Harapan

2 2 0
                                    


     Ketika mentari pagi menyorot mata hazel milik gadis itu, Ia pun mengerang dan meliukkan tubuhnya. Ia segera bangun dan duduk disudut ranjangnya. Meraih segelas air putih untuk menyegarkan tenggorokanya. Sambil menguap dan merenggangkan badanya yang terasa kaku.
Ia meraih ponselnya disebelah bantalnya. Membaca 50 pesan masuk dari grup yang berisi tiga orang gadis dan dua diantaranya yang heboh membahas cogan cogan masa kini. Ia berniat mengabaikan ponselnya namun Ia pun tersenyum simpul saat membaca pesan masuk dari kekasihnya.

"Good morning damar .." kekehnya geli.

Gadis itu beranjak membersihkan diri dan mematut dirinya dicermin, udah rapi , batinnya. Ia langsung turun menemui wanita kesayangannya.

"Good morning Ma .." sapanya sambil mencium pipi wanita yang sudah duduk dikursi kebesarannya.
"Morning cantik,tumben ga perlu mama bangunin udah siap.."balasnya menahan tawanya melihat putrinya mengerucutkan bibir dengan sebal.

"Ah mama, pagi pagi udah ngeledekin anaknya nih, sebel .." jawabnya sambil menghentakkan kakinya dibawah meja.

Wanita paruh baya tersebut pun hanya bisa tertawa melihat tingkah anak gadisnya yang beranjak dewasa namun tetap akan menjadi putri kecil kesayangannya sampai kapanpun.

☆☆☆

     Sesampainya disekolah ia berpamitan dan mencium punggung tangan Mamanya. Ia berjalan memasuki gerbang SMA Tunas Muda, Tak sabar ingin menemui dua sahabatnya dan juga kekasihnya. Karena terburu buru tiba tiba langkahnya oleng karena kaki jenjangnya menginjak tali sepatunya. Ia pun menutup mata dan siap mendapat memar dilututnya, namun ia tak merasakan apa apa. Sebuah tangan kokoh merangkul pundaknya. Ia terkesiap dengan kejadian yang baru saja terjadi. Sejenak kedua pasang netra tersebut saling menatap dalam dengan sorot yang tak dapat diartikan.

Lelaki yang merangkul pundaknya tersadar lebih dahulu ia mengerjapkan matanya.
"Lo gapapa div ?" Tanyanya memastikan.

Diva pun langsung tersadar dan salah tingkah dibuatnya. Ia mengerjapkan matanya berkali kali.
"Hah, Eh aku, Oh Aku Gak papa" jawabnya terbata bata masih menahan keterkejutannya seketika Muncul rona merah pada pipinya.

"Yaudah sip. Mau kekelas bareng ?" Tanya lelaki tersebut dengan gemas menarik tangan gadis didepannya dan mengacak puncak kepala Diva.
"Udah ,ayok .."lanjutnya sambil berjalan.

"Emh Makasih Theo .." cicitnya gugup.
Lelaki itu Theo, Tersenyum dan meneruskan langkahnya dengan tangan masih terkait pada gadis disampingnya.

Tanpa mereka sadari seorang lelaki yang baru menginjakan kaki digerbang menatap intens setiap kejadian yang terjadi didepan matanya. Ia meremas botol mineral dan membuangnya Asal. Tangannya mengepal erat dan menghantam tembok dengan kasar.

Dari kejauhan seorang gadis yang baru turun dari mobil sport merahnya merapikan rambut sebahunya dan tersenyum sinis kearah tiga orang yang berdiri dikoridor depan gerbang masuk sekolahnya.

"Oke ,Lets Make A Drama guys .." ucapnya sambil berjalan mengekor dibelakang lelaki yang masih mengepalkan tangan didepannya.

☆☆☆

     Theo tersenyum dan mengayunkan genggaman tangannya pada gadis disampingnya yang sedang menunduk malu, mereka tengah menjadi pusat perhatian disepanjang koridor sekarang.

"Theo Lepasin ,aku gak enak kalo Damar sampe lihat nanti .. "bisiknya memohon.

Theo yang mendengar perkataan gadis disampingnya pun seketika mimik wajahnya berubah. Ia tau siapa yang dibicarakan gadis itu. Ia kecewa namun tetap menunjukan senyum andalannya. Sesampainya didepan kelas gadis tersebut ,Ia melepaskan kaitan tangannya dan tersenyum melihat gadis yang sedang komat kamit sebal.

Playfull Of SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang