4. Hanya Sahabat

450 41 4
                                    

Dava's POV

"Lo jangan pergi Va, jangan jadi milik laki-laki lain"

Aku mengusap wajahku kasar, sekarang udah jam 3 pagi dan demi apapun aku sama sekali nggak bisa tidur, padahal besok ada kuliah pagi. Perkataan Bian tadi di sekre sukses membuat otakku bekerja keras, aku benar-benar nggak ngerti maksud dari ucapannya. Aku berjalan gontai ke dapur, memikirkan Bian membuat tenggorokanku seperti kemarau.

"Kok belum tidur?",

"Huwaaaaaa",aku mengelus dadaku, untung saja jantungku tidak copot gara-gara Davin yang muncul tiba-tiba

"Lo darimana kak?",tanyaku curiga karena dia masih pakai kaos, jeans dan jaket kulit

"Dugem, biasa... Ngerayain bisnis gue yang goal",cengirnya, Davin sudah mulai banyak berperan dalam perusahaan papa, jadi terkadang dia harus mengurus bisnis papa dari yang terkecil sampai yang terbesar

"Harus gitu dirayain dengan dugem",sewotku sambil meneguk segelas air yang baru saja kuambil sedangkan Davin sudah duduk manis di coffee table di depanku

"Lo belum jawab pertanyaan gue",Davin memperingatkan

"Otak gue buntu",jawabku sambil duduk di seberang Davin

"Napa? Bian?",aku tersedak minumanku saat mendengar ucapan Davin barusan

"Hehe tebakan gue bener ya",cengirnya lagi, sejak hubungan kami membaik Davin memang kembali ke sifat aslinya, nyebelin bin ngeselin.

"Kenapa tiba-tiba nama Bian sih yang disebut?",tanyaku sewot

"Terus siapa? Rayan? Raka? Nggak mungkin kan",ya iya juga sih, tapi kan temanku tidak hanya mereka bertiga

"So? Lo sama Bian kenapa?",tanyanya sambil meraih gelas milikku dan menyesap sisanya hingga tandas lalu mengembalikannya padaku

"Menurut Lo, hubungan gue sama Bian kelihatan seperti apa?",tanyaku pelan hampir seperti berbisik, bahkan aku sudah mencondongkan tubuhku ke depan agar Davin bisa mendengar suaraku

"Maksudnya Lo mau nikah sama Bian gitu? Akkkkhhhh",Davin memekik karena barusan aku menggetok kepalanya pakai gelas

"Gue serius nanyanya",sewotku

"Gue kan juga serius jawabnya",sahutnya kesal sambil mengelus-elus kepalanya, moga aja nggak benjol deh, bisa kualat gue sama orang tua

"Kalian mau sampai kapan menyembunyikan perasaan kalian dibalik status "sahabat" ?! Semua juga tau kalau kalian saling mencintai",ucap Davin masih sambil mengelus-elus kepalanya

"Gue memang nyaman sama Bian, tapi rasanya nggak mungkin kalo gue cinta sama Bian, gue cuma cinta sama Carel",

"Cinta Lo sama Carel udah lama hilang Va, bersamaan dengan perginya Carel. Sekarang di hati Lo cuma ada Bian",entah kenapa aku tidak terima dengan ucapannya barusan

"Gue cintanya sama Carel dan sampai kapanpun gue bakal tetep cinta sama Carel",

Davin menahan tanganku saat aku hendak beranjak pergi.

"Jujur sama perasaan Lo, jangan sampe ada cewek lain yang memiliki Bian",

Cewek lain? Ya bagus dong kalau Bian punya pacar, setidaknya dia bisa sedikit waras, nggak sableng kayak sekarang, tapi kenapa aku kesel ya membayangkan Bian bersama cewek lain. Ah tidak...tidak... Lupakan Dava! Lo udah mulai ketularan sablengnya Bian.
.
.
.

"Aaakkkhhhh!!!",itu yang teriak barusan si Bian karena aku baru saja menjambak rambutnya

"Napa sih Lo baru muncul udah KDRT aja",omelnya

The Hot Guardian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang