d. (senja di pinggir pantai)

5.7K 586 7
                                    

Mereka telah sampai di depan rumah Haechan, Haechan langsung menoleh kepada Mark dan berkata.

"Lepaskan, aku sudah di rumah sekarang!" Ketus nya.

"Biarkan aku masuk," ujar Mark.

"Tidak!" Jawab Haechan dengan tegas.

"Yasudah, tak akan ku lepaskan tangan mu ini," ucapan Mark kali ini membuat Haechan emosi.

"Baiklah! Setelah kita di dalam kau harus melepaskan tangan ku, oke?" Haechan langsung melangkahkan kakinya kedalam rumah dan di ikuti oleh Mark di belakang.

Mereka memasuki pintu dan langsung di sambut oleh ruang tamu milik Haechan.

"Ayo kita duduk di sofa dan menonton beberapa film," Mark kini menggandeng Haechan menuju sofa yang berada di ruang tamu.

"E-eh apa apaan, lepaskan tangan ku!" Haechan berusaha melepaskan tangan nya dari tangan Mark namun tenaga Mark lebih kuat dari nya sehingga ia tertarik ke sofa.

"Cepatlah," Mark sudah duduk di sofa dan menarik Haechan sehingga Haechan ikut terduduk di sofa juga.

"Mengapa jantung ku berdebar melihat ia sedekat ini?" Batin Haechan.

"Ada apa?" Mark sadar ia sedang diperhatikan oleh Haechan.

"Tidak, sebaiknya kau cepat pulang," tukas Haechan.

"Kau tahu? Kau tidak pernah berubah," ujar Mark.

"Maksudmu?" Tanya Haechan.

"Kau selalu jutek terhadap ku, mungkin itu sudah jadi sifat alami yang membuat ku semakin sayang padamu," goda Mark.

"Aku ingin muntah sekarang," Haechan sinis.

"Chanie," ujar Mark dengan halus.

Senja di sore hari menjadi saksi cinta Mark kepada Haechan, di pinggir pantai Mark menatap dalam-dalam seseorang yang berada di hadapan nya itu.

"Chanie, kau tahu? Kau adalah suatu alasan ku untuk tetap hidup di dunia ini, kau yang membuat ku kuat," Mark mengusak rambut kecoklatan milik Haechan.

"Markie! Berhenti membuat jantungku berdebar," Haechan menatap Mark.

"Chanie, aku ingin kau menjadi milikku sekarang," Mark menatap balik Haechan.

Mata Haechan membulat dengan sempurna karena terkejut, jantung nya serasa ingin melompat kali ini, senja di pinggir pantai kali ini lebih indah berkali-kali lipat dari sebelumnya sebelumnya, ini semua berkat Mark.

"Kau mau menjadi kekasih ku?" Tanya Mark yang kini memegang pinggang Haechan.

Haechan mengangguk, dan langsung saja sebuah bibir mengecup bibir Haechan dengan lembut, itu adalah bibir Mark.

Mereka berciuman di bawah Senja sore hari di pinggir pantai.

"Hei! Mengapa kau malah diam?" Ujar Mark mengguncang tubuh Haechan.

Haechan menatap Mark dengan tatapan horor.

"Ada apa? Mengapa kau menatapku dengan tatapan seperti itu?" Tanya Mark.

"Kau pernah mencium ku kan?" Ucapan Haechan kali ini membuat Mark tak kuasa menahan tawa.

"Kau ingat apa? Kau ingat sesuatu tentang kita?" Ujar Mark di sela sela tawa nya.

"Diam lah! Tidak lucu tahu," Haechan ketus.

"Chanie, ekspresi wajah mu sangat lucu," Mark mencubit pipi Haechan.

"Ya tuhan, ia sangat tampan ketika tertawa," batin Haechan.

"Yasudah, ku yakin kau butuh istirahat, kalau begitu, aku pulang dulu ya" Mark berdiri dari sofa.

Haechan langsung menahan tangan Mark, dan menunjukan raut wajah yang sedih.

"Bisakah kau menemaniku setidak nya sampai sore hari?" Haechan mendadak ingin Mark berada terus bersamanya setelah mengingat momen senja di pinggir pantai itu.

"Astaga, ia kembali! Terima kasih ya tuhan!" Batin Mark senang.

Mark mengangguk dan kembali terduduk di sebelah Haechan, lalu menatap kedua mata hitam milik Haechan.

"Aku yakin kau akan kembali," Mark tersenyum.

"Diam kau! Walaupun aku tahu kau brengsek! Namun aku tidak mau jauh dari mu," Haechan menatap tajam Mark.

"Aku brengsek? Ku yakin ada yang tidak beres di malam itu," batin Mark.


°

°

°

°

🎶Everytime -Chen, Punch.🎶

Park Jisung menghentikan langkahnya karena Chenle tak kuat lagi untuk berlari, ia menghampiri Chenle dan kemudian memegang punggung nya.

"Kau lelah?" Tanya Jisung.

Chenle mengangguk. Tanpa basa-basi Jisung langsung menggendong Chenle di pundak nya, lalu berjalan dengan santai.

Chenle yang tiba-tiba berada di punggung Jisung terkejut dan langsung memeluk leher Jisung karena takut terjatuh.

Jisung yang berada leher nya di peluk oleh Chenle langsung tersenyum, sedangkan Chenle yang sadar ia berada di gendongan Jisung pun juga tersenyum.

"Kau tidak lelah menggendong ku?" Tanya Chenle.

"Tidak," jawab Jisung singkat.

"Padahal aku berat lho," ujar Chenle.

"Tidak juga," ucap Jisung membuat Chenle terkekeh.

"Kenapa kau tertawa?" Jisung heran.

"Tidak, tingkah mu sangat lucu," ucapan Chenle kali ini membuat kaki Jisung mendadak lemas.

Dengan segera Jisung menurun kan Chenle, dan Chenle kebingungan.

"Mengapa kau turunkan aku?" Ucap Chenle, dan beberapa detik kemudian ia menyesal menanyakan hal itu, memang dia siapa nya Jisung?

"Kata-kata mu membuat ku mendadak lemas, jantung ku bekerja dua kali lipat, kau tahu itu?" Jisung tidak berniat menggoda namun pipi Chenle mulai memerah.

"Kejujuran anak ini membuat ku jatuh cinta padanya!" Batin Chenle.

"Ya sudah, kita ke supermarket ku dulu, akan ku kenalkan kau dengan ibu ku," ujar Jisung yang langsung berjalan. Chenle hanya tersenyum dan mengikuti nya dari belakang.

To Be Continued....

What About Us? // MarkHyuck [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang