"Kring Kring Kring..... Kring Kring Kring... ". Bunyi ponsel Muti yang memekakan telinga.
Muti membuka mata melihat jam pukul 04.00 pagi, "ini terlalu cepat, mataku masih berat". Bukannya bangun namun dia mematikan alarmnya dan kembali tidur menyambung mimpinya.
Muti sudah menyiapkan alarm lebih dari satu, jadi kalau dia masih mau molor lagi persediaan alarmnya akan membuatnya terbangun. Walau begitu tak jarang dia bangun karena marahan dari balik pintu kamarnya bukan karena alarm yang dia pasang.
Mungkin bisa di bilang alarmnya cuma mubadzir berdering bukan untuk membangunkan tapi malah jadi pelelap tidur Muti.Jam menunjukkan pukul 05.30 dan benar alarmnya mubadzir hanya buang-buang energy ponselnya.
"Ti..Muti..!" Suara keras seorang lelaki menyadarkan Muti dari mimpi indahnya.
"Ya.." . Jawabannya yang masih memejamkan mata dan memeluk gulingnya.
"Cepat bangun, apakah kau tak akan ke sekolah hari ini? Apakah hari ini libur?" Tanya pria paruh baya yang berada di balik pintu.
"Tidak, aku masih sekolah hari ini. Aku sudah bangun kok yah"
Pria itu adalah ayah Muti. Dia pergi dari depan kamar Muti setelah mendengar jawaban dari anaknya.
Namun, Muti bukan bangun dari tempat tidur, melainkan dia membangun mimpinya lagi.
10 menit kemudian ada suara ketukan pintu yang semakin keras masuk kedalam mimpi Muti, lalu ia tersadar bahwa suara itu bukan mimpi tapi ayahnya yang melakukan hal itu agar anak gadis pemalasnya bangun.
"Iya Iya.. aku sudah bangun." Jawab Muti kesal.
"Kalau kau sudah bangun cepatlah bersiap dan sarapan, jangan malah naikin selimut lagi." Teriak ayah Muti.
"Ayahku ini sepertinya bisa membaca pikiranku, apa tidak bisa dia melihatku tenang bermimpi 5 menit saja". Gerutunya lirih.
Tak lama kemudian Muti keluar dari kamar menuju ruang makan, dimana ayahnya telah menunggunya dan ibunya menyiapkan sarapan untuk mereka.
Selesai sarapan Muti langsung berpamitan dengan kedua orang tuanya. Tak lupa ia mencium tangan kudua orang tua yang sangat ia sayangi.
Setelah Memakai helm ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
•°•°•°•°•°•
Sampainya di sekolah Muti memarkirkan motornya dengan baik, menatanya sesuai aturan.
Muti berlari kecil menuju kelasnya, karena ia tau kalau sebentar lagi bel.
"Wah kamu pagi sekali datangnya". Sambutan Yuna dengan nada sedikit mengejek.
"Aku keenakan tidur, jadi terlambat bangun". Jawab Muti datar.
Beberapa saat setelah Muti meletakkan tasnya, bel berbunyi dan guru memasuki kelas.
"Pelajaran fisika, sangat membosankan." Gerutu Muti Dalam hati .
"Bukan cuma pelajarannya yang sulit dan membuat otak buntu, Namun penjelasan dari guruku yang satu ini juga kurang gereget gitu". Lanjutnya Dalam hati."Hey!?".panggil Yuna yang berada di sampingnya sambil menepuk bahunya.
"Hmm". Balas Muti sambil menoleh kearah Yuna dengan ekspresi datar.
Belum sempat Yuna berkata, pak guru yang berada di depan menaikkan suaranya sehingga mereka berdua menghadap ke depan lagi.
"Jadi ini kali ini terus bagi ini, rumusnya jangan lupa". Penjelasan pak guru di depan kelas.
"Ya..". Jawaban Muti berulang-ulang saat di beri penjelasan .
Bukan hanya dia namun hampir satu kelas menjawab dengan nada dan kalimat yang sama.
Muti berusaha fokus dan memperhatikan pelajaran yang sebenarnya tidak terlalu ia sukai.•°•°•°•°•°•°•°
Bel istirahat berbunyi, para siswa meninggalkan kelas menuju kantin.
Muti dan Yuna tidak langsung keluar saat Muti membereskan bukunya Yuna menepuk bahunya sehingga ia menoleh."Apa?" Tanya Muti
"Kamu tadi terlihat serius sekali memperhatikan". Tanya Yuna langsung ke inti.
"Lalu?"
"Memangnya kamu paham dengan penjelasan tadi?"
"Tentu saja.....". Muti berhenti sejenak . "Tidak". Jawab Muti dengan cengengesan.
"Hadehh, kalo gitu aku gak sendiri". Sahut Yuna sambil meringis senang.
Mereka berdua lalu tertawa dan beranjak kekantin membeli beberapa snack dan roti lalu kembali ke kelas.
Di dalam kelas Yuna membuka ponselnya lalu mulai mengetik sesuatu.
Sedangkan Muti hanya menikmati makanannya Dalam diam.Ya Iya lah Yuna punya pacar, sedangkan Muti jofisah (jomblo fisabilillah).
Saat Muti sedang asik makan sambil memikirkan sesuatu, Yuna berkata sesuatu kepadanya.
"Ha? Apa?". Jawab Muti spontan saat dia sadar kalau temannya berkata sesuatu kepadanya.
"Apa, apanya?" Tanya balik Yuna.
"Itu tadi"
"Ya ampun, masa gak denger?". Nada Yuna lumayan kesal.
"aku tadi tanya kira-kira harga sepatu seperti ini berapa Ya?" Lanjutnya sambil memperlihatkan foto sepatu diponselnya."Entahlah, aku bukan penjualnya" Jawab Muti dengan muka polos tak berdosa.
Yuna memutar bola matanya sambil menghela nafas panjang di sertai sedikit menggelengkan kepalanya.
"Hehehe..". Sambung Muti setelahnya, dengan muka cengengesan.
...
Jangan lupa kepoin kelanjutannya.
Terima kasih sudah membaca.
Jangan lupa tinggalin jejak☆
👇 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
TELMI Kuadrat
HumorCerita seorang perempuan yang suka TELMI, LoLa, dan gagal paham namun Dia tidak suka jika ada yang mengatakan kalau Dia TELMI. Pertemuan tak terduganya dengan seorang lelaki membumbui hidupnya atau lebih tepatnya hatinya yang sejak lahir hambar~...