Untitled

1K 63 7
                                    

"Hyung, aku hamil." Daehwi berucap pelan pada sosok Bae Jinyoung di hadapannya.

"Mwo?“

" A-aku hamil hyung." Daehwi mengulangnya lagi. Tangannya gemetar meremas ujung sweater orange yang ia pakai.

"Bagaimana mungkin? Aku masih ingat jika kau ini laki-laki Lee Daehwi." Geram Jinyoung. Tangannya menggebrak meja ruang makan apartement kecil Daehwi dengan keras.

Daehwi semakin gemetar dibuatnya. Ia menggigit bibirnya dengan keras hingga anyir ia rasakan dimulutnya. Daehwi takut. Jinyoung adalah orang yang sangat temprament. Dan Daehwi sudah seperti boneka sexs dan samsak tinju untuknya.

"Gugurkan." Desis Jinyoung.

"Hyung mau aku mati?“ Daehwi memandang Jinyoung dengan wajah yang sudah penuh air mata.

Ini berat untuknya juga. Ia juga tidak menginginkan bayi ini. Dia tidak bisa. Dia terlalu muda untuk menjadi orang tua. Ditambah dengan fakta bahwa dia adalah seorang lelaki yang sudah bukan kodratnya untuk mengandung bayi.

Daehwi sama terpukulnya dengan Jinyoung. Rahim upnormal yang tumbuh dalam tubuhnya. Demi Tuhan yang ia sembah, Daehwi bahkan masih belum genap berusia 17 tahun.

Dokter mengatakan jika hal ini sangat beresiko. 50:50 perbandingannya. Hidup atau mati. Daehwi tidak bisa menggugurkan bayinya. Terlalu berbahaya. Disamping usia Daehwi yang terlampau muda hingga pendarahan internal yang parah. Oborsi sama dengan bunuh diri. Meskipun mempertahankan bayinya sama besar resikonya.

Dokter menyarankan untuk mempertahankan kandungannya hingga berusia 7 bulan. Itu cukup untuk bayinya lahir meskipun dengan kondisi premature. Tapi itu lebih baik dari pada harus membunuh dirinya dan bayinya kan?

Dan apa tadi Jinyoung bilang? Menggugurkannya??

"Kau matipun aku tidak perduli. Kau hanya mainan bodohku." Jinyoung tersenyum menang.

Daehwi menggeram. "Kau brengsek hyung." Desisnya.

"Kau berani padaku sekarang? Kau lupa apa yang sudah ibu sialanmu itu lakukan pada keluargaku hah?“ Jinyoung mencengkram rahang Daehwi dengan satu tangannya. Membuat Daehwi berdiri karena tarikannya.

" Aku menyesal mengenalmu. Dan aku lebih menyesal karena mencintaimu. Brengsek." Daehwi mencoba memberontak. Tangannya yang gemetar mencoba menyingkirkan tangan Jinyoung.

Plak

Tamparan keras dia terima dari Jinyoung. Daehwi jatuh tersungkur kelantai dengan keras. Sudut bibirnya berdarah dan pipinya memarah ditempat Jinyoung melayangkan tamparannya tadi.

"Aku akan menghancurkanmu dan bayi sialanmu itu." Jinyoung menatap sinis Daehwi yang berada dilantai. Meraih rambut coklat almont itu dan dalam satu tarikan, dia menyert Daehwi menuju ranjang kecil yang tak jauh dari sana.

"A-andwae Hyung. Mi-mianhe. Maaf maaf." Daehwi takut setengah mati. Jinyoung melucuti semua pakaiannya. Menelanjanginya dengan cepat lalu mulai melepas bajunya sendiri.

"Hahahha. Memohonlah sayang." Jinyoung tersenyum menang.

"Maaf maaf, aku yang salah. Maaf hyungg." Mohon Daehwi.

Jinyoung mengurut junior dengan tangannya sendiri. Membangunkan senjatanya. Dan tak berapa lama junior itu sudah berdiri tegak dan keras.

Daehwi menatapnya takut. Perutnya langsung terasa nyeri hanya dengan melihat Jinyoung yang marah dan akan memperkosanya lagi. Daehwi mencoba memundurkan dirinya. Wajahnya sudah pucat dan di penuhi air mata. Tapi Jinyoung sama sekali tidak memberi belas kasihannya.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang