Minta semangatnya dongg.
***
Hari ke-3
Rachel.
Gue hampir tak berkutik, ketika mata gue mendapati sebuah pemandangan sederhana, tapi mampu membuat gue betah-betah melihatnya.
Dyo Stuart.
Temen sebangku gue yang saat ini sedang sibuk berkutat dengan tulisan-tulisan di depannya. Kulitnya putih, hidungnya mancung, terus bibirnya imut.
Sungguh pemandangan yang luar biasa.
"Gak capek apa liatin aku terus?" tiba-tiba cowok yang udah sekitar setengah jam gue liatin itu mengeluarkan pertanyaan.
Gue tersenyum simpul, kemudian menggeleng keras, "Nggak, tuh. Gue adem liat muka lo."
Satu perbedaan besar antara gue dan Dyo. Dyo itu orangnya sopan banget, gak sombong dan perhatian. Bicara sama gue aja pake aku-kamu. Sedangkan gue yang emang tipikal orang masa bodoh, gak bisa seimbangi sopannya Dyo. Gue ya tetap gue. Gak ada sejarah gue bicara formal sama orang-orang. Terkecuali untuk kaum yang lebih tua dari gue.
"Nih, udah selesai. Masih ada yang bisa aku tulis?" ucapnya kemudian menyerahkan dua buah buku tulis ke gue. Dari tadi itu, Dyo sebenarnya menyalin catatannya di buku gue. Karena tiba-tiba aja tadi tangan gue rada-rada keram gitu. Makanya gak bisa nulis.
And finally, Dyo yang nulis buat gue. Kurang baik apa lagi coba?
Gue menyengir, lantas tangan kurus gue meraih buku-buku gue, "Nggak ada lagi, kok. Makasih banget, yah."
Dia ngangguk kemudian tersenyum, "Urwell."
Itu yang gue suka dari Dyo. Senyumannya. Senyumnya itu beda dari yang lain.
He have a love smile.
Ketika dia senyum. Gue bisa lihat bentuk love tercetak di bibirnya Dyo. Serius.
"Rachelllll!" sebuah suara melengking menghentikan aktifitas mengobrol gue dengan Dyo. Di depan pintu, sudah ada sosok cewek berambut sepunggung berdiri sambil ngos-ngosan.
Chaeri Stella. Cewek yang menjabat sebagai sepupu gue. Oh God, sepertinya gue lupa sesuatu karena terlalu asyik sama Dyo.
Gue punya janji makan siang sama Chaeri. Pasti cewek itu lari-lari dari gedungnya untuk nyamperin gue ke gedung Kedokteran.
"Astaga, Chaer. Gue lupa." pekik gue saat Chaeri berjalan dengan muka seremnya menghampiri gue dan Dyo.
"Gue udah nungguin lo dari tadi. Dan lo di sini berduaan sama si Dyo."
Gue menyengir, "Maaf deh. Yuk, kita ke kantin. Gue yang traktir." ucap gue sambil memohon pada Chaeri. Untungnya Chaeri itu orangnya matre kalau lagi di gue. Makanya gue rada-rada gampang cari solusi kalau dia ngambek di gue.
"Mau join gak, Yo?" tanya Chaeri pada Dyo. Dyo tersenyum, kemudian mengangguk. Jarang banget seorang Dyo Stuart mau makan bareng di kantin. Karena menurutnya, makanan buatan Ibunya yang dia bawa tiap hari itu cukup untuk mengganjal perutnya.
Selain praktis, hemat, juga steril katanya. Makanan di kantin siapa yang bisa nebak asal usulnya. Itu kata Dyo.
"Tapi kita makan di kantin FH, yah?" ucap Chaeri saat kita bertiga udah keluar dari kelas gue.
Gue menoleh dengan cepat ke arah Chaeri. FH dia bilang?
"Ngapain di kantin Hukum, sih? Kan janjiannya di kantin HI." ucap gue kesel.
"Aduh, gue ada janji ketemu sama Baekki. Hitung-hitung lo juga ketemu sama Sehun." mendengar nama Sehun, membuat gue mencubit lengan Chaeri keras.
"Gue nggak ada hubungan sama dia. Jadi, stop untuk sangkut pautin gue sama dia."
"Heleh. Besok-besok lo nangis karena Sehun ke gue, gue suruh lo traktir gue makan."
"Ck, siapa takut."
Itu yang sering terjadi antar gue sama Chaeri, selalu bertengkar, tapi pada akhirnya selalu sama-sama. Sedangkan Dyo yang tipikal orang gak kepo, cuman bisa geleng-geleng kepala liat tingkah gue sama Chaeri.
Sekitar lima menit, kita bertiga sampai di kantinnya anak Hukum, gue yang tipikal emang care sama Dyo, langsung narik tangannya untuk cepat-cepat mengambil spot kosong yang tinggal sedikit.
Chaeri? Mana gue peduli. Toh, dia juga palingan janjian sama Baekhyun.
Gue terus berjalan, tanpa gue sadari sepasang mata udah dari tadi ngikutin gerak-gerik gue. Gue baru sadar itu ketika Baekhyun tiba-tiba datang entah dari mana dan langsung narik tangan gue yang tadinya pegangin tangannya Dyo.
"Woi, kamprett!" semprot gue tanpa peduli kalau orang-orang mulai natap gue.
"Diem. Gue harus pisahin lo sama Dyo sebelum setannya Sehun muncul." gue berhenti berjalan. Mengedarkan pandangan gue ke sana-sini.
And assa!!
Gue akhirnya melihat eksistensi Sehun duduk di pojok kantin sama Chanyeol dan juga Chaeri.
Dan sialnya, si Baekhyun udah narik gue ke sana.
Gue duduk tanpa sepatah kata pun. Mata elang Sehun sama sekali nggak lepas dari gue. Gue menoleh ke belakang dan mendapati Dyo masih berdiri di tempatnya.
"Dyo, sini." seru gue sambil melambai-lambaikan tangan pada Dyo. Cowok yang lebih tinggi dari gue itu berjalan lambat, kemudian netra gue mengarah pada Sehun.
"Kali ini aja." lirih gue. Sehun melepas pandangannya dari gue, berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri gue, mengambil spot kosong di samping gue, dan membiarkan Dyo duduk di tempatnya tadi.
"Gak pa-pa duduk di situ, kan? Gue lagi pengen deket sama cewek kesayangan gue soalnya." ucap Sehun dengan nada yang nggak enak didengar menurut gue.
Dyo yang notabene orang tenang, tersenyum kemudian duduk di sana. Sedangkan Chanyeol, Baekhyun dan Chaeri cuman bisa bungkam.
"Chaeri!" sampai tiba-tiba sebuah suara mengalihkan atensi kami semua.
Seorang gadis berambut panjang, hidung mancung, kulit putih, dan berwajah cantik, berlari menghampiri meja kami.
Naya berdiri dengan excited, "Sasha!" pekiknya. Kemudian kedua cewek itu berpelukan.
"Sasha apa kabar?" sapa Baekhyun pada cewek itu. Yang gue gak paham adalah, gue baru liat cewek itu di Interland.
"Baik, kok. Kalian semua apa kabar?" pandangan cewek itu mengarah pada satu persatu dari kami yang ada di sini. Hingga tatapannya mengarah pada Sehun .
Ada satu hal yang bisa gue simpulkan dari tatapannya.
Tatapannya menyiratkan sebuah rasa.
Tatapannya beda untuk Sehun. Antara gue yang sok tahu, atau itu emang betulan.
***
B e r s a m b u n g
KAMU SEDANG MEMBACA
99 Days (RSB 3) (Complete) ✔
أدب الهواةGue pinjem 99 hari lo buat buktiin kalau gue serius sama lo.. #update setiap Selasa& Kamis. Start 03 Desember 2018 END 08 Agustus 2019