Untitled-Can I?

488 56 4
                                    

Jatuh cinta memang mudah
Semudah Samuel jatuh dalam pesona seorang Lee Daehwi yang tidak mempesona
Tapi setiap orang berhak atas cinta kan?
Jatuh cinta, mencintai dan di cintai
.
.

Jika kalian bertanya apa yang membuat Samuel jatuh hati pada sosok Lee Daehwi, mungkin kalian harus menelan kecewa, karena Samuel sendiri tidak mengerti apa yang membuatnya jatuh hati pada sosok rapuh disebelahnya.

Mereka berjalan beriringan. Dengan Samuel menggenggam erat tangan kanan Daehwi yang begitu mungil dibanding dengan tangannya.

Sudah hampir musim dingin. Mungkin beberapa minggu lagi, salju pertama akan turun. Udara sudah mulai berangin dan dingin. Membuat Daehwi sedikit mendesis kedinginan dan Samuel dengan gugup membawa jemari-jemari mungil itu dalam genggamannya.

Tidak ada pembicaraan diantara mereka. Baik Daehwi maupun Samuel sedang mencoba menetralisir detak jantung mereka yang berdetak lebih cepat lebih dari biasanya. Dan jangan lupakan semburat merah di pipi Daehwi yang tirus.

Daehwi malu sekaligus gugup. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir Jinyoung menggenggam tangannya seperti ini. Saat awal-awal perkenalan mereka.

Daehwi sedikit terpaku saat nama Jinyoung kembali terlintas begitu saja. Langkahnya terhenti sejenak dan Daehwi terpaku. Kenapa dia begitu merindukan Jinyoung sekarang? Saat dia bersama Samuel? Jahat sekali bukan?

"Hei, kau tak apa?“ tanya Samuel sudah berdiri tepat didepan Daehwi.

Daehwi tak menjawab. Dia hanya menunduk dalam hingga rambut sebahunya yang tidak ia ikat jatuh menutupi wajahnya. Daehwi merasa perasaannya sangat buruk ketika mengingat Jinyoung. Daehwi merindukan ayah dari bayinya.

Samuel menangkup wajah Daehwi dengan dua telapak tangannya. Mendongakkannya hingga mata tajamnya bertemu dengan mata sayu Daehwi yang sudah hampir menangis.

Daehwi memalingkan wajahnya kesamping. Memutus kontak mata diantara mereka lalu menyeka air matanya yang hampir jatuh dari sudut matanya. Daehwi tidak suka terlihat lemah.

" Aku tidak tau apa yang kau pikirkan. Tapi, ada aku disini. Dan semua akan baik-baik saja." Ucap Samuel dengan menggenggam kedua tangan Daehwi.

Daehwi mencoba menatap Samuel. Mendongak dan melihat betapa baiknya pemuda didepannya ini. Daehwi tidak berharap lebih pada orang yang sangat sempurna seperti Samuel. Ia tidak ingin patah hati lagi.

"I am okay." Balas Daehwi setelahnya lalu menunjukkan senyum sejuta watt nya.

"A-ayo. Kebaktian-nya akan segera mulai." Giliran Samuel yang memalingkan wajahnya. Pipinya memerah hanya dengan melihat senyum Daehwi. Oh My God.

Daehwi ganti bergelayut di lengan Samuel. Membuat mereka berdua tampak seperti pasangan yang manis.

Tak lama mereka tiba di gereja katedral yang cukup besar di pusat kota. Gereja dengan nuansa putih dan cream yang sangat menyejukkan. Sudah banyak jemaat yang lain didalam dan beberapa baru akan masuk dan duduk.

Iringan lagu dari paduan suara langsung menggema begitu Daehwi memasuki gereja itu. Matanya mengedar mencari tempat kosong yang bisa dia tempati. Dan sebuah bangku nomor 4 dari depan menjadi pilihannya.

Daehwi menarik tangan Samuel agar mengikutinya. Dan mereka mengikuti kebaktian hari ini dengan hikmat.

Acara selesai satu jam kemudian. Sebagian besar jemaat sudah keluar dari gereja. Beberapa lainnya tetap tinggal dan berdo'a dengan khusyuk. Begitupun dengan Daehwi dan Samuel. Daehwi maju kedepan patung Yesus yang tersalib. Memposisikan diri berlutut dengan tangan bersatu diatas mimbar kecil tempat berdo'a. Matanya terpejam dengan rapat.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang