Hari ke-1.
Rachel.
Gue merebahkan badan kecil gue di atas tempat tidur kebesaran gue setelah gue selesai pakaian untuk ke kampus. Gue menoleh ke arah jam dinding di samping kanan gue dan menemukan jarum jamnya berada pada pukul 05.58 pagi.
Gue terlalu pagi emang. Antara kena mukjizat atau gue emang bego.
Kena mukjizat karena gue tiba-tiba bangun pagi. Dan bego karena gue emang lagi sengaja bangun di pagi buta, mandi, siap-siap, dan nunggu seseorang.
Sehun Ivarel Nathaniel.
Cowok seangkatan gue yang di awal pertemuan gue dengan dia, gue kasih gelar si-manusia-setan.
Keterlaluan emang. But, he is like a devil. And, he is one of crazy man who i ever meet.
Gue masih ingat dengan jelas awal gue pindah di Interland. Cowok itu tiba-tiba datang di hidup gue, gangguin gue, dan gombal gue sana-sini.
Kalau gue bukan seorang Rachel, gue mungkin udah salto depan belakang kali, yah? Tapi, gue itu tipikal cewek masa bodoh dan kurang tertarik sama cowok setan, makanya gue rada-rada gak peduli.
Tapi sialnya, cueknya gue ke Sehun, malah bikin setan-setan dalam tubuhnya melunjak. Dan gue gak bisa imbangi itu.
Bip bip.
Sebuah klakson membuyarkan lamunan gue, gue noleh ke arah jam dinding. Udah jam setengah tujuh aja. Gue mendirikan diri gue, merapikan penampilan gue sebentar, dan meraih tas beserta buku-buku gue.
Gue membuka pintu rumah gue, dan menemukan sesosok manusia yang orang bilang tampannya teramat mirip dengan Dewa Yunani, berdiri di depan mobil mahalnya.
"Halo, sayang!" serunya sambil tersenyum. Kembali lagi gue bermonolog, mungkin kalau gue cewek lain, gue pasti udah kejang-kejang karena dipanggil sayang sama Sehun.
"Lo beneran datang?" tanya gue munafik. Bego emang gue, jelas-jelas tadi gue bingung, antara kena mukjizat atau emang guenya bego, dan sekarang gue berakting bak orang munafik lagi. Untung bokap nyokap gue gak di rumah, kalau mereka di rumah, bisa berabe urusannya.
Soalnya.
Sehun Ivarel Nathaniel. Si manusia setan pertama yang jemput gue di rumah.
Dia cowok pertama. Cowok pertama yang gue kasih izin untuk datang di kediaman gue.
Gue naik di mobil Sehun, kita selalu begini tiap berduaan. Absurd. Gak ada hal penting yang kita obrolin. Dua bulan kenal sama dia yang gue ingat, gue cuman kebanyakan marah deh sama dia.
Ck, manusia setan emang. Udah ganggu gue dua bulan sejak kedatangan gue, sekarang dia minta 99 hari gue lagi.
99 hari, yah? Kurang lebih empat bulan berharga gue, harus ada yang namanya Sehun Ivarel Nathaniel.
Sampai tiba-tiba, di tengah perjalanan kami, gue ingat sesuatu yang kemarin gak sempet gue tanyain ke Sehun.
"Di antara banyaknya cewek kenapa harus gue?" tanya gue serius. Dia masih sibuk nyetir, tapi masih sempat-sempatnya melirik gue.
Sehun ya Sehun. Mulut pintarnya terlalu mahir dalam membuai. Seharusnya gue udah tahu, gue gak bakalan bisa saingin that wolf mouth-nya.
Sampai gue teringat kata-kata Baekhyun, cowoknya sepupu gue.
"Kalau lo mau tahu cowok serius sama lo atau nggak. Lo harus tanyain pertanyaan yang jawabannya yang menyangkut tanggal. Kapan dia tahu tanggal apa pun itu, berarti dia serius sama lo. Karena cowok itu kalau serius, bakalan hapal tanggal apa pun yang menyangkut lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
99 Days (RSB 3) (Complete) ✔
Fiksi PenggemarGue pinjem 99 hari lo buat buktiin kalau gue serius sama lo.. #update setiap Selasa& Kamis. Start 03 Desember 2018 END 08 Agustus 2019