, membiarkan suasana lenggang selama nyaris dua menit. Sebelum kemudian Jungkook kembali membuka suara ketika jeda iklan, “Aku tahu banyak hal yang bisa dirindukan dari rumah. Apalagi dari ibu. Ah, aku juga jadi ingin pulang.”
Yoongi tersenyum tipis dan mengangguk beberapa kali. Sepasang irisnya masih terarah ke TV, meski ingatannya berkelana jauh. “Iya, banyak sekali yang bisa dirindukan dari seorang ibu.”
Pria berusia 25 tahun itu mengambil jeda. Senyuman tipisnya mendadak terlihat hambar. Jungkook yang tengah sibuk mengunyah biskuit sembari mengganti chanel TV itu jelas melewatkan yang satu ini. Atensinya baru tertuju penuh untuk Yoongi ketika pria itu menambahkan, “Tapi hanya satu yang selalu membuatku cemburu setiap kali melihat ibu.”
“Cemburu?” ulang Jungkook setelah berhasil menelan kunyahan biskuit di mulut.
Yoongi mengangguk. “Sepasang matanya.”
“Aku tidak mengerti.” Kerutan di kening laki-laki itu jelas mempertegas ketidakpahamannya atas kalimat yang dikatakan Yoongi.
“Aku ingin setidaknya sekali saja, aku bisa melihat diriku melalui mata ibu.” Lagi-lagi pria bermarga Min ini mengulum senyum tipis. “Jadi aku bisa melihat seberapa berharganya aku, menerima dan memaafkan kesalahan yang sudah pernah kulakukan, juga, mencintai diriku sebagaimana ibu melakukannya selama ini.”
.
.
Credit Song :
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Thoughts
Fanfiction"I'm still kind of a mess. But I think we all are. No one's got it all together. I don't think you ever do get it totally together. Probably if you did manage to do it you'd spontaneously combust." - Michael Thomas Ford, Suicide Notes 151218 -