Untitled-Destiny

547 67 29
                                    

Siyoung menggerutu kesal. Dia ditinggal sendirian dirumah sakit. Jinyoung tidak bisa menemaninya dengan alasan yang banyak sekali. Dan Siyoung sama sekali tidak mengharapkan ayahnya yang super sibuk akan menyempatkan dirinya untuk menemani si anak bungsu yang sedang sakit. Bahkan Siyoung pernah berfikir jika ayahnya sudah tidak menganggapnya ada lagi. Hahahha.

Bibir Siyoung mengerucut. Entah kenapa hari ini dia merasa bosan setengah mati. Dia tidak seperti ini semalam. Karena teman-teman hyungnya datang untuk menjenguk dan menemaninya walau hanya sebentar. Dan sekarang dia sendirian.

Siyoung menggaruk kepalanya yang sedikit gatal dengan tangannya yang tidak tersambung infus. Dia sudah menyelesaikan sarapannya dan merasa lebih baik dari pada kemarin. Tubuhnya benar-benar lemas dan semua seolah berputar kemarin. Dan dia masih harus dirawat untuk beberapa hari karena hemoglobinnya yang masih terlalu rendah.

Siyoung menarik tiang infusnya dan menjadikannya pegangan. Dia memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar.

Setelah mengenakan selop rumah sakitnya, Siyoung melangkah perlahan keluar kamar rawatnya. Memutuskan untuk mengunjungi taman kecil yang berada di tengah ruang kosong rumah sakit ini. Yang tidak seberapa jauh dari kamarnya.

Taman itu sudah ramai oleh beberapa pasien yang tengah berjemur dan menikmati cahaya matahari pagi.

Dan entah bagaimana ceritanya, mata Siyoung seolah tertarik pada satu pasien yang sedang duduk diatas kursi roda dengan selang infus dipangkuannya dan tabung oksigen kecil yang menempel dikursi rodanya.

Sosok itu memiliki rambut almont yang sedikit panjang. Dan Siyoung tidak bisa menebak apakah dia perempuan atau laki-laki.

Rasa penasaran sudah memuncak. Siyoung memutuskan untuk mendekati sosok itu. Dan dari dekat, Siyoung bisa melihat sosok itu begitu indah. Matanya terpejam menikmati hangatnya sinar mentari. Meski kecantikannya terhalang selang oksigen yang bertengger di hidung mancungnya.

Siyoung memandangnya. Begitu lekat. Dengan posisi berhadapan dengan Siyoung berdiri didepan sosok itu dan berjarak 2 meter.

Sedetik kemudian, sosok itu membuka matanya. Menampakkan kelopak mata tak seimbang miliknya. Siyoung tertegun dan setelahnya membungkuk kikuk, dia merasa seperti ketahuan melakukan sesuatu yang salah.

Sosok itu tersenyum. Sangat cantik lalu melambaikan tangannya menyuruh Siyoung mendekat.

Siyoung mendekat. Membuatnya berdiri tepat didepan kursi roda sosok itu. Siyoung membungkuk sekali lagi. Merasa bersalah karena sudah memandang orang lain begitu lekat.

"Jeo-jeosong hamnida. Saya tidak bermaksud memandang anda begitu lekat. Maafkan saya." Siyoung membungkuk lagi.

Sosok itu tersenyum lagi. Lebih manis dari yang sebelumnya. Lalu tangannya melambai lagi, seolah menunjukkan kalau dia tidak apa-apa dan tidak keberatan.

"Daehwi-ssi, anda harus kembali keruangan sekarang." Seorang suster menghampiri mereka dan berdiri di belakang kursi roda sosok itu. Yang baru Siyoung ketahui bernama Daehwi.

Daehwi melambaikan tangannya kepada Siyoung sebagai tanda perpisahan. Dan dibalas dengan lambaian tangan serupa oleh Siyoung. Siyoung tersenyum. Entahlah, baru pertama kali dia bertemu dengan sosok itu, tapi Siyoung langsung menyukainya. Bukan suka seperti seorang kekasih, hanya saja Siyoung merasa nyaman dengan sosok itu.

Siapa tadi namanya? DaeHwi? Siyoung menggelengkan kepalanya sejenak. Dia sepertinya pernah mendengar nama itu. Tapi kapan ya? Siyoung menggaruk kepalanya yang tidak gatal, matanya menatap sosok Daehwi yang sudah hampir menghilang di ujung koridor.

"Kenapa disini?" Dan Siyoung terjingkat saat sebuah tepukan kecil menghampiri bahunya. Siyoung menoleh dan mendapati sang kakak tengah berdiri dibelakangnya. Siyoung memandang kakaknya cemberut lalu memukuli lengan Jinyoung dengan kesal.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang