(29)Sad

2.1K 105 13
                                    


"Jinyoung-ah, apa kau melihat Jin?"Tanya Jisoo yang sedang mencari keberadaan Jin.

"A-aniya. Aku tidak melihatnya."

"Ah, baiklah. Aku akan pergi mencari nya—"

"Andwe—m-maksudku lebih baik jangan."

Jisoo menatap Jinyoung intens karena tidak biasanya pria itu bersikap aneh seperti ini. "Ada apa?"

"Lebih baik k-kau disini saja. Nanti aku akan memberitahu mu kalau Taehyung sudah sadar kembali."

"Kenapa tidak sekarang saja?"

"K-karena—ah, sebaiknya aku memberitahukan hal ini pada mu."Ucap Jinyoung lalu mencari benda di dalam saku celananya. "Ini surat dari Jin hyung. Bacalah surat itu."

Jisoo menerima surat yang diberikan Jin lewat Jinyoung. Jisoo berpikir, kenapa Jin tidak memberikannya langsung pada Jisoo?

Jisoo mengambil surat dari Jin yang berada di tangan Jinyoung. Ia membaca surat itu, dan tiba tiba saja Jisoo menangis setelah membaca surat itu.

"Jisoo-ah, bagaimana keadaan Taehyung saat ini? Apa dia sudah sadarkan diri? Ah, semoga Tae cepat sembuh. Dan kau harus ingat! Jagalah Taehyung baik-baik, karena biar bagaimana pun juga Taehyung tetaplah adikku dan aku menyayangi nya. Kau juga harus berjanji padaku, segera lah menikah jika kalian sudah siap. Tidak perlu repot-repot mencari ku sekarang, karena aku sudah bahagia di sini. Maaf karena aku pergi secara tiba-tiba tanpa izin pada kalian terlebih dahulu, maaf juga kalau aku pernah berbuat jahat pada kalian, percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud menyakiti kalian. Maaf juga Tae, mungkin cuma ini yang bisa aku berikan padamu. Aku mengerti kau pasti jauh lebih berarti bagi Jisoo, tapi aku mempunyai satu permintaan. Tolong Tae, jagalah Jisoo seperti kau menjaga dirimu sendiri, kau tau kan? Aku sangat menyayangi Jisoo, begitu juga dirimu. Tapi aku rasa kau lebih pantas untuk memiliki Jisoo, jadi aku serahkan kepercayaan ku padamu untuk menjaga Jisoo. Sekarang aku sadar, sebenarnya kita tidak harus memiliki orang yang kita sayang, karena dengan melihatnya tersenyum, aku sudah cukup bahagia walaupun dia bukan tersenyum bersamaku. Jadi, mulailah hidup baru kalian. Jangan terus bersedih. Aku berjanji, aku akan selalu mengawasi kalian. Kalau kalian merindukan ku lihatlah langit, kalian bisa melihat ku tersenyum diatas sana. Terima kasih karena sudah menemani ku selama ini, terima kasih sudah ingin menjadi temanku selama ini, dan terima kasih sudah melewati masa-masa susah maupun senang bersama ku. Terima kasih untuk semuanya."

Jisoo berjalan ke arah Jinyoung, lalu memeluk pria itu dan menangis sejadi-jadinya. "Kenapa kau tidak melarang nya?! Hiks.. Dia adalah kakak ku selama..hiks.. Ini."

Jinyoung membelai rambut Jisoo, berusaha menenangkan gadis itu agar tidak terpuruk lebih jauh lagi. "Mungkin ini udah jalan yang terbaik, Jisoo-ah. Mianhae, kalau aku memberitahu mu tadi, pasti operasi ini tidak akan berjalan lancar. Dan keduanya bisa saja meninggalkanmu."Kekeh Jinyoung.

Jisoo memukul keras bahu pria itu. "Ya, apa yang kau bicarakan? Dan sejak kapan kau menjadi menyebalkan seperti ini?"

"Aniyaa."

"Mungkin ini memang jalan yang terbaik untuk kita. Ini semua adalah keputusan nya. Kita hanya perlu mengikuti alur takdir. Tak bisa mengubah jalannya takdir dan hanya meratapi nasib, seberapa lama kita akan bertahan juga seberapa kuat kita menjalani nya" -Kim Seokjin


***

"Tentu saja,aku masih mengingat semuanya. Aku harap Jin hyung bisa tenang disana."

"Iya Tae, itu sudah beberapa tahun yang lalu. Tapi aku masih sangat sedih kalau mengingat nya."

Taehyung merangkul Jisoo dari samping. "Sudahlah, perhatikanlah suami mu yang tampan ini. Setelah menikah kau lebih menyayangi anakmu daripada aku, sayang."

"Ya, itu anakmu juga. Lagi pula aku sudah memanjakan mu setiap hari. Memangnya kau tidak sadar aku memberi puluhan kali ciuman di pipi, dahi, bahkan bibir hanya untuk membangunkan mu di pagi hari."

Taehyung terkekeh mendengar ucapan Jisoo, karena memang benar setiap pagi sudah menjadi ritual bagi Jisoo untuk membangunkan Taehyung dengan puluhan ciuman, bahkan kadang meminta lebih.

"Apa kalian menyadari? Rumah Jisoo kini menjadi sangat ramai setelah buah hati kita lahir."Tanya Jennie.

"Benar. Kita hanya perlu menunggu agar mereka besar."Jawab Rose.

***


"Lisa-ya! Apa kau lihat itu?!"

Lisa yang sedang mengeringkan rambutnya di depan cermin, terpaksa harus melihat keadaan yang sangat ribut itu.

"Ya, ada apa sebenarnya Jung? Kau ini berisik sekali."

"Ah, kau lihatlah itu! Lihatlah baik-baik."

Lisa menatap anaknya yang kini tengah tertidur dengan lelap. "Apa? Bukankah dia lucu seperti ku."

"Ya, kau tidak lihat begitu banyak air yang mengalir di kasur kita?"

"Astaga, kau benar. Aku lupa memakaikan nya popok bayi. Kau ini, begitu saja heboh."

Jungkook membantu Lisa menggantikan pakaian anak mereka. "Apa kau tau nantinya akan berbau tidak sedap?"

"Ya, pipis mu justru lebih bau dan jorok, Jung."

Jungkook tersenyum nakal. "Tapi benda ku ini lumayan kan?"


Dan begitulah setiap harinya. Mereka terus menggoda satu sama lain, membicarakan hal-hal absurd, bahkan hingga pembicaraan dewasa saat menjelang malam hari.
























END♡
-Fake Nerd and Bad Boy

Sebelumnya, saya selaku Author absurd dari cerita ini mau berterima kasih pada para riders yang sudah membaca cerita ini sampai ending.

Walaupun beberapa dari kalian tidak menekan tombol bintang yang tertera:3
Gapapa. Karena kalian sudah memberi dukungan pada Author dengan membaca cerita ini dengan sabar.

Author juga tidak ngemis vote:3
Kalo kalian suka ya hamdalah. Kalo ga suka ya terserah:)

Yaa, pokoknya terimakasih banyak dan sampai ketemu di cerita selanjutnya♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fake Nerd And Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang