Untitled-Beautiful Life

511 53 8
                                    

Jinyoung menatap sosok Lee Daehwi yang sudah begitu lama tidak dia lihat. Kalian tau? Sesuatu baru terasa berharga setelah mereka pergi. Begitupun Daehwi bagi Jinyoung.

Lelaki mungil itu sudah tertidur. Dengan kompresan yang Jinyoung beli di minimarket depan gang. Daehwi mendadak demam cukup tinggi. Keringat dingin menguar begitu banyak dari pori-pori wajahnya yang pucat.

Jinyoung sudah mengganti baju Daehwi 2 kali. Dengan kaos besar yang dia temukan. Sekali lagi, Jinyoung dibuat takjub oleh orang yang dicintainya itu.

Daehwi menyamar sebagai perempuan. Dia memakai bra dan menyumpalnya dengan sepasang kaos kaki. Untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa dia adalah perempuan. Demi bayinya.

Jinyoung memposisikan dirinya dipinggir ranjang. Duduk berlutut dengan kepala bertumpu pada ranjang Daehwi.

Dia tidak pernah menyangka usaha untuk meminta maaf Daehwi berjalan begitu mudah. Daehwi langsung memaafkannya. Tanpa tamparan atau cacian atas apa yang sudah Jinyoung lakukan padanya. Daehwi memang orang yang baik. Dan Jinyoung semakin merasa menjadi orang brengsek sekarang.

Jinyoung meraih jemari kurus Daehwi. Mengelusnya dengan lembut dan menggenggamnya. Menciumnya dengan sayang meletakkannya dipipinya.

Sekali lagi, Jinyoung bahkan tak pernah membayangkan jika jemari kurus dan lentik itu akan bisa dia genggam lagi.

Tangan Jinyoung berpindah. Dengan gamang tangannya diudara. Ragu-ragu ingin menyentuh bayinya yang masih berada didalam perut Daehwi.

Telapak tangannya sudah berada diatas perut buncit Daehwi. Matanya membulat. Ada yang bergerak dibalik kulit perut Daehwi. Bayinya ada didalam sana. Tumbuh dengan sehat.

Dug

Sebuah tendangan pelan mengenai telapak tangannya. Begitu lembut tapi Jinyoung masih bisa merasakannya. Hatinya menghangat. Matanya berkaca-kaca. Pandangannya syarat akan rasa bersalah yang begitu besar.

"Aegy-ah. Appa-ga mianhe." Lirihnya. Mengelus dengan sayang perut buncit itu.

Jinyoung menangis dalam diam. Bayinya tumbuh dengan baik. Bolehkah dia mengatakan jika mereka adalah bayinya setelah Jinyoung menyumpahi agar mereka mati dulu? Bahkan hampir membunuh mereka? Bolehkah Jinyoung bersyukur jika Daehwi masih hidup? Bolehkah dia memberikan secuil bahagia setelah begitu banyak luka yang dia torehkan?

"Mianhe. Jeongmal mianhe."

Isakan lirih Jinyoung memenuhi kamar sempit itu.
.
.
.
A long sigh room when passing by put your hands out
Hold your hands
I'm not afraid of anything
.
.

Samuel berdiri didepan pintu apartment Daehwi. Ragu apakah dia harus mengetuk pintunya atau pulang tanpa bertemu dengan wanita yang disukainya.

Hatinya berkecamuk. Siapa tamu Daehwi kemarin? Apakah teman? Kenalan atau bahkan dia adalah ayah dari bayi Daehwi?

Samuel menggelengkan kepalanya. Opsi terakhir benar-benar menganggunya.

Samuel sudah jatuh cinta pada Daehwi sejak kali pertama melihatnya dihalte bus. Tapi apa yang harus dia lakukan jika benar orang yang kemarin adalah ayah dari bayi Daehwi? Apakah dia benar-benar kalah sebelum sempat menyatakan perasaannya pada Daehwi?

Menghembuskan nafasnya kasar, Samuel lebih memilih untuk berbalik dan pulang. Hatinya belum siap untuk menerima opsi terakhir yang dipikirkannya.

Tapi baru 2 langkah, suara pintu terbuka membuat langkahnya terhenti. Samuel menoleh. Sosok itu yang membuka pintu. Bukan Daehwi.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang