Sosok itu datang bagaikan bintang jatuh yang memberi Daehwi harapan. Sosok remaja yang tiga hari ini menunggunya dihalte bus yang mengantarkannya pulang.
Daehwi sudah menyerah dengan cinta. Dia pernah memberikan cinta sepenuhnya untuk sosok Bae Jinyoung. Tempat yang dia anggap rumah tetapi ternyata hanya tempatnya singgah.
Tapi sosok itu berbeda. Lelaki sebayanya yang mengulurkan tangannya memberi Daehwi tempat duduk untuk menunggu busnya. Saat orang lain tidak peduli.
Daehwi tau namanya. Samuel Aredando. 17 tahun. Samuel sendiri yang mengajaknya berkenalan. Mereka berteman dalam tiga hari pertemuan mereka.
Daehwi kembali merasa harus banyak bersyukur kepada Tuhan karena dipertemukan dengan banyak orang baik ditengah kemalangan hidupnya.
Terkadang, Daehwi masih merindukan ibunya. Apalagi dengan kondisinya yang hamil besar sehingga memerlukan banyak bantuan. Tapi Daehwi harus hidup sendiri setelah ibunya menghilang.
Hari ini hari minggu. Daehwi mendapat libur tempat kerjanya. Dia ingin pergi ke gereja hari ini. Dan Samuel berbaik hati ingin menemaninya.
Pukul sembilan, dan Samuel sudah mengetuk pintu flat kecilnya. Daehwi memakai mantelnya. Lalu membenarkan letak syal coklat muda yang dipakainya. Membukan pintu untuk Samuel dan menyuruhnya masuk.
"Masuklah, aku akan segera selesai." Ucap Daehwi, lalu mengernyit kecil dan bergegas kekamar mandi.
"Daehwi-ah, kau tak apa?" Samuel heran. Daehwi sudah berpakaian lengkap tinggal memakai sepatunya dan malah berjalan perlahan menuju kamar mandi.
Beberapa menit berlalu, dan Daehwi sudah menyelesaikan urusannya dikamar mandi. Dan menunjukkan cengirannya pada Samuel.
"Wajar untuk ku begitu sering ke kamar mandi. Kau kira bayiku tidak menekan kandung kemihku? Hahaha?" Balas Daehwi dengan ceria. Lalu berusaha mengambil sepatuya yang berada di sebelah pintu.
Samuel memperhatikannya. Setiap gerakan Daehwi, bagaimana Daehwi berjalan dengan begitu hati-hati dan perlahan.
Samuel mendekatinya ketika Daehwi sedikit kesusahan untuk mengambil sepatunya karena terganjal perut besarnya.
Samuel mengambil sepatu Daehwi. Membawanya di tangan kiri sedangkan tangan kanannya membantu Daehwi berjalan menuju ranjang kecil tempat tidur Daehwi.
Dalam diam, Samuel membantu Daehwi memakai sepatunya. Memasangkan kaos kaki agar telapak kaki Daehwi tak kedinginan di akhir musim gugur ini. Memakaikan sepatu lusuh itu dengan hati-hati dan memastikan jika Daehwi nyaman dengan sepatunya.
Daehwi tertegun memandang Samuel yang berlutut dihadapannya. Memasangkan sepatunya. Kenapa Daehwi justru rindu sekali pada ayah dari bayinya sekarang? Kenapa Daehwi rasanya ingin sekali saja Bae Jinyoung hadir didepannya, bersikap manis padanya seperti dulu.
Bolehkah setidaknya berharap?
Daehwi tersenyum hambar. Apa yang dia harapkan? Bae Jinyoung tidak akan pernah kembali seperti dulu. Sudah terlalu banyak luka yang ibunya berikan untuk Bae Jinyoung. Dan Daehwi sungguh tak berharap banyak.
"Apakah nyaman?" Samuel mendongak. Menatap Daehwi yang entah kenapa terlihat akan menangis.
Samuel tau jika Daehwi adalah seorang Sigle Mom. Yang melewati masa beratnya sendirian. Dan Samuel ingin menjadi temannya.
Daehwi mengangguk dan tersenyum begitu manis sebagai rasa terimakasihnya. Samuel tertegun seketika. Jantungnya berpacu begitu cepat hanya dengan melihat Daehwi, perempuan seusianya yang tengah hamil besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
FanfictionJinhwi Yaoi Fanfiction Male Pregnancy Hurt Comfort Mature content 🔞🔞🔞🔞