10. One Better Day.

3.6K 554 43
                                    

Hellau...


***

Hari ke-17.

Sehun.

Gue senyum. Senyum lebar banget. Liat muka tidur seorang Amanda Rachelia Withlove, bikin gue berpikir gue kayaknya orang baik deh di masa lalu, Tuhan kok bisa yah kirim cewek ini di hidup gue. Kayak dapat emas tahu, gak? Segitu berartinya Rachel buat gue.

Gue terlalu fokus liat mukanya Rachel, sampai gak sadar, kalau ternyata kedua iris cokelat milik Rachel udah merhatiin gue.

"Astaga." serunya girang. Dia langsung duduk dengan tidak sabarnya, terus natap gue gak percaya.

"Sejak kapan lo siuman?" tanyanya lagi.

Gue berpikir sejenak, kemudian menjawab.

"Satu setengah jam yang lalu mungkin?" tebak gue.

Rachel membulatkan mulutnya, bikin gue gatel buat cium bibir mungilnya Rachel sekarang juga. Tapi, untuk saat ini, gue masih diambang sadar, kok. Walaupun kepala gue masih diperban.

"Terus kenapa gue di sini?" tanyanya sambil nunjuk ranjang pasien. Seharusnya sih gue yang tiduran di sana. Tapi, gue gak tega liat Rachel tidur dengan posisi duduk. Gak nyaman banget.

"Gue mana tega liat lo tidur sambil duduk, Chell." ucap gue jujur.

"Sehun. Lo tuh baru aja kecelakaan beberapa jam yang lalu. Gak liat kepala lo diperban? Siapa yang tahu kalau ternyata setelah lo ngangkat gue, tulang-tulang lo ada yang patah. Sana kembali ke tempat lo." ucapnya marah kemudian beranjak pergi. Gue langsung aja nahan Rachel yang udah siap-siap turun dari ranjang. Gue naik di atas ranjang, dan tanpa aba-aba, gue langsung narik dia ke pelukan gue kemudian membaringkan tubuh kita berdua.

"Eh sinting! Lo gila, yah?" cacinya kasar ke gue. Bodo amat, yang penting sekarang gue mau peluk Rachel dulu.

"Bentar aja, Chell. Gue kangen." lirih gue pelan. Kalimat gue berhasil membuat Rachel yang semula meronta dari pelukan gue menjadi diam gak bergerak sama sekali. Membuat gue menunduk buat liat dia. Siapa yang tahu kalau tiba-tiba dia pingsan karena sesak gara-gara gue peluk erat banget.

"Apa?" tanyanya jutek pas kedua iris gue ketemu sama iris cokelat pekatnya.

Gue menggeleng sambil senyum. Gue langsung cium puncak kepalanya sayang.

"Maafin gue karena keterlaluan sama lo." lirih gue pelan. Gue menumpukan dagu runcing gue di atas kepalanya Rachel. Aroma shampoo-nya yang bau khas vanilla langsung menyeruak masuk di hidung gue.

"Kenapa bisa kecelakaan?" alih-alih menjawab maaf gue, dia milih bertanya hal lain ke gue.

"Telat bangun. Terus jalanan pas belokan kompleks lo licin, jadinya gue nabrak tiang." ungkap gue setengah jujur. Siapa tahu dia merasa bersalah setelah ini.

"Bukan salah gue, kan? Kan gue bilang gak usah jemput gue lagi."

Salah Hun. Harusnya lo inget, kalau cewek yang ada di pelukan lo itu beda dari cewek lain.

99 Days (RSB 3) (Complete) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang