Muti tergesa-gesa keluar dari kamarnya. Sebelah kiri bahunya menggendong tas, sebelah kanannya tersampir dasi dan seragam olah raga, sedangkan tangan kirinya memegang alat tulis yang belum sempat ia masukkan ke dalam tas dan tangan kanannya memegang kaus kaki yang dia comot saja dari dalam lemari.
Muti berlari menuju tempat rak sepatunya sesegera mungkin memakai sepatu, memasukkan alat tulisnya dan melipat seragam olah raganya atau lebih tepatnya hanya menggulungnya lalu memasukkan seragam itu di dalam tasnya. Muti memakai dasinya secara awut-awutan jadi hasilnya di bagian simpul tidak berbentuk segitiga namun lebih mirip tahu goreng lima ratusan(kotak).
Muti berlari menuju kendaraannya. Muti sadar kalau hari ini adalah hari senin dimana dia harus mengikuti upacara yang di mulai tepat jam 7. Saat mengangkat sedikit roknya yang panjang untuk naik ke motor, ibu Muti memanggilnya.
"Muti,, tunggu". Ibu Muti menghampirinya.
"Apa bu?. Muti sudah terlambat nih harus upacara". Ucap Muti dengan wajah cemas.
"Apakah seragammu sudah lengkap?". Ibu Muti memastikan.
"Sudah kok bu, Muti udah pakai seragam sesuai waktunya, dasi juga sudah, topi, sabuk, sepatu, buku pun sudah Muti cek tadi bu". Jelas Muti supaya ibunya tidak banyak bertanya.
"Kaus kaki mu?". Ibu Muti melihat ke arah kaki Muti.
"Sud.." . Perkataan Muti tidak diselesaikan ketika ia melihat warna berbeda di kaus kakinya.
"Aduhh kok pakek keliru sih". Muti langsung lari ke kamar mengambil kaus kaki yang benar karena ternyata sebelah kanannya berwarna putih dan kirinya berwarna hitam.
"Makanya kalau mau ngapain itu lihat-lihat dulu". Ucap ibu Muti Saat Muti berlari menuju kamar.
"Iya bu, terima kasih sudah mengingatkan". Jawab Muti dari dalam kamar.
Muti kembali keluar dengan berlari, mancari kedua orang tuanya lalu mencium punggung tangan mereka untuk berpamitan sebelum berangkat sekolah.
°•°•°•°•°•°
Muti sampai di sekolah. Ditatapnya lapangan sudah penuh dengan para siswa yang sudah siap mengikuti upacara sedangkan dia berlari menuju lapangan karena baru sampai.
"Huh, untung belum mulai". Ucap Muti.
"Siang amat?". Tanya Syafa to the point.
"Maklum jauh". Muti datar.
"Jauh apa ngebo?". Ucap Syafa ngeledek.
"Ih gak lah".
"Gak apa?"
"Gak tau mungkin bener".
"Tu kan ngaku aja"
"Ya aja deh, lagian keenakan di rumah".
"Bilang aja keenakan tidur". Syafa memutar bola matanya, bosan.
"Mungkin, eh Yuna mana?". Muti mengalihkan pembicaraan.
"Tu di depan". Syafa menunjuknya dengan mengarahkan dagu ke depan.
"Ooh". Jawab Muti datar.
Upacara berjalan dengan lancar dengan terik matahari yang menemani membuat para siswa nenunduk karena merasa panas dan walaupun di selingi bisik-bisik pembicaraan siswa atau bahkan tawa murid yang kelepasan karena bergurau.
☆☆☆•°•°•°
...
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa kepoin lanjutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TELMI Kuadrat
HumorCerita seorang perempuan yang suka TELMI, LoLa, dan gagal paham namun Dia tidak suka jika ada yang mengatakan kalau Dia TELMI. Pertemuan tak terduganya dengan seorang lelaki membumbui hidupnya atau lebih tepatnya hatinya yang sejak lahir hambar~...