••12••

7 1 2
                                    

"Ya ampun Mut kamu kenapa? Kok bisa kaya gini?" Tanya ibu Muti heboh.

"Em.. Muti tadi jatuh dari motor tan". Jawab tegas Alva.

"Bagaimana bisa? Ayo masuk nak".

"Biar saya saja tante yang bawa Muti ke kamarnya". Tawar Alva yang masih memapah Muti.

"Kalau begitu silahkan nak, kamarnya ada dilantai dua. Biar tante ambilkan minum".

Alva mengangguk. Setelah ibu Muti berlalu, Alva memapah Muti sampai depan tangga ke kantai dua mengarah ke kamar Muti.

"Ini pasti lama". Gumamnya lirih namun Muti masih mendengarnya.

"Apa yang lama?". Tanya Muti polos.

"Kalau kita berjalan seperti Ini pasti lama sampai atasnya".

"Lalu kalau tidak berjalan bagaimana kita bisa sampai?".

Alva tersenyum penuh arti namun Muti tak bisa mengartikannya. Muti hanya mengerutkan dahinya bingung.

"Eh?!!". Pekik Muti kaget karena Alva menggendongnya ala bridal style (lagi) menaiki tangga. Reflek Muti mengalungkan sebelah tangannya yang tidak sakit ke leher Alva untuk berpegangan.

Muti menatap intens wajah orang yang sedang membopongnya itu, sedikit ada tatapan takjub dan tatapan tak percaya bahwa dia sekarang di gendong oleh seorang lelaki berbadan tegap, tinggi, putih dan yang pasti tampan. Menyadari Muti sedang menatapnya Alva menatap kembali Muti yang sedang berada di dekapannya. Mereka saling bertatapan dengan jarak yang dekat. Muti langsung memandang kebawah sebab rasa hangat sudah menjalar dipipinya karena tatapan Alva itu.

Pasti pipiku sudah merona sekarang. Aduhh!. Batin Muti malu.

"Kenapa kau menoleh?". Tanya polos Alva.

"Tak apa". Jawab Muti tetap Tak berani melihat Alva. Alva terkekeh pelan melihat pipi putih Muti yang memerah, terlihat begitu menggemaskan di mata Alva.

Setelah membawa Muti ke kamar Alva langsung pamit pulang pada ibu Muti.

Sekarang Muti sedang berbaring dikamarnya diam menatap langit kamarnya yang berwarna putih.

"Nak, ini kamu makan dulu ya". Ucap ibu Muti setelah berada di dalam kamar Muti, membawakan semangkuk bubur hangat untuk putrinya.

Muti hanya tersenyum mengangguk. Ibunya menyuapinya penuh kasih sayang, lalu memberikan obat kepada Muti.

"Tadi itu siapa Nak?, pacar kamu ya?". Tanya ibu Muti menyelidik sedikit menggoda.

"Itu tadi Alva ma, teman Muti. Tadi dia yang tolongin Muti waktu jatuh dari motor. Muti juga baru kenal Alva tadi ma". Jelas Muti.

"Oooh.. kalau pun dia pacar kamu gak papa loh Mut, dia cakep juga kan?". Tanya ibu Muti menggoda, menaik turunkan alisnya.

"Ihh,,, mamaa!..." Muti mengerucutkan bibirnya, ngambek!.

"Iya Iya ,jangan ngambek gitu dong anaknya mama, udah cepetan tidur. Terus besok gak usah sekolah dulu, tungguin sembuh lukanya. Soal ijin nanti mama yang atur". Ibu Muti tersenyum hangat mengusap pelan kepala Muti.

"Iya ma". Jawab Muti tersenyum lalu memeluk Ibunya.

Ibu Muti menyelimuti Muti lalu pergi dari kamarnya setelah mencium kening Muti penuh dengan kasih sayang.

Muti memejamkan matanya berharap bisa bermimpi indah.


Kring...kring...

Suara nyaring dari alarm membuat Muti tersadar dari alam mimpinya.

"Kok udah terang banget?". Tanya Muti pada dirinya sendiri lalu melihat jam yang menunjukkan pukul 7 pagi. Muti terbelalak kaget.

"Loh!?. Aku kesiangan!, kenapa mama atau papa gak bangunin aku!". Muti segera bangun untuk duduk, "aduh duh". Muti sampai lupa kalau kemarin dia baru saja terjatuh dari motor.

"Eh..tunggu..."

"Oh iyaa....Dasar pikun!. Aku kan lagi sakit, jadi gak masuk sekolah". Muti menepuk jidatnya sambil ngomel-ngomel pada dirinya sendiri setelah sadar akan kejadian kemarin.

Muti beranjak perlahan menuju kamar mandi. Karena takut perih ketika terkena air, Muti hanya sikat gigi, cuci muka dan membasuh tangan kakinya yang tidak sakit lalu mengganti bajunya.








Vote&comen guys😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TELMI KuadratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang