Untitled-De Javu

581 70 5
                                    

Menjadi seorang Bae Jinyoung tidak semudah yang dikatakan orang-orang yang iri terhadapnya. Mereka selalu mengatakan betapa sempurna hidup Jinyoung. Menjadi putra mahkota seorang konglomerat di negara ini. Hidup dengan sendok emas yang sudah dia gigit sejak lahir. Apapun yang diinginkan pasti akan terkabul.

Hidup Jinyoung seperti yang mereka katakan, pada awalnya. Apapun akan dia dapatkan hanya dengan meminta. Ayahnya akan memberikannya. Dimata Jinyoung dan Siyoung-adik Jinyoung- ayah mereka adalah orang yang paling mereka kagumi dan banggakan, dulu. Ayahnya yang gila kerja itu masih akan menyempatkan diri untuk bermain dengan mereka. Dan ibunya yang cantik dan sempurna, merawat mereka dengan baik.

Tapi semuanya berubah. Hidup Jinyoung yang seperti pangeran musnah. Ayahnya menuntut dirinya mempelajari bisnis untuk membantu ayahnya diperusahaan. Waktu yang semula hanya untuk bersenang-senang hilang.

Seorang wanita datang kehidupnya. Merusak kebahagiaannya dengan menjadi orang ketiga diantara orang tuanya. merusak pandangan Jinyoung muda pada dalamnya arti cinta dan keluarga.

Jinyoung yang terbiasa hidup dengan cinta, harus menerima hancurnya keluarga. dan Jinyoung tidak bisa menerimanya.

"Yak, Bae Jinyoung. Mau kemana kau anak nakal?" sudah cukup lama Jinyoung mendengar teriakan dan gerutuan dari ayahnya. Sejak ibunya memutuskan untuk pergi dan meninggalkan Jinyoung dengan ayah dan adiknya.

"Hyungie, eodiga?" suara kecil itu menghentikan Jinyoung. Adiknya berdiri mengintip di celah pintu kamarnya. Jinyoung memutuskan menghampiri adik manisnya.

"Siyoung-ie, Hyung mau mau pergi sebentar. Kau dirumah saja eum?" Jinyoung mengusak rambut adiknya yang manis itu. Dan dijawab dengan gelengan pelan oleh sang adik.

"Kka-kajima Hyung." Pelupuk mata Siyoung sudah mulai berair. Dia tidak suka hanya berdua dengan ayahnya dirumah. Dia tidak suka mendengar ayahnya selalu marah-marah. Dan Siyoung sangat merindukan ibunya.

"Hyung, umma kapan pulang?" pertanyaan kecil itu membuat hati Jinyoung teriris. Adiknya masih terlalu kecil untuk mengerti. Dia bahkan baru berumur 15 tahun untuk mengerti kondisi keluarga mereka yang sudah hancur. Dan lagi-lagi, Jinyoung ingin sekali ganti menghancurkan jalang yang sudah merusak keluarganya.

Jinyoung memaksakan senyum dibibirnya. Lalu membawa adik kecilnya kedalam pelukan. "Umma akan segera pulang dan menjemput kita. Siyoungie tunggu dirumah eum?"

"Yaksok?" Siyoung menatap wajah mungil kakaknya yang jauh lebih tinggi darinya. Mencoba mencari keyakinan di manik hitam kakaknya.

"Ne. Hyungie yakseok." Jinyoung memeluk adiknya sekali lagi dan mengecup pucuk rambutnya sebentar. Lalu mengantarkan adiknya kedalam kamar.

"Hyung pergi sebentar eum? Kalau Appa marah-marah lagi, kunci kamarmu. Arraseo?"

Siyoung mengangguk ragu. " Hyung cepat pulang. Jangan lama-lama." lirihnya. Dan di jawab dengan anggukan oleh Jinyoung.
.
.
.

Jika kau bertanya, kenapa semua orang berubah?
Karena luka dan cinta bisa mengubah malaikat menjadi iblis, begitupun sebaliknya.

.
.
.

Terhitung sudah sebulan Jinyoung tidak menemui Daehwi. Sejak insiden pengakuan kehamilan dan berakhir dengan dirinya memperkosa Daehwi semalam suntuk. Jinyoung tidak tau bagaimana Daehwi sekarang. Tapi Jinyoung pun juga tidak perduli. Untuk apa dia perduli pada orang yang sudah menghancurkan hidupnya?

Jinyoung melewati jalan ini lagi. Jalan yang hampir tiap malam dia lewati untuk menuju rumah Daehwi. Entah kenapa dia melajukan mobilnya kesana. Rindukah? Tidak mungkin kan.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang