Addera Jaya Sherafina

2 0 0
                                    

      Pagi ini murid murid SMA Tunas Muda nampak tergesa gesa, entah mengapa hari Senin menjadi kutukan tersendiri untuk mereka, untuk para murid tentunya.

Diva, Zoya dan Alexa berlari menuju lapangan upacara, sesaat setelah bel berbunyi upacara bendera dimulai. Matahari amat sangat terik membakar tubuh mereka, mereka nampak seperti ikan asin yang sedang dijemur.

Diva melirik kebarisan kelas lain, mencari keberadaan kekasihnya. Setelah ia menemukan kekasihnya ia nampak kaget, sejak terakhir kali bertemu nampaknya Damar agak berbeda, Ia nampak pucat dan kantung matanya terlihat menghitam.
Sesekali ia mengelap peluh diwajahnya, Entah Diva merasa Damar seperti orang yang kelelahan. Ia menahan gejolak rindu pada kekasihnya itu, entah kenapa waktu sedang mempermainkan perasaan mereka saat ini.

Upacara selesai. Mereka berbondong memasuki kelas masing masing. Diva berjalan menuju kelasnya bersama kedua sahabatnya. Saat di tengah jalan antara pintu masuk kelasnya, tanganya tertahan oleh seseorang, Ia pun menoleh.

"Bisa kita bicara sebentar Div," ajak lelaki yang ternyata Theo.

"Bisa, ada apa ?" Tanyanya.

Zoya dan Alexa pun dengan amat sangat pengertian, lalu meninggalkan Diva dan masuk ke kelas mereka. Theo pun tersenyum dan segera menarik lengan diva menuju ke lorong antar kelas yang sedikit sepi. Agar mereka dapat leluasa ngobrol tanpa orang lain dengar.

"Emb, gimana,kamu udah bilang sama Damar soal kita kemaren ?"tanyanya pada gadis didepanya.
Diva pun hanya menggeleng samar dan menunduk, menahan air matanya agar tak jatuh didepan theo.

"Belum," jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.

"Div, kamu tau aku gak ada maksud apa apa, aku cuma gak mau ada kesalah pahaman antara Aku sama Damar, itu juga demi kamu. Aku gak mau liat kamu sedih terus, Aku kehilangan Diva yang ceria" kata Theo tulus.

"Emh aku tau, kayaknya Damar emang sengaja ngejauhin aku, aku tau aku salah, tapi aku juga gak bisa jelasin ke dia kalo dia aja gak mau denger" katanya.

"Yaudah kamu yang sabar, nanti aku bantuin buat jelasin semuanya ke dia ya" kata Theo.

"Iya makasih Theo" kata Diva tersenyum.

Saat Theo menggenggam tangan Diva bermaksud untuk mengajaknya kembali ke kelas, tiba tiba dua orang mendekat dan mengagetkan mereka.

"Hayoloh, pada ngapain bedua-duaan kek gini" kata Dias sambil tersenyum menggoda.

"Pantes selesai upacara langsung kabur, cariin dikelas gak ada eh mojok" kata garda tertawa.

"Apaansi, brisik. Diem lo berdua, ganggu aja, minggat sana" kata Theo kesal.

"Weits yang gak mau diganggu,ampun boss ,hahahaha"  kata Dias dan garda

"Jangan dua-duaan The.. tar yang ketiga saython" kata Garda.

"Lo berdua tuh, Setanya" kata
Theo menimpali.

Diaz dan Garda tertawa menggoda Theo yang mulai naik pitam. Mereka pun pergi sambil tertawa melihat wajah diva semerah tomat menahan malu. Diva hanya menundukkan kepalanya menahan malu. Diva belum terbiasa dengan teman teman Theo.

"Itu Dias yang paling berisik dan heboh. Satunya lagi garda, dia aslinya pendiem tapi usil kalo udah ketemu sama Dias, ketularan jadi brisik juga jadinya" kata Theo memperkenalkan dua manushga ajaib.

Diva pun menggangguk dan menghafal dua teman Theo.

"Udah masuk kelas sana, Aku juga, selamat belajar" kata Theo menyemangati.

"Iya, kamu juga" balas Diva tersenyum.

Mereka pun berpisah memasuki kelas masing masing.

☆☆☆

Playfull Of SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang