Let Me Down

214 25 3
                                    

2509 words

Saat Jungkook memaksa untuk memasuki studio sakral Min Yoongi, satu-satunya hal yang ia ekspektasikan adalah kuliah panjang mengenai tata krama dan privasi, jelas disertai dengan tatapan mega tajam yang rasa-rasanya siap membumi hanguskannya.

Tapi tidak.

Sifat dingin yang menurut Jungkook sudah melekat di DNA lelaki yang bisa dikatakan kurus itu rasanya lebih normal dan familiar untuk dilihat, jadi ketika sepasang irisnya merekam seisi studio yang menurutnya asing ini, ia hanya diam.

Oh, sebentar. Sedikit mengenai Min Yoongi, laki-laki itu mulai bekerja di agensi ini 7 tahun lalu, sebagai produser. Dua tahun sebelum Jungkook melakukan debut solonya. Saat itu, Yoongi tengah disibukkan dengan album comeback grub duo dari agensi yang sama, Kim Taehyung dan Park Jimin. Dan selama 7 tahun berkarier, tidak ada yang benar-benar mengenal Min Yoongi secara personal. Selain membuat musik dan membahas tentang pekerjaan, laki-laki yang saat ini berusia 28 tahun itu sama sekali tidak terlibat hubungan pertemanan yang dekat dengan siapapun, disini. Laki-laki itu juga tidak pernah menyinggung darimana dia mendapat semua asupan ide untuk lagu-lagunya. Setiap ditanya bagaimana bisa membuat melodi sebagus itu, jawabannya selalu sama; Aku jenius.

Bicara soal membuat musik, kemampuan Min Yoongi ini tidak perlu ditanya. Melodinya selalu terdengar bagus entah bagaimana. Ia beberapa kali menulis lirik juga, memang. Tapi tidak sering. Rekan produsernya, Kim Namjoon lebih sering mengambil alih untuk urusan tulis menulis lirik.

Kembali pada studio sakral ini, tampilannya jelas berbeda jauh dengan Genius Lab --studio dimana Min Yoongi biasa meracik musik secara ofisial. Masih berpintu kayu dan memang, kamera dalam bentuk apapun haram hukumnya memasuki ruangan ini. Lagipula, siapa yang mau repot-repot menyelundupkan kamera, mengingat satu-satunya orang yang menjamah tempat ini adalah si pemilik studio itu sendiri? Percaya saja, sekarang ini Jungkook menjadi manusia pertama yang melihat seperti apa isi studio sakral dan rahasia Min Yoongi.

Studio berukuran 4x4 meter itu terlihat sedikit muram --atau setidaknya begitu menurut Jungkook. Seluruh dinding dicat polos berwarna abu-abu gelap. Ada lima lukisan abstrak yang dipajang di dinding yang terpisah, selebihnya sekitar 7 atau 8 lukisan serupa dibiarkan teronggok rapi di sudut ruangan. Hanya ada satu sofa panjang berwarna hitam yang diletakkan di dekat pintu, berseberangan dengan onggokan lukisan tadi. Sepertiga ruangan digunakan untuk meletakkan peralatan meracik musik, tidak jauh berbeda seperti perlatan yang diletakkan di Genius Lab. Lalu sisa ruangan dibiarkan kosong begitu saja.

Si pemilik ruangan sendiri duduk di kursi putarnya dengan kepala mendongak dalam diam. Dari pantulan cermin lebar yang dipasang di dinding atas sisi depan Yoongi, Jungkook bisa melihat Si Produser itu memejamkan mata. Bisa jadi ia sedang tidur, atau memikirkan sesuatu sembari mendengar musik dengan volume kencang --yang membuat Jungkook buru-buru masuk dan menutup pintu.

Sepasang alis tebal Jungkook memincing, lagu yang menyambut gendang telinganya sejak membuka pintu beberapa detik lalu tidak asing.

Tentu saja, ini salah satu lagu di album debutku.

Lagu yang satu ini, sebanyak 80% credit-nya adalah Min Yoongi. Baik melodi maupun liriknya. Laki-laki bermarga Jeon itu mengangguk dua kali untuk kemudian memiringkan kepalanya bingung. Tapi liriknya terdengar berbeda.

Di salah satu lagu dalam album debut solo Jungkook, lagu ini berisi mengenai seberapa pentingnya kau untuk memiliki mimpi, kau harus bermimpi, kau harus hidup atas mimpimu sendiri, bukan mimpi orang lain. Tapi lagu yang didengarnya saat ini terdengar seperti sebaliknya. Tidak, bukan sebaliknya. Lirik yang didengarnya saat ini jelas bukan soal mimpi.

Midnight ThoughtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang