Untitled-Home

405 58 9
                                    

Karma tidak selalu terjadi pada dirimu sendiri.
Karma bisa menyiksamu tanpa menyakiti tubuhmu.
Karma bisa membunuhmu hanya dengan menyakiti hatimu.
Selalu berfikirlah sebelum melakukan sesuatu.
.
.
PLAK

Sebuah tamparan keras menyapa pipi Jinyoung. Tubuhnya terhuyung karena tenaganya hilang begitu saja. Didepannya, seorang wanita menamparnya dengan wajah marah dan kecewa.

Wanita itu, dengan wajah penuh kecewa dan air mata, menampar pipi putra sulungnya dengan begitu keras.

"Umma kecewa padamu Jinyoung-ah." Ucapnya.

Mungkin dia tidak akan semarah ini jika sang putra sulung tidak menceritakan masalalu buruknya kepada seorang lelaki lain. Mungkin dia akan memeluk dan metinta maaf karena begitu egois telah meninggalkan kedua putranya.

Tapi ternyata, rasa kecewanya jauh lebih besar kepada sang putra sulung. Hatinya sudah hancur lebur melihat putra bungsu koma dan lebih lagi karena diperkosa. Dia kira hatinya sudah hancur tak berbentuk, tapi ternyata, Jinyoung masih sanggung mengecewakannya begitu besar.

"Umma tidak pernah mengajarkanmu untuk bersikap begitu brengsek dan pengecut Jinyoung-ah. Umma minta maaf karena tidak bisa mendidikmu dengan baik. Maafkan Umma." Wanita itu jatuh berlutut. Memeluk putranya dengan begitu erat dan menangis keras.

"Umma, maaf ini salahku. Maaf umma." Jinyoung ikut menangis. Terisak dan tergugu begitu saja dalam pelukan ibunya.

Dalam pelukan wanita yang begitu dirindukannya.

Ibunya pulang. Setelah sekian lama dan begitu banyak derita yang mereka lewati.

Mereka menangis bersama. Didepan tubuh terlelap Sinyoung yang masih tenggelam dalam bawah sadarnya. Jinyoung kembali menemukan rumahnya.

.
.

Daehwi mengelus perut buncitnya dengan sayang. Waktu perkiraan lahirnya tinggal beberapa minggu lagi. Daehwi tersenyum senang. Bayinya tumbuh dengan sehat. Terbukti dengan perutnya yang membuncit begitu besar. Seolah semua asupan makanan yang dia makan, hanya tersalurkan keperutnya.

Bayinya sudah cukup umur. Beberapa minggu lagi dan mereka akan lahir. Bayinya kembar. Lelaki dan perempuan. Daehwi tidak tau harus sebahagia apa menerima calon keluarga barunya. Dia tidak akan sendirian lagi.

Daehwi sudah menyiapkan nama untuk kedua bayinya.

Lee DaeJin untuk yang lelaki, dan Lee Heeyoung untuk anak perempuannya.

Memutuskan untuk memberikan mereka marga Lee alih-alih marga Bae dari ayah kandung mereka. Daehwi tidak ingin membebani Jinyoung lagi. Biarlah bayinya hanya miliknya seorang.

Mengambil sebuah foto cetak hitam putih hasil USGnya yang terakhir. Bayinya sudah dalam posisi. Tinggal menunggu beberapa minggu lagi dan mereka akan lahir.

Daehwi mendapat cuti lebih awal. Karena cafe tempatnya bekerja sedang tutup untuk beberapa lama. Sang pemilik harus pulang ke korea untuk beberapa waktu. Ada masalah yang harus diselesaikan. Dan Daehwi tidak tau masalah apa itu.

Daehwi menatap ujung kakinya yang tertutup selimut biru mudanya. Hari sudah cukup dingin karena musim dingin sudah hampir datang. Kamar apartment murahnya tak memiliki penghangat ruangan. Jadi Daehwi benar-benar bergantung pada selimutnya.

Rasa rindu dan cintanya pada Bae Jinyoung tidak bisa semudah itu pudar. Terlebih Daehwi meyakini jika semua hal buruk yang menimpanya tidak semua salah Jinyoung. Cinta pertamanya itu juga terluka. Sama besar seperti dirinya.

Andai suatu hari dia mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Jinyoung lagi, Daehwi hanya ingin meminta maaf atas semua derita Jinyoung yang diakibatkan oleh ibunya.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang