6. Old Friend

4K 591 25
                                    

Hari ke-5

Sehun.

Setelah mengantar Achell ke kelasnya, gue memilih duduk di bangku taman yang ada di belakang Fakultas gue. Kenapa gue nggak masuk kelas? Karena gue hari ini adanya kelas siang. Cuman karena gue harus ngantar cewek kesayangan gue ke kampus, gue rela bangun pagi, demi cewek yang jadi prioritas gue sekarang.

Gue gak nyangka kalau kedatangan Amanda Rachelia Withlove, buat gue berubah banyak banget. Gue bahkan bertanya-tanya di mana Sehun yang kemarin? Sehun yang sering main cewek, Sehun yang sering nongkrong di tempat yang nggak bener.

Semenjak Achell datang, gue malah betah buat tinggal di dekat dia, atau kalau di rumah, gue bakalan habisin waktu untuk sekadar teleponan selama berjam-jam sama dia.

Itu yang gue suka dari sosok Achell. Dia cewek pemarah dan tipikal cuek, tapi entah karena dia tahu gue lagi serius sama dia atau liat gue beneran gak main-main sama dia, she is always give me a positive response.

Setidaknya gue masih punya harapan untuk sama dia. Gue harap, karma akibat perbuatan buruk gue nggak datang pas gue lagi sama Achell. Meskipun karma gue datang, gue harap hukuman itu bukan tentang Achell yang pergi dari hidup gue. Gue kayaknya gak bakalan sanggup.

"Sehun." sebuah suara tiba-tiba muncul di tengah kegiatan gue. Gue mendongak dan mendapati sosok perempuan yang udah nggak asing di gue.

"Hai!" sapa gue sambil senyum. Cewek itu--Sasha. Anak Fakultas Sastra Prancis di Interland.

Seperti biasa, cewek itu selalu berperilaku sopan dan sangat lembut di setiap gerak-geriknya. Gak salah kalau dia punya banyak fans.

"Apa kabar?" tanyanya di gue. Gue tersenyum. Kalau biasanya dulu saat orang lain bertanya di gue dengan pertanyaan yang sama, "Apa kabar, Hun?", gue bakalan jawab dengan sebuah jawaban yang tidak pernah menjadi jawaban dari pertanyaan orang lain.

Menurut lo? Itu yang bakalan jadi jawaban gue. Tapi, hari ini beda. Gue bakalan jawab.

"Baik. Baik banget." ucap gue mantap. Sasha tersenyum, senyumnya masih sama dengan terakhir kali gue liat, senyumnya selalu terlihat menawan.

"Pacaran yah sama sepupunya Chaeri?" pertanyaan Sasha membuat gue refleks menoleh ke arahnya.

"Maksud lo Achell?" tanya gue. Cewek itu senyum, artinya yang dia maksud memang Achell.

"Menurut lo aja, deh. Definisi gue sama Achell kayak gimana." jawab gue. Gue mau bilang "iya", tapi gue harus hargain Achell. Kita kan emang belum jadian. Gue mau bilang "tidak", tapi kata orang ucapan itu adalah doa. Makanya gue gak mau jawab tidak, padahal jawabannya memang itu.

Sasha diam, gak ada ekspresi yang terpasang di wajah tirusnya.

"Ya udah, Sha. Gue duluan, yah. Gak enak kalau kita diliat orang lain lagi berduaan. Nanti dikiranya kita ada apa-apa. Gue gak mau Achell salah paham." gue mendirikan badan gue, berniat untuk pergi dari sana, tapi tiba-tiba langkah gue berhenti ketika suara lembut Sasha menyeruak di indera pendengar gue.

"Sejak kamu milih menjauh dari aku, kamu gak ada niatan untuk sekadar nanya tentang kabar aku?"

Gue diam, gak berani natap matanya Sasha. Gue tahu cewek itu sedang nangis.

Maafin gue, Sha. Gue gak mau kasih lo pertanyaan yang jawabannya udah gue tahu.

***

Gue berjalan ke arah kantin Fakultasnya Achell, gue bisa liat dari kejauhan kalau cewek itu sedang duduk di dekat meja yang berada di pojok.

99 Days (RSB 3) (Complete) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang