5. Ternyata cinta

533 45 0
                                    

Warning!!!

Adult only, yang masih di bawah umur tolong minggir dulu.

***

Dava : Bi? Lo dimana?
...

Dava : Bi? Maafin gue

...

Dava : Carel udah pergi ninggalin gue Bi, gue nggak sanggup kalo Lo ninggalin gue juga

...

Kiantara : Heh kecoa! Lo dimana?? Gue datang bukannya Nemu elo malah Nemu Dava yang lagi mewek

...

Kiantara : barusan Dava udah gue antar pulang, Lo dimana?

...

Aku melemparkan ponselku ke atas dashboard dan kembali menyandarkan kepalaku pada sandaran kursi. Kepalaku benar-benar pusing karena semalaman aku tidur di mobil. Jangan tanyakan kenapa aku bertingkah seperti ini, aku juga bingung dengan tindakanku. Ini pertama kalinya aku menghindari Dava bahkan sampai mengabaikannya. Jangan menganggapku jahat dulu, aku tega meninggalkan Dava di apartemenku sendirian karena aku tahu Kian pasti pulang dan tidak mungkin Kian membiarkan Dava pulang sendirian. Kulihat gerbang di depanku sudah mulai banyak mahasiswa datang, aku memang memarkirkan mobilku tidak jauh dari kampus. Maksudku sih agar aku bisa langsung berangkat kuliah, tapi pagi ini rasanya aku malas sekali kuliah, apalagi saat kulihat mobil Dava datang, padahal aku sudah beli baju ganti semalam. Aku lalu melajukan mobilku meninggalkan kampus. Sesekali bolos kuliah tak apalah, toh selama ini aku selalu jadi mahasiswa teladan yang tidak pernah bolos kuliah meskipun otakku pas-pasan.

Ddrrrrt

Aku meraih ponselku dari atas dashboard karena barusan bergetar.

Kiantara : kalau dalam hitungan 1 jam Lo nggak pulang juga, unit Lo bakal gue jual dan Lo bakalan gue bawa pulang ke Rusia

"Shit!",aku buru-buru memacu mobilku menuju apartemenku, gila aja tuh orang kalau dia sampai menjual unitku, aku belum mau meninggalkan Jakarta.
.
.
.

"Kian!!!",seruku saat aku membuka pintu dan aku buru-buru menunduk saat kulihat bantalan sofa melayang ke arahku

"Sialan Lo! Gesit amat sih",maki Kian, aku lalu mengambil bantalan sofa yang barusan jadi korban lalu masuk ke dalam

"Kemana aja Lo semalam?",tanya Kian galak

"Cari pacar, akkkhh!!",aku memekik karena Kian barusan menjitak kepalaku dengan tidak berkeprimanusiaan

"Nggak usah sok laku deh Lo",cibirnya

"Lahh gue emang laku kok, Lo nggak liat apa gue ganteng begini",kataku narsis

"GR Lo",

Aku berjalan ke dapur dan mengambil sebotol bir dari dalam kulkas lalu duduk di kitchen bar, sedangkan Kian sudah menyusul duduk di seberangku

"Sejak kapan Lo minum begituan?",aku mengangkat bahu sebagai jawaban dan tetap asik dengan minumanku

"Semalam Dava nangis, kalian berantem?",tanyanya lagi

"Entah",jawabku seadanya

"Dava itu satu-satunya orang yang selalu ada buat Lo selain gue, jangan sia-siakan dia meskipun kalian nggak bisa saling mencintai",ucap Kian sambil berlalu pergi, untuk kali ini aku hanya diam dan tidak membalas ucapan Kian. 

***

Aku memijat pelipisku yang terasa pusing, gara-gara memikirkan Dava semalaman jadi tidak bisa tidur. Tadi malam Dava sudah tidak menghubungiku lagi, mungkin Kian sudah mengabarinya kalau aku sudah pulang. Aku menyandarkan kepalaku pada sandaran sofa, ingatkan aku untuk membelikan oleh-oleh untuk mama kalau aku pulang ke Rusia. Sofa ini dulu pilihan mama, katanya sofa yang empuk lebih nyaman dipakai dan memang terbukti nyaman. Beberapa hari aku tidur disini tubuhku tidak terasa pegal.

The Hot Guardian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang