Untitled-One of those night

457 57 17
                                    

Jika kalian bertanya, dalam 20 tahun hidupnya, apa yang paling membuat seorang Bae Jinyoung menyesal? Jawabannya adalah, ketika dia menelfon ayahnya tentang keberadaan ibu Daehwi.

Jinyoung tak menyesal detik itu, tapi sehari setelahnya Jinyoung Benar-benar menyesal. Hingga dia berharap agar bisa menghapus ingatannya tentang kejadian buruk itu.

Apa yang bisa dia harapkan? Dia menelpon ayahnya agar wanita itu bisa dipenjara karena melakukan penipuan saham terhadap perusahaan ayahnya. Ya, setidaknya itu yang Jinyoung pikir setimpal. Tapi tidak bagi ayahnya.

Jinyoung tidak pernah menyangka, ayahnya bisa menghabisi nyawa seseorang hari itu. Tepat didepan matanya. Seorang ibu dari lelaki remaja yang pernah mengisi hidupnya.

Jinyoung menemukan keberadaan ibu Daehwi 5 bulan yang lalu. Di bandara. Tapi Jinyoung tidak melihat sosok Daehwi sedikitpun.

Jinyoung mengikuti anak buah ayahnya. Dan untuk pertama kalinya, Jinyoung melihat sosok wanita yang menghancurkan keluarganya. Yang membuatnya menghancurkan hidup Daehwi.

Jinyoung hampir meraih tangan wanita itu. Tepat didepan terminal keberangkatan menuju Chicago Amerika. Tapi dalam jarak pandang satu meter, Jinyoung melihat bagaimana wanita itu diseret dan dibawa dengan paksa oleh pria pria seram suruhan ayahnya.

Jinyoung ingin menolong, tapi apa yang bisa dia lakukan? Jinyoung hanya mengikuti mereka dalam diam.

Jauh sekali perjalanannya. Hingga rasanya jauh sekali dari pusat kota Seoul.

Jinyoung tidak menyangka ayahnya akan sekejam ini. Jinyoung tidak pernah berfikir ayahnya akan mampu menghabisi orang yang pernah dicintainya dan diberikan segalanya, dengan tangannya sendiri. Jinyoung tidak pernah memikirkannya hingga dia melihatnya sendiri.

Dia melihat dengan jelas ketika ayahnya mengacungkan pistolnya di kening ibu Daehwi. Dia mendengar dengan jelas suara raungan ibu Daehwi berharap dia masih hidup dan bertemu putranya. Jinyoung ingin sekali bertanya dimana Daehwi sekarang. Tapi Jinyoung langsung mengambil langkah mundur ketika suara tembakan terdengar.

Dihadapannya, dengan jarak 10 meter, Jinyoung dengan jelas melihat apa yang ayahnya lakukan. Dan dia juga melihat dengan jelas bagaimana mata meloto ibu Daehwi dengan darah mengalir dari keningnya.

Jinyoung masih belum selesai dengan keterkejutannya. Dia tidak pernah berfikir ayah yang sangat di hormatinya bisa berbuat hal se kejam itu. Dan Jinyoung masih ingat dengan jelas bagaimana tubuh mati ibu Daehwi di pakaikan pemberat dan di buang kedasar danau yang tak jauh dari sana.

Dalam hatinya, nama Daehwi tiba-tiba terlintas. Ibu anak itu sudah mati. Apa yang akan Daehwi lakukan? Bocah itu hanya 2 tahun lebih tua dari adiknya. Dan harus benar-benar sebatang kara didunia ini. Jinyoung harus memastikan jika ayahnya tidak akan menemukan keberadaan Daehwi. Atau Daehwi akan bernasib sama dengan ibunya.

Dalam 5 bulan ini, Jinyoung bahkan lupa bagaimana rasanya tidur nyenyak. Dia masih belum menemukan keberadaan Daehwi. Tidak juga keberadaan Ibunya sendiri. Jinyoung sudah sangat lelah dan bosan harus memberikan pengertian pada adiknya. Jinyoung muak ketika Siyoung bertanya dimana ibunya? Atau kenapa Ibu mereka tak pulang-pulang? Atau ketika Siyoung merindukan orang tuanya. Dan sekali ketika Jinyoung sudah berada pada batas kewarasannya, dia membentak adiknya. Memarahinya dengan begitu kasar agar sang adik berhenti mengganggunya dengan pertanyaan tentang ibu sialan mereka yang pergi entah kemana. Dan Jinyoung kehilangan adik yang selalu bergantung padanya.

Terlebih, setiap Jinyoung mencoba untuk tidur, bayangan tentang kematian Ibu Daehwi terlintas begitu saja. Menghantui dirinya.

Hidup Jinyoung berantakan. Adiknya yang dulu sangat bergantung padanya, sekarang memandang Jinyoung dengan takut.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang